Saya memilih spot yang bernuansa tradisional. Posisinya ada di ujung timur. Di tempat paling tinggi. Aneka bentuk gaman (senjata) tradisional sudah disiapkan untuk adegan foto. Ada keris, trisula, tombak, sampai gendewa dan anak panahnya.Â
Kerisnya tidak hanya satu. Ada banyak. Saya ambil satu yang paling gede dan paling panjang. Jadilah foto saya seperti pawang hujan, he he he. Eits jangan lupa, memasukkan rupiah seikhlasnya pada omplong (kaleng tempat uang) pak Tua yang sudah menyiapkan spot iniÂ
Sekali lagi, siapkan topi kalau Anda datang siang hari ke tempat ini. Matahari begitu menyengat. Angin yang berhembus kuat di puncak bukit, tidak mampu mengusir gerah yang terus melanda. Sepertinya pengelola harus selalu merawat pohon-pohon yang mulai ditanam.Â
Agar segera tumbuh subur dan rindang. Syukur-syukur kalau disiapkan beberapa gazebo, sekedar untuk ngiyup (berteduh) dan melepas penat. Sungguh sayang kalau hanya sebentar di puncak bukit ini gara-gara kepanasan. Viewnya sangat eksotis. Â Nampak puncak-puncak Candi di sekitar Prambanan. Pemandangan sekitar Sleman juga memberi nuansa segar ke mata.
Melibatkan masyarakat sekitar secara keseluruhan. Secara otomatis akan meningkatkan penghasilan. Menumbuhkan ekonomi kreatif. Siang itu saja, tak kurang dari 30 Bus yang parkir di lokasi. Belum kendaraan roda empat serta ratusan motor. Saya yakin, Â ke depan wisata jogjakarta akan makin moncer ditunjang keberadaan Tebing Breksi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H