Mohon tunggu...
Teguh Hariawan
Teguh Hariawan Mohon Tunggu... Guru - Traveller, Blusuker, Content Writer

Blusuker dan menulis yang di Blusuki. Content Writer. "Menyurat yang Silam, Menggurat yang Menjelang " : (Nancy K Florida)

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Parade Reog "Ngamen" di Zaman Milenial

3 Oktober 2018   09:29 Diperbarui: 3 Oktober 2018   14:13 2859
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penonton berjubel (Suntriyo Penthol)

Kehadiran Mas Irwan dengan rombongan Reog-nya ke Prigen pagi itu adalah luar biasa menurut saya. Di tengah himpitan munculnya seni-seni modern, Mas Irwan dan kawan-kawan tetap semangat melestarikan seni tradisi yang bagi beberapa anak zaman milenial kurang dikenal. Kalau tidak ada orang-orang seperti Mas Irwan, saya yakin, perlahan tapi pasti, seni-seni tradisi semacam ini akan layu dan mati.

SINGO BOLANG

"Kami sudah keliling Indonesia Pak," lanjut Mas Irwan yang saya taksir usianya belum genap 25 tahun. Dia bercerita, Grup Reog Singo Bolang pimpinan Pak Tri dari Madiun sudah 6 tahun melakukan aktivitas Nguri-uri budaya seperti ini. Hampir tiap hari selalu tampil di seluruh pelosok negeri. "Kita libur kalau Bulan Puasa dan Bulan Besar (Bulan dalam kalender Jawa) saja," ungkap Mas Irwan. 

Harimau Putih
Harimau Putih
Dipilihnya nama Singo Bolang, sepertinya juga bukan tanpa alasan. Singo artinya Singa atau Harimau (Macan). Bolang artinya ya travelling alias blusukan ke seluruh penjuru negeri.

Cocok dengan aktifitas keseharian Grup Reog Ponorogo ini. Memang, ada dilema dalam pembuatan perangkat seni ini. Penggunaan Bulu Merak dan Kulit (Kepala Harimau), bagi saya juga cukup jadi tanda tanya. "Kalau kulit Kepala Harimau ini, selain dari dalam negeri kita impor pak," ungkap mas Irwan. Harganya sekitar 15 juta sampai 20 juta," Mas Irwan tiba-tiba menjawab rasa penasaran saya. "Itupun kita peroleh secara legal!"

"Kalau bulu meraknya sudah ada pemasok yang mengumpulkan dari penangkaran, Taman Safari dll," papar Irwan. Dari angka yang disebutkan tadi, saya jadi geleng-geleng kepala. Ternyata, tidak sekedar tenaga, keringat, waktu, dan pengorbanan lainnya. Butuh biaya besar juga ternyata untuk membuat Dhadak Merak ini. Memang saya lihat, tidak hanya Harimau Loreng tapi juga ada Harimau Putih yang digunakan untuk Topeng Reog nya.

Dhadak Merak Reog Ponorogo
Dhadak Merak Reog Ponorogo
ATRAKSI DHADAK MERAK

Siang, pukul 13.00 Lapangan Kelurahan Prigen sudah dipenuhi warga. Mereka berbondong bondong ingin menyaksikan tampilan Parade Reog yang akan digelar.

Seakan tak mempedulikan panas yang masih menyengat dan lapangan yang agak berdebu. Dengan sabar masyarakat Prigen dan sekitarnya, yang kebanyakan sambil momong (mengasuh anak), menunggu atraksi dimulai. Ya, mengenalkan seni tradisi pada anak-anak usia dasar adalah penting bagi pelestarian budaya bangsa ini. Tak lama, rombongan pun datang. 

Hokya.. hokya.. hokya... teriakan teriakan penuh semangat dari rombongan penari Reog menggetarkan sekitar lapangan. Dua Puluh Reog yang tadi pagi berjajar di trotoar sudah datang berombongan memasuki lapangan yang sudah tertutup terpal di sekelilingnya.

Atraksi pun dimulai. Diiringi musik khas yang rancak, Parade Reog Ponorogo menampilkan gerakan tarian mirip Singa dan Harimau. Kekuatan leher para pemain Reog tak perlu diragukan lagi.

Seni Reog Ponorogo
Seni Reog Ponorogo
Bulu Cantik
Bulu Cantik
Beban berat Dhadak Merak Reog nampak ringan bagi mereka. Dhadak Merak (sebutan hiasan Reog) meliuk-liuk mengikuti gerakan leher. Kaki-kaki perkasa pun mengimbangi agar liukan dan gerakan Dhadak Merak tidak membuat mereka terjengkang atau roboh.

Atraksi demi atraksi mengalir di tengah lapangan Kelurahan Prigen yang berdebu. Panas mentari tak menyurutkan penonton untuk terus bertahan di pinggir lapangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun