Di halaman/teras kedua saya jumpai bekas bangunan berbahan batu andesit yang entah bagaimana bentuk aslinya. Tersisa hanya dua bangunan berteras pendek. Di sisi timur sisa bangunan ini terdapat pagar batu yang memanjang dari selatan ke utara. Pagar batu ini juga dijumpai di teras ketiga yang lebih atas.
Berbeda dengan teras sebelumnya, temuan Situs Liyangan di teras ketiga lebih kompleks. Ada sebuah reruntuhan candi yang posisinya berjajar dengan dua buah batur di sebelah Selatannya. Agaknya, di atas batur itu dulunya dibangun semacam pendopo untuk tempat tinggal sementara.Â
Uniknya, di atas candi terdapat sebuah Yoni panjang. Lebih istimewa lagi, Yoni ini ternyata memiliki tiga lubang, yang tak pernah dijumpai di candi-candi manapun di tanah air. Yoni adalah simbol kesuburan (wanita). Tempat mengalirkan air suci saat proses ritual keagamaan.
Lebih dari dua jam saya berkeliling kompleks Situs Liyangan yang lumayan luas. Berteman sinar mentari yang mulai tinggi. Kontur tanahnya yang berundak-undak menunjukkan bahwa Situs Liyangan ini didesain sebagai lokasi yang memadukan budaya agraris dengan kepercayaan pada kekuatan alam di luar diri manusia. Dan berorientasi ke Gunung Sindoro di sebelah selatan.