Mohon tunggu...
Teguh Hariawan
Teguh Hariawan Mohon Tunggu... Guru - Traveller, Blusuker, Content Writer

Blusuker dan menulis yang di Blusuki. Content Writer. "Menyurat yang Silam, Menggurat yang Menjelang " : (Nancy K Florida)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Awas, Gendam Siap Beraksi!

29 Maret 2013   11:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:02 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jam menunjukkan angka 16.00. Pak Mirza, Guru PNS di sebuah SMA di Pandaan baru saja menaruh motornya di ruang tamu. Sambil menenteng tas hitam dan melangkah ke ruang dalam, dilihatnya Dony,  sang putra yang baru kelas VII SMP sedang asyik  bermain-main  dengan Sugar Glider, hewan kecil sejenis bajing, kesayangannya. Hari ini dia libur, karena sekolahnya ada Try Out Ujian Nasional kelas IX.

"Dony, ambilkan Laptop ayah di loteng atas. Nanti taruh di meja kerja ayah!" perintah pak Mirza pada putranya.

"Lho, kan tadi sudah diambil teman ayah!'" sahut Dony tanpa beranjak dari kamarnya.

Pak Mirza terkesiap. Kaget! Kakinya belum sampai di ruang tengah. Segera dia  berbalik, melangkah cepat ke kamar anaknya.

Dipandangnya Dony dalam-dalam. "Lho yang ambil siapa? Apa kamu kenal orangnya?" tanya pak Mirza penuh selidik.

Dony bangkit. "Ngakunya tadi namanya Pak Udin. Katanya disuruh ayah ambil Laptop, karena mau dipakai di sekolah. Orangnya agak gemuk. Naik sepeda yang Plat Nomornya warna merah ." terang Dony Pak Mirza hanya mendengarkan dengan cermat.

Baru sedetik Dony selesai bicara, ibunya muncul di pintu depan. "Nah,   bajunya persis seperti yang dipakai Ibu," tegas Dony. Bu Mirza yang  pegawai PEMDA saat itu memakai baju coklat Kakhi.  Baju seragam khas pegawai negeri.

Saat itu juga pak Mirza bergumam, lirih. Hilang Laptopku!. "Ya sudah, gak papa. Memang bukan rejeki kita. Laptop-nya diambil orang Don!!" kata pak Mirza singkat. Bu Mirza jadi mengerti apa yang terjadi. Dia hanya tersenyum, mendekati Dony yang pucat  ketakutan. Ditenangkannya sang putra yang mulai menangis.

*****

Cerita nyata di atas, termasuk salah satu modus penipuan yang paling sering saya jumpai. Jika dihitung sudah empat kolega saya dari sekolah berbeda, yang mengalami hal serupa. Penipu datang ke rumah yang ditinggal kerja oleh penghuni rumah. Anak-anak juga sekolah. Tinggal hanya pembantu atau anggota keluarga lain. Sepertinya, penipu sudah sangat paham kondisi sekitar rumah dan kegiatan pemilik rumah. Bahkan sangat hafal dengan nama, kebiasaan juga ciri-ciri pemilik rumah. Jam 09.00 - 10.00 adalah pilihan waktu yang sering digunakan untuk beraksi.

Modusnya hampir sama. Dandanannya rapi jali.  Naik sepeda Plat Merah. Pakaian PNS. Kadang juga pakaian lain tapi perlente. Mengaku diutus pemilik rumah untuk mengambil Laptop. Saat mendekati korban (pembantu atau orang yang di rumah) selalu memperkenalkan sebagai orang suruhan dari kantor pemilik rumah.  Kata-katanya meyakinkan. Untuk lebih meyakinkan lagi, sering setelah basa-basi dia telepon-teleponan dengan seseorang. Seakan-akan sedang telepon dengan pemilik rumah. Suaranya dikeras-keraskan. Maka pembantu di rumah semakin percaya. Kebanyakan tidak kontrol lagi. Malah kadang buru-buru mengambilkan barang yang diminta,  karena takut majikannya di kantor menunggu terlalu lama dan marah. Korbannya kebanyakan guru-guru atau PNS.

Kadang saat beraksi tidak semulus itu. Bila  tidak mempan. Biasanya penipu memakai skenario lain. Menggunakan Ilmu Gendam. Istilah ilmiahnya mungkin Hipnotis. Cerita kolega saya, saat itu pembantunya didatangi tamu  yang mau ambil laptop. Tapi si pembantu cukup cerdas. dan mau menelpon majikannya. Segera, secepat kilat, tangan si tamu nyablek (menepuk) pundak si pembantu. Akibatnya, saat itu juga pembantu seperti linglung. Menuruti perintah si tamu mengambilkan barang yang diinginkannya. Bahkan termasuk, anting-anting dan kalung si pembantu terbawa oleh si tamu penipu.

Maka, saat ini semua saya dan kolega kalau menyuruh seseorang untuk mengambil sesuatu ke rumah harus menyertakan kartu pengenal (KTP/SIM) atau eblek (Kartu Pegawai) atau apapun yang juga dikenal orang rumah. Sehingga yang di rumah juga tidak mudah percaya dan bisa nge-cek. Ya, mudah-mudahn bukan KTP atau Kartu Pegawai yang jatuh kemudian ditemukan penipu lalu digunakan untuk tindak kejahatan. Kalau yang di rumah hanya anak-anak sebaiknya juga tidak diijinkan menerima siapapun. Kunci rumah dan pagar rapat-rapat. So... ambil sendiri barangnya ke rumah. Lebih aman.

****

Gendam atau Hipnotis juga sering dijumpai di angkutan-angkutan  menghubungkan kota-kota kecil di sebuah Kabupaten/ Kota. Sering,  penumpang wanita yang naik sendirian dan angkutan lagi  sepi, terpedaya dengan Gendam. Entah bagaimana caranya. Setelah pelakukan melakukan proses Gendam, penumpang wanita tersebut langsung lupa. Bukan lupa ingatan. Tapi lupa dan tidak bisa mengendalikan diri. Saat diminta melepas semua perhiasan manut saja. Diminta menyerahkan dompet,  ya diberikan semua termasuk isinya. Biasanya korban baru sadar saat sudah diturunkan dari kendaraan. Tentu saja untuk  modus ini, jelas melibatkan sopir angkutan.

Ternyata banyak kasus kejahatan di sekitar kita. Jadi selalu waspada!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun