Mohon tunggu...
Teguh Hariawan
Teguh Hariawan Mohon Tunggu... Guru - Traveller, Blusuker, Content Writer

Blusuker dan menulis yang di Blusuki. Content Writer. "Menyurat yang Silam, Menggurat yang Menjelang " : (Nancy K Florida)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Seminar Virtual Nasional Pusaka 2020, Menghadirkan Konsultasi bersama Psikolog

11 Desember 2020   14:39 Diperbarui: 11 Desember 2020   14:45 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebagian peserta webinar Sumber: Dok. Pribadi

Kamis, 10 Desember 2020 Seminar Virtual Nasional Pusaka 2020 dilaksanakan secara daring. Tema dari PUSAKA 2020 adalah "generasi cerdas berkarakter Indonesia maju bermartabat". 

Pembukaan Seminar Virtual Nasional PUSAKA ini diikuti oleh 1600 orang peserta yang terdiri dari Guru dan Tenaga Kependidikan, Dosen, dan Pelaku Budaya, Orang Tua, siswa dan mahasiswa dari berbagai provinsi di Indonesia. 

Seminar Virtual Nasional PUSAKA merupakan salah satu rangkaian acara dalam Pekan Untuk Sahabat Karakter 2020 (PUSAKA) yang berlangsung dari tanggal 10 sampai dengan 12 Desember 2020. 

Nadiem Makarim selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia turut hadir dalam acara ini. 

Ia menyatakan bahwa Sistem Pendidikan Nasional adalah mengedapankan semua nilai-nilai ketuhanan yang berkarakter kuat dan berakhlak mulia serta unggul dalam inovasi dan teknologi. 

Nadiem juga menjelaskan bahwa nilai gotong royong adalah peran kolaborasi dan bekerja dalam tim dan bagaimana cara kita berempati terhadap sesama. 

Sedangkan kreatif adalah kemampuan dalam berinovasi. Selanjutnya, kemampuan bernalar krisis, artinya ia kebal terhadap hoaks. 

Bernalar kritis juga berarti dalam memecahkan masalah kemampuan berpikir secara adaptif. Nilai berikutnya adalah mandiri, yaitu kemampuan memotivasi dan meregulasi diri sendiri, serta menjadi pembelajar sepanjang hayat. 

Mendikbud menambahkan, jika nilai karakter itu ditanamkan pada generasi muda sedini mungkin, maka diyakini akan tertanam nilai karakter Pancasila dan dapat melahirkan bibit unggul yang dapat mewujudkan cita-cita bangsa. 

Menurut Nadiem jika nilai karakter itu ditanamkan pada generasi muda sedini mungkin akan tertanam nilai karakter Pancasila dan dapat melahirkan bibit unggul yang dapat mewujudkan cita-cita bangsa.

Selain acara seminar virtual, di sore harinya ada pula sesi konsultasi bersama Psikolog yang membahas tentang bagaimana cara sehat dalam bergaul.

 

Sumber: Dok.Pusaka
Sumber: Dok.Pusaka

Kegiatan Konsultasi Bersama Psikolog ini, dimulai tepat pukul 16.00 melalui aplikasi Zoom oleh Co Host Shara dari Puspeka. 

"Izin bertanya Kak. Saya ada masalah dengan teman Kak. Mereka bilang kalau saya pelit memberi jawaban ketika belajar daring. Nah Kak, itukan merupakan salah satu perubahan ketika pandemi ini. Saya tidak langsung memberi jawaban, tetapi lebih memberi pemahaman. Namun karena pembelajaran virtual, mereka kurang mengerti. Jadi bagaimana mengatasi teman seperti ini Kak? tanya Yohannes Pua.

 Itu salah satu pertanyaan yang diajukan seorang pelajar SMA kepada Marrisa Meditania, Psikolog dari PT. Power Growth saat sesi tanya jawab webinar "Konsultasi Cara bergaul yang Sehat" yang digelar Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) Kemendikbud, Kamis 10 Desember 2020, pukul 16.00 -17.30 WIB. 

Paling tidak ada dua poin penting dari rentetan pernyataan dan pertanyaan di atas. Pertama, munculnya fenomena toxic friendship, meskipun dalam kondisi pandemi. 

Kedua, seakan mewakili keluhan pelajar di seluruh negeri bahwa pembelajaran daring begitu menyulitkan peserta didik untuk mencerna dan memahami materi pelajaran dengan baik! 

Toxic Friendship 

Toxic Friendship adalah hubungan pertemanan yang merugikan salah satu pihak. Otomatis, ada pihak yang diuntungkan dan pihak lain yang dirugikan. 

Kondisi ini tentu sangat menyebalkan. Tak disangka, toxic friendship tidak hanya ada dalam situasi normal. 

Ternyata, fenomena ini juga muncul saat pandemi, padahal semua tidak ada yang bertemu secara fisik karena mereka Belajar Dari Rumah (BDR). Sepert contoh kasus yang diungkap Yohannes Pua di atas. 

Inilah salah satu tujuan digelarnya webinar "Konsultasi Cara Bergaul yang Sehat", sebagai bagian dari kegiatan PUSAKA (Pekan untuk Sahabat Karakter 2020), yang berlangsung secara virtual. 

Setelah Shara menyampaikan beberapa poin penting tentang kegiatan ini, maka tampillah Marrisa Meditania, psikolog alumni Universitas Padjajaran sebagai narasumber utama. 

Kak Marrisa, begitu peserta webinar memanggilnya, membuka perbincangan dengan melontarkan satu kata "Teman", yang harus di deskripsikan oleh peserta webinar. 

Langsung saja, pertanyaan itu disamber oleh generasi milenial Sahabat Karakter yang notabene didominasi pelajar SMP dan SMA. 

Muncul beragam jawaban di fitur chat. "Tempat Bercanda, Kak. Kebersamaan, Kekompakkan, Positif, Kak. Tempat membentuk Karakter, Kak. Saling Membantu, Teman Curhat, Kebersamaan. Toxic, Kak., Moodbooster, Kak," begitu rentetan jawaban dari Irene Ryana, Naura Athaya, Khairunisa, Ketut Wahyu dan Rahma Ayu serta Yana Fahreza. 

Marrisa dan Shara, sangat senang dan geleng-geleng kepala melihat antusiasme pelajar saat mengikuti webinar. Tanpa membuang waktu, maka Marrisa Meditania pun memaparkan secara runtut mengapa diperlukan pertemanan dan pergaulan yang sehat. 

Sumber: Generasi Emas
Sumber: Generasi Emas

"Dalam kurun waktu 25 tahun ke depan, Indonesia akan memasuki babak baru. Data statistik menunjukkan, jumlah usia produktif antara tahun 2020 sampai 2045 demikian tinggi. Ini yang disebut Bonus Demografi,' ungkap Marrisa.

 Untuk mewujudkan itu banyak jalan yang bisa ditempuh. Salah satunya, memperbaiki hubungan pertemanan dan pergaulan serta menghindari munculnya Toxic Friendship di kalangan anak muda. 

Untuk itu anak muda perlu memahami langkah-langkah apa saja yang perlu dilakukan agar terhindar dari Toxic Friendship untuk mewujudkan Healthy Friendship. 

Tips Sukses dalam Pergaulan 

Agar sukses dalam bergaul maka anak muda (terutama pelajar), harus memulai dari diri mereka sendiri.

 "Sejak dini, kita harus melatih kejujuran. Jujur dalam berkata maupun bertindak. Juga wajib untuk selalu setia dan dapat diandalkan. Termasuk memiliki kepedulian dan empati terhadap sesama. Bila perlu harus membawa pengaruh positif ke sekitar kita serta selalu menjunjung kebersamaan dan saling menghormati," jelas Marrisa yang dipandu Andre menampilkan screenshare-nya. 

Tak kalah pentingnya adalah pegang kata kunci: Don't Limit Your Self agar berhasil dalam menjalin pertemanan. "Giat dalam komunitas, jadi relawan, selalu mengeksplore hal baru, adalah pilihan kegiatan yang bisa dilakukan agar pertemanan dan jaringan kita makin luas," papar Marrisa. 

Sumber: Generasi Emas
Sumber: Generasi Emas

"Langkah ketiga, kita harus selalu menerapkan 3S dalam lingkaran pertemanan. Yakni: Satisfying, Safe and Seen," lanjut Marrisa, psikolog muda yang memiliki spesialisasi bidang psikologi klinis. 

Agaknya, paparan Marrisa ini benar-benar sangat membumi dan lekat dengan keseharian anak muda. 

Terbukti, banyak pertanyaan-pertanyaan yang muncul yang menjadikan para narasumber dan host bersemangat. Salah satunya seperti yang diungkap oleh Yohannes Pua, di atas. 

Marrisa menjawab pertanyaan itu dengan memberikan rambu-rambu agar kita menghindari memutuskan pertemanan. 

Sejelek apapun hubungan pertemanan itu. Kedua, terus menerus mengajak teman untuk move on. Tak kenal lelah untuk memberikan pemahaman-pemahaman agar teman mau berubah dan berupaya. Ketiga, tak perlu merasa bersalah jika teman yang bermasalah itu tak terselesaikan persoalannya. 

Sedangkan untuk teman-teman yang masih saja toxic, Marrisa mengajak untuk membatasi pergaulan, bukan memutus pertemanan.

 "Jangan pernah membalas perlakuan toxic teman dengan perbuatan yang sama," pesan Marrisa.

 "Kontrol saja hubungan pertemanan itu. Cari teman lain yang berbeda. Sadari juga, bahwa tiap orang akan memberikan respon berbeda dengan kondisi pertemanan kita," tutup Marrisa diakhir sesi Tanya Jawab.

 Beruntunglah anak-anak muda yang sore itu bisa mengikuti webinar "Cara bergaul yang Sehat". 

Inilah salah satu hikmah dari pandemi Covid-19, membantu mengatasi persoalan tanpa perlu harus bertatap muka. 

Nah kalau mau tahu keseruan lebih lanjut, bisa akses langsung di wesbitenya cerdas berkarakter ya.

Sebagian peserta webinar Sumber: Dok. Pribadi
Sebagian peserta webinar Sumber: Dok. Pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun