Mohon tunggu...
Teguh Hariawan
Teguh Hariawan Mohon Tunggu... Guru - Traveller, Blusuker, Content Writer

Blusuker dan menulis yang di Blusuki. Content Writer. "Menyurat yang Silam, Menggurat yang Menjelang " : (Nancy K Florida)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Nikmati Siulan Seruling Laut dan Abrasi Sphinx di Pantai Klayar

24 April 2013   22:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:39 1021
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_249884" align="aligncenter" width="500" caption="Nyiur Melambai: Selamat Datang Pantai Klayar (dok pribadi)"][/caption]

Nyiur kelapa melambai-lambai begitu pertama masuk kawasan Pantai Klayar. Hembusan angin laut sepoi-sepoi dengan deburan ombak puith di bawah sana seakan menyambut kami berlima. Saya dengan keluarga saat itu juga begitu takjub dengan keeksotisan pantai di Laut Selatan ini. Seakan tak sabar ingin mencicipi nuansanya.

[caption id="attachment_249885" align="aligncenter" width="500" caption="Pelepas dahaga di kala terik mentari (dok pribadi)"]

13668151771740138591
13668151771740138591
[/caption]

Karena cuaca panas, ada baiknya sebelum menelusuri pantai , minum es Degan dulu sebagai pelepas dahaga. Meneguk dan  menikmati air kelapa muda sambil melihat ombak dan panorama, woow......! Harganya murah, hanya 5000 per buah. Begitu tandas dan tinggal tempurung,  kaki pun mengajak melangkah. Menyusuri pantai pasir putih panjang ke arah Timur. Pantainya lumayan bersih. Rasakan segarnya saat sesekali kaki basah oleh riak ombak yang mendekat.

Begitu tiba ujung Timur, kita akan terkesima karena disapa oleh sebuah celah nan indah. Diantara dua celah batu karang raksasa itu ombak bergulung-gulung  dan pecah di pantai. Pecahannya kemudian berbalik menyedot hamparan pasir  di pantai menimbulkan buih-buih putih. Ombak  yang tidak melewati celah, jika  hempasannya kuat akan mampu melewati karang sehingga muncul sebagai tirai dan cipratan air. Buih-buih putihnya begitu indah.

[caption id="attachment_249886" align="aligncenter" width="500" caption="kaget ... deburan dan gulungan ombak dahsyat di celah karang (dok pribadi)"]

13668152191665508103
13668152191665508103
[/caption] [caption id="attachment_249887" align="aligncenter" width="500" caption="Celah karang mirip laguna (dok pribadi)"]
1366815242722084152
1366815242722084152
[/caption] [caption id="attachment_249888" align="aligncenter" width="500" caption="Ombak dahsyat menghantam karang membentuk tirai (dok pribadi)"]
1366815267314779586
1366815267314779586
[/caption]

13668154361308364771
13668154361308364771

Selain ombak, di sebelah timur celah,  nampak karang raksasa menjulang. Abrasi telah membuat liukan, lekukan  dan pahatan indah didinding karang. Sepintas mirip Sphinx  milik Nubia. Segera, kaki seolah terseret untuk mendekatinya. Untuk itu harus menyisir  jalan setapak diatas karang datar. Akhirnya tiba disebuah pelataran dan disambut oleh seorang pemandu lokal. Belum sempat bertanya karena mata masih menikmati karang raksasa menjulang. Tapi awas, di kanan kita, ombak pun tetap bergulung-gulung melewati celah dengan dahsyatnya. Agaknya di tempat ini harus ekstra waspada. Sungguh semua ini karunia Yang Maha Pencipta.

[caption id="attachment_249889" align="aligncenter" width="500" caption="Abrasi laut pada Karang raksasa sepintas mirip Sphinx"]

13668152942019772480
13668152942019772480
[/caption]

1366815787821090184
1366815787821090184

Saya ditawari dan dibantu oleh pemandu lokal (lupa menanyakan namanya) untuk naik ke batu karang.  Berlima bergantian naik dan saling bertautan tangan  menapaki ”tangga” kecil menuju tepat di bawah karang menjulang. Ternyata di balik karang rakasasa ini terhampar  pemandangan laut lepas. Ngeri juga melihatnya.

Tiba-tiba : wooossssssshhhh! Pyurrrrr! Kami terkejut ada suara keras keluar dari sebuah lubang di pelataran karang bersamaan dengan semprotkan air.  Mirip air mancur  yang muncrat dengan kuatnya dari sebuah lubang di pelataran. Inilah si Seruling Laut dari Karang Bolong di pantai Klayar yang terkenal itu.

Konon, pada saat terntentu, semprotan air laut dari karang yang berlubang tidak hanya berbunyi : woosssssh saja. Tapi melengking mirip suara seruling.  Tanpa menyia-yiakan waktu, segera kami minta ijin pada pemandu untuk foto di dekat si Seruling laut.. Eh..... ternyata, pemandu ini pun  masih minta ijin lagi pada seseorang yang memakai Udeng (ikat kepala orang Jawa dari kain batik ) yang posisinya agak jauh dan selalu melihat ke laut lepas. ”Itu bapak juru kunci,” kata pemandu lirih.

[caption id="attachment_249890" align="aligncenter" width="500" caption="DI bawah Sphinx (dok pribadi)"]

136681535834606751
136681535834606751
[/caption] [caption id="attachment_249891" align="aligncenter" width="500" caption="Wossshhhhhhh.... Seruling Laut memyemprotkan air mancurnya segerrr (dok pribadi)"]
13668153782136323001
13668153782136323001
[/caption]

Kami pun diijinkan untuk foto dengan latar  semprotan air (air mancur)  Serling laut dari Karang Bolong. Sensasinya jadi lebih luar biasa tatkala  bulir-bulir air yang jatuh tertiup angin samudera dan jatuh di wajah. Kata bapak pemandu, bila ombak di bawah sangat kuat., air mancurnya bisa setinggi 10 meter dan siulannya nyaring  sekali!

Sungguh nikmat berlama-lama di tempat ini. Tapi saat di kawasan ini jangan sampai terlena. Ombak besar bisa datang tiba-tiba. Kita harus selalu waspada. Selalu ikuti petunjuk pemandu (guide) lokal yang berbaik hati meluangkan waktunya menemani. Untuk itu jangan merasa rugi kalau sekedar memberi dan berbagi rejeki.

Begitulah, siang itu kami begitu jatuh cinta dengan Pantai Klayar Pacitan. Selain pantainya yang bersih dan nyiur yang selalu melambai-lambai serta Karang Sphinx yang menjulang gagah, yang paling tak bisa dilupakan  adalah sensasi semprotan air mancur dan siulan Seruling Laut-nya.

Betul kata orang, belum ke Pacitan  kalau tidak mampir ke Pantai Klayar!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun