Dari uraian Nagara Krtagama di atas, untuk sampai di Dukuh Madakaripura, Prabu Hayam Wuruk harus melewati desa-desa (dukuh) Kedung Dawa, Rame, Lampes, Times, Pogara, dan Dadap. Posisi desa-desa ini penting untuk melacak keberadaan Madakaripura. Terlebih ketika pupuh 19: 1d, oleh Hadi Sidomulyo diterjemahkan sebagai: Dan di mandhala Hambulu Traya iringan kereta berjalan sampai Dhadap (mwang ring mandhala hambulu traya teke dhadhap adulurikang rathala (rawalaris), ada tambahan satu desa lagi yang dilalui baginda saat menuju Madakaripura yaitu Bulu.
Nah, dimanakah letak desa-desa yang dicatat Mpu Prapanca tersebut? Mengikuti Hadi Sidomulyo, penulis juga membuka peta untuk mencari nama-nama desa dimaksud. Termasuk blusukan ke lokasi yang sudah diidentifikasi. Yang menggembirakan, ternyata lokasi-lokasi yang dicatat Prapanca tidak jauh dari rumah. Masih di sekitar wilayah Kabupaten dan Kota Pasuruan ternyata. Artinya, banyak kesempatan dan waktu untuk blusukan mencarinya. Dari beberapa kali, blusukan, beginilah ceritanya....
Hadi Sidomulyo mengidentifikasi Kedung Dawa ada di wilayah Kraton, Lampes, mirip Klampisrejo (Latitude: -740'49.8"Longitude: 11250'27.97"). Times tidak diketahui. Pogara lebih mendekati nama Dusun Bugoro, di Desa Bukir (Latitude: -739'4.32"Longitude: 11253'0.95"). Kawasan Bukir merupakan sentra kerajinan mebel di Pasuruan. Bulu ada di dua tempat. Kraton dan Desa Krampyangan Kota Pasuruan. Melihat urutan perjalanan, Dusun Bulu, Kelurahan Krampyangan lebih diutamakan.
Setelah Dusun Bulu, raja memasuki Dhadhap. Banyak nama Dadap di Pasuruan. Yang paling sesuai untuk melacak perjalanan Hayam Wuruk adalah dusun Dadapan di Desa Grogol, seperti yang ditunjukkan Amrit Gomperts. Penulis menyusurinya dari Gondang Wetan menuju Dusun Lajuk dan Desa Grogol. Dari pertigaan Dadapan ini ke arah timur akan sampai di Baledono. Jika ke Utara masuk Dusun Sadeng, Desa Manikrejo.
Rekonstruksi Awal
Maka rekonstruksi lengkap perjalanan Hayam Wuruk saat menuju Dukuh Kasogatan Madakaripura adalah dari Bangil/ Rembang- Kraton- Bugoro (Bukir)-Kebon Agung (sekarang ada terminalnya)- Purut (rumah sakit kota Pasuruan)- Bulu (Krampyangan) dan menuju Bakalan dan masuk Desa Dadapan (sekitar Grogol). Setelah Dadapan inilah Dukuh Madakaripura, tanah perdikan milik Mahapatih Gajah Mada berada. Karena Gajah Mada pembesar Majapahit, tentu saja Dukuh Madakaripura sangat luas, subur dan indah permai. Cocok dengan kondisi daerah Timur Grogol saat ini. Di Dusun Sendang (Timur Laut Grogol), masuk Desa Manikrejo ada kekunoan. Namanya Sendang Beji, berupa sendang/ kolam (mata air). Kata penduduk, di dasar dan samping sendang ini dulu ada susunan bata kuno.
Di Pasuruan ada dua sumber mata air besar yang saat ini masih berfungsi. Banyu Biru (Telaga Wilis) di Desa Sumberejo dan Umbulan. Melihat sisa-sisa peninggalan, serta fragmen arca agaknya Banyu Biru lebih cocok sebagai Capahan. Tempat raja melakukan mandi bakti. Artinya, Dukuh Madakaripura terletak antara Dadapan dan Banyu Biru!
Tidak hanya posisi Dadapan dan Capahan yang sangat menunjang bahwa Madakaripura ada di Pasuruan. Keberadaan desa-desa di sekitar Madakaripura yang mempersembahkanmakanan minuman saat raja tiba di Madakaripura juga bisa ditemui di sekitar daerah ini. Nagara Krtagama pupuh 20:1a-1d mencatat: Sampai di Dukuh Kasogatan semua mempersembahkan makanan pada Baginda Raja, Satu persatu seperti Gapuk, Sadewi, Wisiyasa, Isana Bajra,. Juga Ganten, Poh, Capahan, Kalampitan , Lumbang, Kuran, We Petang. Serta Pancar semua yang tinggal di lingkungan biara berduyun-duyun menghadap.
Jadi untuk membuktikan The Lost City Dukuh Madakaripura ada di sekitar Dadapan dan Capahan (Banyubiru), maka kita harus pula menemukan nama-nama desa Gapuk, Sadewi, Wisiyasa, Isana Bajra, Ganten, Poh, Kalampitan, Lumbang, We Petang, Kuran serta Pancar di sekitar Banyubiru pula.