Mohon tunggu...
Teguh Hariawan
Teguh Hariawan Mohon Tunggu... Guru - Traveller, Blusuker, Content Writer

Blusuker dan menulis yang di Blusuki. Content Writer. "Menyurat yang Silam, Menggurat yang Menjelang " : (Nancy K Florida)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

ECOMSTER, Gagasan Awal Nadiem Merevolusi Pendidikan

15 November 2019   20:30 Diperbarui: 15 November 2019   20:36 8709
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahasa Inggris, Bahasa Coding/ bahasa pemrograman komputer, Mentoring dan Coaching,  Statistik dan Psikologi serta Pendidikan Karakter dan Berfikir Kritis, sudah dikenalkan oleh Nadiem Makarim sebagai pilar-pilar yang patut dikaji dan diperkuat serta didorong untuk dilaksanakan dalam merevolusi pendidikan di Indonesia. Supaya nggak terlalu panjang, saya buatkan akronim untuk menyingkat gagasan itu jadi: English-Coding-Mentoring-Statistik-CharakTER= ECOMSTER.

ECOMSTER ini disampaikan Nadiem  sebagai bagian penting dari  paparannya yang bertajuk "Pengembangan SDM Indonesia Menuju Ekonomi Digital" dalam sebuah seminar.  Menariknya, gagasan ECOMSTER ini dikupas Nadiem sebelum ditunjuk Jokowi jadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

Nadiem yang kala itu berbicara sebagai CEO GOJEK menyampaikan pokok-pokok pikirannya dengan sangat lihai dan cerdas. Nadiem memaparkan, saat ini kita sedang menghadapi kompetisi global. Tidak lagi kompetisi lokal. Banyak inovasi-inovasi dan disrupsi yang berjalan begitu cepat. Maka untuk mengatasinya perlu investasi human capital. Perlu disiapkan generasi muda yang siap menyambut kompetisi global yang serba digital ini. 

4 Hal Wajib dalam Kurikulum SMA Masa Depan

Hal pertama yang wajib dikuasai oleh generasi muda di dunia global adalah Bahasa Inggris/ English. Hampir semua konten ilmu pengetahuan saat ini tersedia di dunia maya. Berbagai kebutuhan literasi sudah tersebar di internet. Hampir semuanya serba digital. Namun kebanyakan pengetahuan yang tersedia tersebut berbahasa Inggris. 

Artinya, jika generasi muda ingin lebih maju, harus dipaksa untuk menguasai Bahasa Inggris agar dapat setiap saat menggali informasi dari akses digital yang sudah tersedia. Sepertinya, Nadiem mencontohkan dari dirinya sendiri yang memiliki kemampuannya berbahasa Inggris dengan sangat bagus, sebagai salah satu modal membangun dan membesarkan GOJEK.

Kedua penguasaan bahasa pemrograman atau Coding.  Ke depan dibutuhkan banyak coder, yakni anak-anak muda yang mampu menguasai bahasa pemograman untuk membangun dunia virtual. Dengan kemampuan bahasa pemrograman ini maka, akan makin banyak anak muda yang akan menghasilkan aplikasi-aplikasi baru. Akan tercipta start up-start up baru. Nadiem menekankan, Bahasa Inggris dan Coding seharusnya wajib diajarkan di tingkat pendidikan SMA. 

Di era digital, data yang berbicara. Maka, di dunia digital diperlukan kemampuan mengakses dan menganalisa data. Jika tidak ada kemampuan membaca data ini, maka yang terjadi adalah, kita akan tertipu oleh data dan tertinggal oleh tren yang seharusnya bisa membawa kita lebih maju dari yang lain. Maka, Nadiem menekankan anak-anak setingkat SMA seharusnya diajari tentang Statistik.  Harapannya,  dengan diajarkannya Statistik maka anak muda akan memiliki kemampuan membaca data  secara kritis sekaligus untuk mengambil keputusan.

Selain Statistik, Nadiem juga menjelaskan bahwa Psikologi adalah aspek penting dalam menyambut perkembangan laju teknologi digital yang demikian cepat. Unsur dari desain, unsur dari Aplikasi atau Website adalah bagian dari implementasi Psikologi. Dengan kemampuan Psikologi inilah, anak-anak muda yang kreatif akan mampu menarik konsumen  atau menarik suplier dalam platform yang kita buat. 

Nasionalisme Sempit

Gagasan terakhir Nadiem yang cukup tajam dan bagi sembagian orang mungkin kontroversial adalah Mentoring yakni Belajar dari Pakar Global. "Kita tidak boleh terjebak dengan Nasionalisme sempit," papar Nadiem. 

Singkatnya, agar generasi muda secepatnya dapat alih teknologi dan menguasai  IPTEK serta  memiliki skills, maka caranya adalah mendatangkan ribuan  insinyur-insinyur dari Bangalore, India atau Silicon Valey atau dari Beijing.  

Mereka diundang untuk bekerja sekaligus mentransfer teknologi  agar Indonesia berkesempatan untuk menjadi Trully Digital  Economic Super Power.  Jika ini terwujud, maka akan tercipta komunitas dunia berbasis digital.  

Nadiem Makarim sangat yakin,   idenya mendatangkan para pakar atau mengajak The Best Of The World berbondong-bondong ke Indonesia, pasti berdampak postif terhadap kemajuan Indonesia.  

Konsepnya adalah  Brain Drain The World To Indonesia. Bukan malah  anak-anak muda potensial yang lari ke luar negeri.  Dan Nadiem pun menyadari, gagasan terakhirnya ini  pasti ada yang tidak suka. Namun Nadiem sangat yakin, lima hal ini -yang saya sebut ECOMSTER-  akan mampu membawa pendidikan Indonesia ke arah yang lebih baik di zaman Revolusi 4.0.

Mungkin berdasarkan paparan ini juga, Presiden Jokowi  akhirnya mantab memilih Nadiem Anwar Makarim jadi Meneteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia untuk lima tahun ke depan. 

Nadiem dianggap sosok yang mampu mengatasi disrupsi serta merevolusi pendidikan dan tahu kebutuhan dunia di masa depa.  Selamat datang dan selamat bekerja Mas Menteri.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun