Mohon tunggu...
Teguh Hariawan
Teguh Hariawan Mohon Tunggu... Guru - Traveller, Blusuker, Content Writer

Blusuker dan menulis yang di Blusuki. Content Writer. "Menyurat yang Silam, Menggurat yang Menjelang " : (Nancy K Florida)

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

"Membaca" Prasasti dengan Air dan Tepung

7 September 2018   10:00 Diperbarui: 7 September 2018   21:07 1830
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Goresan aksaranya tidak begitu jelas. Maka,  sesaat kemudian Mbah Sudi mengambil  gulungan plastik kresek dari dalam tas yang dibawanya. Saya perhatikan saja apa yang dilakukan pak dokter ini. Ternyata yang dikeluarkan adalah: sikat gigi dan satu plastik tepung kanji.  

Foto: dokumentasi Pribadi
Foto: dokumentasi Pribadi
Foto: dokumentasi Pribadi
Foto: dokumentasi Pribadi
Foto: dokumentasi Pribadi
Foto: dokumentasi Pribadi
"Saya minta airnya," kata Mbah Dokter. Sentot menyodorkan air mineral yang dibawanya. Segera Mbah Dokter memerciki permukaan batu prasasti dengan air. Tanpa komando, mereka berdua kemudian asyik menyikat jamur-jamur di permukaan prasasti. 

Setelah disikat berulang dan diguyur air, maka permukaan prasasti mulai bersih. Mulai tampak jelas huruf-hurufnya. Oooo, begini caranya memunculkan huruf-huruf di prasasti, pikir saya. 

Segera saya ambil HP. Saya foto permukaan prasasti dari beberapa sisi, agar aksara-aksara kuno itu makin jelas terbaca. Tanpa menunggu lama, segera saya kirim message ke Mbah Goenawan Sambodo. 

Pakar epigrafi dan baca tulis Aksara Jawa Kuno. Karena saya sendiri buta huruf Jawa Kuno, he he he he. Tidak pakai lama, beliau membalas. "Itu tahun 1128 Saka," saya baca pesan WA Mbah Goen. "Berarti sekitar Tahun 1206 Masehi. Sejaman dengan era Kediri" balas saya. Karena Tahun Saka harus ditambah 78 tahun agar jadi Tahun Masehi. "Kurang lebih begitu, " kata Mbah Goenawan. Prasasti mungil itu bertuliskan sebuah mantra, urai Mbah Goen. Saya sih percaya saja, lha wong memang gak bisa baca.

Foto: dokumentasi Pribadi
Foto: dokumentasi Pribadi
Mantra berangka Tahun 1128 saka atau 1206 Masehi
Mantra berangka Tahun 1128 saka atau 1206 Masehi
Sesaat kemudian, ternyata Mbah Dokter masih melanjutkan aksinya agar aksara-aksara kuno makin tampak jelas. "Ini jurus pamungkas," kata Mbah Dokter sambil membetulkan letak kacamatanya. Segera, ditaburi permukaan prasasti yang sudah kering dengan tepung kanji. Benar juga, aksara-aksara di permukaan batu itu makin kentara. 

Begitulah, sore itu Komunitas Tapak Jejak Kerajaan dan Komunitas Jelajah Sejarah Budaya Pasuruan, kembali blusukan. Sedikit berbuat untuk nguri-uri (merawat, memelihara dan melestarikan) warisan yang tercerai berai dari masa lalu. Sing penting tandang, ora golek kondang, (yang penting kerja, dilakukan. Tidak mencari pencitraan atau ingin terkenal). Konon begitu motto komunitas sejarah.... ayo Blusukan!

Foto: dokumentasi Pribadi
Foto: dokumentasi Pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun