Mohon tunggu...
Teguh Hariawan
Teguh Hariawan Mohon Tunggu... Guru - Traveller, Blusuker, Content Writer

Blusuker dan menulis yang di Blusuki. Content Writer. "Menyurat yang Silam, Menggurat yang Menjelang " : (Nancy K Florida)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pak Menteri, Jangan Lupakan Sekolah Swasta (Renungan Pendidikan Setelah 70 Tahun Indonesia Merdeka)

9 Agustus 2015   13:45 Diperbarui: 9 Agustus 2015   13:46 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bolehlah, kebijakan ini merupakan kebijakan di tingkat lokal (Kabupaten/Kota/ Provinsi), namun tidak terlepas dari kebijakan pemerintah pusat juga. Lantaran sumber dana pembangunan fisik sekolah negeri juga banyak yang berasal dari pusat. Baik yang bersifat Block Grant  maupun Dana Alokasi Khusus (DAK).

Dikotomi Negeri Swasta

Melihat jejak sejarah pendidikan di negeri ini, sudah sepatutnya tidak ada lagi dikotomi antara sekolah swasta dan sekolah negeri.  Jika sekolah-sekolah plat merah (sekolah negeri) diberi kesempatan untuk maju dan besar, sudah sepantasnya sekolah swasta juga diberi kesempatan yang sama. Ini tidak lepas dari validitas data yang ada di lapangan  yang seharusnya dipunyai dan dicermati oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Terutama  data Angka Partisipasi serta  Angka Transisi dalam kaintannya dengan pengadaan RKB (Ruang Kelas Baru). Artinya, jika di suatu daerah  jumlah ruang kelas sudah mencukupi, tentunya tidak perlu tiap tahun membangun ruang kelas baru. Karena jika tanpa kendali, di satu sisi, sekolah-sekolah plat merah jumlah ruang kelasnya makin bertambah, sekolah-sekolah swasta ruang kelasnya makin banyak yang kosong.

Negeri Minded

Banyak sekolah swasta yang sudah dikelola dengan baik. Manajemen modern. Berbiaya lebih murah dari sekolah negeri. Bahkan prestasinya tidak kalah dengan sekolah negeri. Mengapa masih kurang diminati masyarakat? Jawabnya simpel: Negeri Minded.  Sebagian masyarakat masih beranggapan status negeri adalah pilihan pertama dibanding sekolah swasta yang berkualitas!!

Agaknya, Pak Anies Baswedan selaku Menteri Pendidikan dan kebudayaan, tidak boleh melupakan keberadaan sekolah-sekolah swasta ini. Mereka adalah pioneer-pioner pendidikan di negeri ini. Tanpa sekolah swasta mungkin pencapaian kemerdekaan tidak akan “secepat” itu. Saya sangat percaya, pak Menteri yang sudah banyak menggebrak dan memberi angin segar di dunia pendidikan ini ke depan akan sangat memperhatikan keberadaan sekolah-sekolah swasta di negeri tercinta ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun