Mohon tunggu...
Teguh Hariawan
Teguh Hariawan Mohon Tunggu... Guru - Traveller, Blusuker, Content Writer

Blusuker dan menulis yang di Blusuki. Content Writer. "Menyurat yang Silam, Menggurat yang Menjelang " : (Nancy K Florida)

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Mengintip "Bengkel Arca" Gunung Buthak di Trawas

16 September 2018   06:41 Diperbarui: 17 September 2018   23:25 4061
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Targetnya, sebelum pukul 11.00 harus sampai di sekolah. Seratus meter sebelum jalan utama, peserta hunting saya ajak potong kompas. Karena di jalan utama toh tidak ada kendaraan umum. Harus menuju pertigaan Trawas untuk naik angkutan. 

Saya ajak seluruh peserta lewat pinggir-pinggir sungai kecil. Lewat pematang sawah yang menghijau. Sesekali menerabas semak-semak yang menghalangi. Sampai akhirnya tiba di ujung persawahan yang penuh dengan batu-batu andesit besar. 

Mulanya kami anggap itu hal biasa, karena ini daerah pegunungan. Tentu dilereng-lerangnya banyak bertebaran batu-batu gunung.

Sebaran batu andesit |Dokumentasi pribadi
Sebaran batu andesit |Dokumentasi pribadi
Watu Koco (bakal Yoni)|Dokumentasi pribadi
Watu Koco (bakal Yoni)|Dokumentasi pribadi
"Pak, ada batu kotak!" teriak  Arief, ketua KIR yang berjalan paling. Teriakan itu sontak membuat seluruh anak KIR jadi penasaran. Mereka bergegas menuju asal suara. Benar ternyata, diantara batu-batu besar di persawahan ini, ada sebuah batu yang sudah mendapatkan sentuhan tangan manusia. 

Batu andesit itu sudah ditatah sedemikian rupa sehingga berbentuk menyerupai bujur sangkar. Di permukaannya yang sudah rata ada goresan berbentuk kotak dengan kedalaman sekitar 5cm. Di salah satu ujung batu persegi empat ini ada sebuah tonjolan batu. 

Menilik dari bentuknya, saya bisa menyimpulkan ini adalah calon sebuah Yoni. Perlambang jenis kelamin wanita. Biasanya dalam sebuah tempat suci terdapat Yoni sekaligus Lingga sebagi perlambang laki-lakinya. Agaknya, sama seperti Reco lanang, Yoni di kaki Gunung Buthak ini juga belum selesai penggarapannya. Bolehlah ini saya sebut Unfinished Yoni. 

Dilihat dari ukurannya, sebenarnya Yoni di Trawas ini agak berbeda dengan Yoni pada umumnya. Ini lumayan besar. Hampir sama dengan ukuran Yoni di Klinterejo, Mojokerto. 

"Coba cari di sekitar batu-batu itu, barangkali ada artefak lain," saya perintahkan anak-anak KIR untuk menyebar. Hasilnya nihil. Hanya ada satu saja batu yang sudah dipahat. Maka, selesai mendokumentasikan, perjalanan kami lanjutkan. 

Baru lima puluh meter berjalan, saya yang berjalan paling paling depan ketemu seorang petani yang sedang mencangkul di sawahnya. "Nuwun sewu pak," saya minta ijin melintas. "Nggih, monggo," jawa pak tani ramah sembari menghentikan aktifitasnya. 

Saya sempatkan sedikit bertanya tentang kekunaan ini. "Itu tadi namanya Watu Koco (Batu Kaca)," kata pak Sukri, nama petani yang saya temui.  

Saya mahfum dengan penjelasan itu. Watu Koco, ya karena permukaan batu yang rata, kemudian dipahat lagi berbentuk kotak persegi panjang di permukaannya, maka memang nampak seperti kaca.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun