Satu jam kemudian sudah masuk kota Temanggung. Dekat alun-alun membeli 2 plastik kecil kue goreng khas Temanggung. Pengganjal perut sebelum lambungnya berontak.
Di Parakan mampir sejenak di warteg untuk sarapan pagi. Setelahnya, GPS mengarahkan menuju Jl Jumprit - Jl Ngadirejo. Memori saya mengingatkan, kalau ini rute kala ke Dieng di tahun 2013.Â
Ini adalah jalan pintas menuju Dieng. Lewat perkebunan Teh Tambi tanpa masuk kota Wonosobo. Jalannya agak sempit tapi penuh suguhan pemandangan menawan. Tentunya juga lebih cepat karena memotong jarak.Â
Kami berempat berjalan santai lewat disamping kebun tembakau yang siap panen. Begitu sampai di halaman situs, tiba-tiba datang 2 mobil beriringan. Wajah-wajah bermata sipit, berkulit kuning dengan lincahnya keluar dari mobil ditemani seorang bertopi yang mungkin guide atau tour leader-nya.Â
Kami berempat hanya saling pandang dan hanya bisa tersenyum. Ternyata, kalau wajah-wajah blusuker macam saya harus parkir di bawah. Sedangkan jika ada guide yang "membawa" rombongan, kendaraan bisa naik sampai pelataran utama. Ya, itung-itung olahraga, kata saya menghibur diri. Ya, ini mungkin kemauan anak-anak muda yang jaga parkir di sana.Â
Dari pelataran terbawah ini, pandangan ke segala penjuru terkesan gersang. Di depan saya terhampar area luas bekas tanah bekas galian. Di sebelah kiri ada kegiatan beberapa orang yang merontokkan tebing untuk menjatuhkan pasirnya.
Tepat di tengah-tengah pelataran ada nameboard bertuliskan "SITUS LIYANGAN". Nun jauh di selatan sana, nampak Gunung Sindoro berdiri gagah dengan puncaknya berselimut awan.
Temuan Arkeologis di Situs Liyangan
Segera saya berempat mulai berkeliling mengikuti naluri. Mulai berpencar dan memotret sana-sini. Di halaman/ teras pertama ini, tepatnya di belakang nameboard ada sebuah reruntuhan candi. Berbentuk segi empat yang atapnya sudah runtuh. Belum nampak sentuhan dari para peneliti untuk merekonstruksi reruntuhan ini.Â
Lalu, saya melangkah menaiki tangga batu yang sudah direkonstruksi menuju teras yang lebih tinggi. Sebenarnya ada dua tangga. Di sisi timur dan barat. Saya menaiki anak tangga yang sisi barat. Anak tangganya masih didominsi batu-batu asli. Tapi tembok pembatasnya sudah dirapikan dengan sulaman batu-batu baru.