Hasil uji radio karbon pada arang sisa pembakaran yang ditemukan di Situs Liyangan menunjukkan kandungan karbonnya berusia lebih dari 1400 tahun. Artinya, arang tersebut dipakai di sekitar abad 6 Masehi. Terkubur di kedalaman antara dari 8-12 meter, bersama sisa peradaban kuno seperti candi pemujaan, pecahan keramik, alat upacara, petirtaan serta bekas-bekas hunian dan lahan pertanian. Menariknya. ditemukan pula sebuah Yoni panjang dengan tiga lubang, sebagai Yoni unik satu-satunya di Nusantara.
Keberadaan Situs Liyangan, nasibnya mirip kota Pompeii. Kota Romawi kuno yang luluh lantak, terbakar, dan terkubur oleh abu vulkanik Gunung Vesuvius di tahun 79 M.Â
Jika kota Romawi kuno ini terlacak jejaknya di tahun 1700an dan mulai diekskavasi di tahun 1800-an, maka bayang-bayang jejak peradaban pemukiman kuno Liyangan baru terendus di tahun 2008. Sejak saat itulah, Situs Liyangan mulai banyak diperbincangkan dan menarik perhatian arkeolog juga geolog untuk menelitinya.
Perlahan tapi pasti, setelah diekskavasi secara bertahap, situs di Dusun Liyangan, Desa Purbosari (dan Desa Tegalrejo), Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah ini, satu demi-satu mulai menampakkan jejak-jejak paradaban dari zaman Mataram Kuno yang cukup penting.
Menempuh 350 Km
Sabtu, selepas Ashar rombongan kecil kami tiba di Rest Area Km 575, Paron, Ngawi. Tak terasa, saya sudah menempuh perjalanan lebih dari 3 jam, sejak masuk gerbang Tol Pandaan.
Melaju di bawah terik matahari selepas dzuhur di Tol Trans Jawa yang siang itu lumayan lengang. Kendaraan saya pacu dengan kecepatan standar. Khawatir ada pengaruh terhadap roda dari jalan tol berbahan beton cor yang panas akibat sengatan sinar matahari.Â
Sebenarnya, rute akan lebih pendek jika potong kompas. Dari Pandaan langsung ke Mojosari dan masuk gerbang Tol Mojokerto. Tapi saya memilih untuk memutar lewat Sidoarjo. Keluar di exit Tol Waru. Lalu masuk ke Tol Warugunung dan melanjutkan ke jalur Tol Trans Jawa arah Mojokerto - Solo - Semarang.