Kembali ke kantor Jasamarga. Tiba di kantor yang agak sepi, saya tanya pada seorang yang lagi duduk-duduk di tempat parkir.
"Di mana kantor pengelola tol pak?" tanya saya.
"Jasamarga atau PJR ?," sang bapak balik bertanya.
"Mau urusan kartu Tol pak, " lanjut saya.
"Ooo.. kalau itu, masuk pintu ini dan nanti belok kiri," jawab sang bapak sambil menunjuk pintu di basement parkir.
Setelah berterima kasih, saya masuk pintu yang terhubung dengan tangga naik memutar. Tiba di dalam, saya kebetulan berpapasan dengan seseorang. Saya sampaikan urusan saya dan diantar ke bagian yang saya tuju.
Pak Hendro dan seorang rekannya, ramah menerima saya di kantor. Saya kemudian ceritakan kronologi kejadiannya.Â
Saya tunjukkan bukti fisik yang saya bawa.
"Saya tidak komplain kok pak. Saya hanya mau ngecek dan bertanya saja. Mengapa hal seperti ini bisa terjadi!" ungkap saya.
Kalau hitung-hitungan untung rugi, jelas untuk komplain ini saja saya tambah rugi transport dan bensin he-he-he. Tapi, info tentang "teknologi" jalan tol ini yang saya cari untuk ditulis di Kompasiana.
Sensor Tidak Akurat
Singkat cerita, pihak pengelola mengakui bahwa alat yang dipasang di GTO-nya masih belum canggih benar. Kadang masih salah mendeteksi kendaraan yang masuk itu termasuk Gol I atau Gol II.