Di sekeliling arca dipagar besi sehingga pengunjung tak dapat menyentuhnya. Jika diperbandingan, Reco Lanang, ukurannya hampir sama dengan Dwarapala kembar penjaga gerbang di daerah Singosari Malang. Â Dua Dwarapala itu dekat dengan berdirinya Candi Singhasari.
Dulu, saat pertama kali ditemukan arca ini posisinya terguling/ rebah. Â Baru di sekitar tahun 1990-an, arca besar ini dapat ditegakkan. Jika dicermati, arca monolith dari batu andesit ini kondisinya masih kasar.Â
Pengambaran yang jauh dari selesai dan sempurna, jika dibandingkan dengan Arca Joko Dolog, di Surabaya, misalnya. Pahatan di permukaan masih kasar dan belum tuntas.Â
Tidak ada ornamen atau hiasan sama sekali. Tidak dijumpai prasasti atau angka tahun. Apakah memang sengaja dibuat demikian? Atau karena ada suatu peristiwa besar di kerajaan/ istana sehingga berpengaruh pada pembuat arca agar menghentikan pekerjaannya? Semua masih tanda tanya. Inilah Unfinished Buddha.
Jika dikaitkan dengan Arca Joko Dolog, di Taman Simpang Surabaya, yang jelas-jelas Arca Budha, dan memiliki bentuk hampir sama, bisa jadi Reco Lanang adalah gambaran dari Kertanegara, raja termashyur dan terakhir dari Kerajaan Singhasari.Â
Ini lantaran, dalam berbagai kitab kuno, Kertanegara dikenal sebagai pemuja Siwa Budha, sehingga dikenal dengan sebutan Bhatara Siwa Budha (Hardjowardojo, 1965 dalam Munandar, 2016). Bisa jadi kedua arca ini adalah Maha Aksobhya, yang dibuat oleh para silpin untuk menunjukkan "kebesaran" Kertanegara.
Setelah hampir satu jam di situs Reco Lanang, seluruh peserta hunting pagi itu saya ajak  turun ke jalan.  Tujuan selanjutnya adalah ke sebuah arca terguling yang  masyarakat sekitar menyebutnya Reco Wadon. Jaraknya lumayan dekat, sekitar 50 meter dari lokasi Reco Lanang. Â
Sayangnya, kami tidak bisa melihat arca tersebut lantaran lokasinya ada di sebuah villa milik pribadi yang pintunya terkunci rapat dan sekeliling  rumah beserta kebunnya berpagar kawat berduri.Â
Mentari semakin naik. Banyak masyarakat mulai beraktifitas. Ada yang baru pulang dari menyabit rumput. Ada yang mulai menggarap kebunnya. Kamipun melanjutkan perjalananan. Turun menyusuri jalan beraspal.Â