Targetnya, sebelum pukul 11.00 harus sampai di sekolah. Seratus meter sebelum jalan utama, peserta hunting saya ajak potong kompas. Karena di jalan utama toh tidak ada kendaraan umum. Harus menuju pertigaan Trawas untuk naik angkutan.Â
Saya ajak seluruh peserta lewat pinggir-pinggir sungai kecil. Lewat pematang sawah yang menghijau. Sesekali menerabas semak-semak yang menghalangi. Sampai akhirnya tiba di ujung persawahan yang penuh dengan batu-batu andesit besar.Â
Mulanya kami anggap itu hal biasa, karena ini daerah pegunungan. Tentu dilereng-lerangnya banyak bertebaran batu-batu gunung.
Batu andesit itu sudah ditatah sedemikian rupa sehingga berbentuk menyerupai bujur sangkar. Di permukaannya yang sudah rata ada goresan berbentuk kotak dengan kedalaman sekitar 5cm. Di salah satu ujung batu persegi empat ini ada sebuah tonjolan batu.Â
Menilik dari bentuknya, saya bisa menyimpulkan ini adalah calon sebuah Yoni. Perlambang jenis kelamin wanita. Biasanya dalam sebuah tempat suci terdapat Yoni sekaligus Lingga sebagi perlambang laki-lakinya. Agaknya, sama seperti Reco lanang, Yoni di kaki Gunung Buthak ini juga belum selesai penggarapannya. Bolehlah ini saya sebut Unfinished Yoni.Â
Dilihat dari ukurannya, sebenarnya Yoni di Trawas ini agak berbeda dengan Yoni pada umumnya. Ini lumayan besar. Hampir sama dengan ukuran Yoni di Klinterejo, Mojokerto.Â
"Coba cari di sekitar batu-batu itu, barangkali ada artefak lain," saya perintahkan anak-anak KIR untuk menyebar. Hasilnya nihil. Hanya ada satu saja batu yang sudah dipahat. Maka, selesai mendokumentasikan, perjalanan kami lanjutkan.Â
Baru lima puluh meter berjalan, saya yang berjalan paling paling depan ketemu seorang petani yang sedang mencangkul di sawahnya. "Nuwun sewu pak," saya minta ijin melintas. "Nggih, monggo," jawa pak tani ramah sembari menghentikan aktifitasnya.Â
Saya sempatkan sedikit bertanya tentang kekunaan ini. "Itu tadi namanya Watu Koco (Batu Kaca)," kata pak Sukri, nama petani yang saya temui. Â
Saya mahfum dengan penjelasan itu. Watu Koco, ya karena permukaan batu yang rata, kemudian dipahat lagi berbentuk kotak persegi panjang di permukaannya, maka memang nampak seperti kaca. Â