Mohon tunggu...
Teguh Hariawan
Teguh Hariawan Mohon Tunggu... Guru - Traveller, Blusuker, Content Writer

Blusuker dan menulis yang di Blusuki. Content Writer. "Menyurat yang Silam, Menggurat yang Menjelang " : (Nancy K Florida)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Awal Tahun 2021: Belajar dari Sekolah Kolaps menjadi Sekolah Prestasi Nasional (From Zero To Hero)

3 Januari 2021   23:24 Diperbarui: 3 Januari 2021   23:52 581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Paparan Cak Rus di depan peserta Studi Tiru MKKS SMA

Ibarat bermain sulap,   sekolah kolaps yang awalnya hanya memiliki murid 14 anak, dalam waktu 4-5 tahun, sim salabim.......  siswanya jadi berlipat-lipat. Bahkan saat ini tercatat lebih 400 siswa yang belajar di sana.  Hebatnya, di tahun 2019, sebanyak 89%  lulusannya diterima di Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Prestasi moncer yang patut ditiru tips-trik nya. Maka inilah timing yang tepat. Di awal tahun 2021 adalah waktu ideal untuk kembali belajar. Bukan sekedar kembali belajar dalam makna sempit yakni kembali bersekolah. Tapi kembali belajar dalam mengembangkan sekolah agar menjadi sekolah hebat dan berprestasi.

Perubahan Ekstrim

Siapapun mungkin tak percaya. Tapi ini nyata.  Tahun 2012-2014  SMA Nasional Malang hanya memiliki 14 siswa. Saat itu,  Drs. Rusdi, M.Si diberi amanah menjadi Kepala SMA Nasional Malang. Saat itu kondisi sekolah sudah di titik nadir. Semuanya demikian amburadul. Baik dari sisi pengelolaan manajemen, pengelolaan sumberdaya maupun jumlah murid. 

Padahal sekolah yang lahir tahun 1983 ini, sebelumnya memiliki siswa yang lumayan banyak. Namun, seiring jalannya waktu, terutama karena persaingan yang ketat di kota Malang mungkin juga pengelolaan yang tidak optimal, mengakibatkan makin tahun jumlah muridnya makin susut. Akhirnya jatuh di titik terendah.   Jumlah siswa tersisa 14 anak saja. Rinciannya : Kelas X sebanyak 4 anak, kelas XI hanya  5 anak, kelas XII juga 5 anak.  

"Apa yang bisa diperbuat dengan siswa sebanyak 14 anak?" demikian pikir Cak Rus, panggilan akrab Drs. Rusdi. Mungkin orang lain akan berpikiran sama. Bahkan mungkin ambil langkah mundur jika dihadapkan pada kenyataan yang ada. 

Tapi Cak Rus pantang mundur. Segera beliau istikharah. Menata diri dan menata hati.  Serta mulai mencari cara untuk melakukan inovasi. Maka, tak perlu malu atau rendah diri, di awal pekerjaan barunya sebagai kepala sekolah, selama seminggu penuh, beliau "magang " di sebuah SMK Katolik yang besar di Malang. Berbekal keinginan kuat untuk melakukan perubahan, maka setiap hari beliau mengamati setiap aktifitas pengelola sekolah. Mulai dari kinerja security, staf TU, guru-guru, siswa termasuk kepala sekolah. Bahkan, tamu yang datang ke sekolah pun diamatinya.

Salah satu poin  penting yang diperolehnya dari magang singkatnya adalah: Dalam satu sekolah harus memiliki informasi dan data yang sama. Karena dengan informasi dan data  yang valid dan akurat, menjadikan orang akan yakin dan percaya akan soliditas dan solidaritas di sekolah tersebut.  

Tak berhenti sampai disitu. Sembari mulai menata sekolahnya sendiri, Drs. Rusdi tetap menimba ilmu dari beberapa sekolah besar di Malang.  Bahkan jiwa aremanianya mendorong melanglang  sampai ke SMA Al Azhar di Jakarta. 

Akhirnya, Cak Rus pun mulai menyusun programnya sendiri. Konsep perubahan ekstrim di SMA Nasional Malang segera disusunnya.  Beliau berprinsip  dan punya keyakinan: bahwa jika ingin berhasil maka harus percaya diri, berdiri sendiri, serta jangan tergantung pada orang lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun