Mohon tunggu...
Teguh Hariawan
Teguh Hariawan Mohon Tunggu... Guru - Traveller, Blusuker, Content Writer

Blusuker dan menulis yang di Blusuki. Content Writer. "Menyurat yang Silam, Menggurat yang Menjelang " : (Nancy K Florida)

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Mengungkap Rahasia Valley of The King: Eksotisnya Candi, Goa, Pura, dan Patirthan di Candi Gunung Kawi

25 Desember 2020   21:24 Diperbarui: 26 Desember 2020   17:41 1407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pintu penghubung antara candi dan pura serta goa-goa pertapaan (Dokpri)

Ada 4 jaladwara (pancuran air) berbentuk padma kuncup yang masih mengalirkan air. Tentunya, sesuai dengan fungsinya, air yang keluar dari jaladwara adalah air suci. Digunakan untuk keperluan upacara agama. 

Patirthan dengan jaladwara berbentuk padma kuncup (Dokpri)
Patirthan dengan jaladwara berbentuk padma kuncup (Dokpri)

Kolam Patirthan di Teras Pertama (Dokpri)
Kolam Patirthan di Teras Pertama (Dokpri)

Pahatan Candi dan Patirthan (Dokpri)
Pahatan Candi dan Patirthan (Dokpri)
Di ujung Utara teras pertama, saya menapaki gundukan tanah dan batu padas menuju teras kedua kompleks candi. Tiba di pelataran, tepat di sisi kiri ada ceruk lebar. Lalu di sebelahnya, memanjang dari Utara ke Selatan terpahat Candi Gunung Kawi yang berjumlah lima. 

Pahatan candi dengan ketinggian antara 7-8 meter ini memang sangat unik dan artistik. Sama seperti Candi Prasada Ukir di sisi Barat. Ornamen candi tebing (candi pahat) di sisi Timur ini juga menunjukan adanya bagian Kaki, Tubuh dan Atap candi.

Namun, selain pahatan candi, ada yang menarik perhatian saya. Dugaan saya, halaman teras kedua candi tebing ini kemungkinan dahulu adalah kolam Petirtaan. Buktinya, tepat di bawah pahatan candi, masih tersisa bekas pancuran/ jaladwara yang sudah tidak mengalirkan air. Artinya, bisa jadi teras kedua ini dulunya juga sebuah kolam yang dibuat tepat di bawah kaki candi? 

Saya membayangkan, betapa indah dan eksotisnya karya leluhur Bali ini di masa lalu. Tentunya bangunan suci seperti ini dihasilkan dari titah seorang raja. Tak berlebihan kiranya jika lembah Sungai Pakerisan yang airnya berhulu di Gunung Agung -Mahamerunya Bali-disebut Valley of The King. Lembah para raja. Karena di tempat ini  terdapat bangunan suci sebagai tempat ibadah sekaligus pendharmaan bagi para leluhur raja Bali kuno.

Ceruk Lebar di sisi Utara candi tebing (Dokpri)
Ceruk Lebar di sisi Utara candi tebing (Dokpri)

Pancuran di Teras Kedua yang sudah tidak mengalirkan air (Kemdikbud.go,id)
Pancuran di Teras Kedua yang sudah tidak mengalirkan air (Kemdikbud.go,id)
Amarawati

Saya penasaran, siapa raja yang memerintahkan pembuatan kompleks Candi Tebing Gunung Kawi ini? Sambil berjalan pelan di bawah terik yang mulai menyengat, sambil sesekali mengamati deretan candi pahat dari ujung Utara sampai Selatan, saya menyempatkan googling sejenak. Hasilnya, candi ini ditemukan pertama kali tahun 1920 oleh H.T Damste. Dilanjutkan penelitian berikutnya oleh J.C. Krygsman tahun 1951.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun