Saya akhirnya jadi ingat pada momen Deklarasi Komunitas Pelestari Cagar Budaya di Lamongan, tahun 2018. Saat itu di sana berkumpul berbagai komunitas pecinta, pelestari dan penyelamat cagar budaya yang bertekad bulat secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pelestarian dan penyelamatan cagar budaya Jawa Timur, khususnya.
Baca Juga : Deklarasi Komunitas Cagar Budaya
Pembuatan Cungkup Prasasti Besole
Begitu dana sudah terkumpul, Doni Wicaksono Jati dan anggota dari berbagai komunitas baik dari Kediri, Blitar, Tulungagung juga Madiun mulai melaksanakan pekerjaan pembuatan cungkup.Â
Aktifitas ini sangat terbantu karena pihak pemilik tanah sangat welcome pada aktifitas warga komunitas. Beberapa warga pun larut ikut membantu untuk mempercepat proses pembuatan cungkup.Â
Prasasti Besole berukuran panjang 157 cm dengan lebar 87 cm. Tebal lempengan batunya 25cm. Dulunya terkubur dalam tanah. Baru di tahun 1938, ditegakkan di posisinya sekarang. Berhuruf Jawa Kuno namun sudah sangat aus.Â
Pada bagian depan terpahat Candra Kapala Lancana dengan angka tahun 1054 saka. Dari angka tahun ini diperkirakan, Prasasti Besole berasal dari zaman Raja Bameswara yang memerintah Kadhiri tahun 1038-1056 saka. Seperti yang termuat dalam Berita Arkeologi, Nomor 47, tahun 1996/1997.Â
Akhirnya,  setelah dikerjakan selama seminggu (8-15 Agustus 2020), berdirilah cungkup Prasasti Besole, yang diharapkan mampu melindungi batu beraksara Jawa Kuno ini dari pengaruh cuaca secara langsung, karena sengatan panas mentari dipadu guyuran hujan, terutama yang bersifat asam dipastikan akan mudah menggerus kata  dan kalimat yang sudah terpahat di sana.Â