Mohon tunggu...
Teguh Hariawan
Teguh Hariawan Mohon Tunggu... Guru - Traveller, Blusuker, Content Writer

Blusuker dan menulis yang di Blusuki. Content Writer. "Menyurat yang Silam, Menggurat yang Menjelang " : (Nancy K Florida)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengungkap dan Melacak Jejak "The Lost City" Dukuh Madakaripura

12 September 2014   04:08 Diperbarui: 4 April 2017   18:15 1002
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Patih Gajah Mada, adalah penyokong dan peneguh utama kejayaan Majapahit. Dianugerahi oleh Prabu Hayam Wuruk tanah perdikan bernama Dukuh Madakaripura yang luas dan subur. Disana terdapat bangunanpesanggrahan yang indah. Seperti yang diuraikan dalam Nagara Krtagama, pupuh 19: 2a-2d: Tersebut dukuh kasogatanMadakaripura dengan pemandangan indah. Tanahnya anugerah Sri Baginda kepada Gajah Mada, teratur indah. Disitulah Baginda menempati pesanggrahan yang terhias sangat bergas. Sementara mengunjungi mata air melakukan mandi bhakti.

Dimanakahletak Dukuh Madakaripura? Benarkah lokasi Dukuh Madakaripuraada di kawasan Air Terjun Madakaripura yang eksotik di Lereng Utara Tengger, termasuk kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru? Mari kita lacak keberadaan “The Lost City” Dukuh Madakaripura.

Nagara Krtagama

Beruntung sekali saya mendapatkan sebuah buku berjudul Napak Tilas Perjalanan Mpu Prapanca karya Hadi Sidomulyo. Nama aslinya Nigel Bullough, karena lahir di Inggris. Tapi sangat mencintai Indonesia, Jawa khususnya. Mulai tahun 2004, Hadi Sidomulyo sudah napak tilas perjalanan Hayam Wuruk saat ke Lumajang di tahun 1359 M. Saat itu Sang Prabu diberitakan oleh Mpu Prapanca dalam Nagara Krtagama mampir di Madakaripura. Jika diurut perjalanan kala itu tentu berawal dari Trowulan (Mojokerto), Mojosari, Kejapanan (Gempol), Bangil, Pasuruan, Probolinggo dan Lumajang. Bersyukur pula saya mendapatkan artikel yang ditulis Amrit Gomperts tahun 2006. Judulnya: A Possible Location of Gajah Mada’s Madakaripura.

[caption id="attachment_342222" align="aligncenter" width="512" caption="Teman setia dalam perjalanan"]

14104422451802380049
14104422451802380049
[/caption]

Memang, sumber utama melacak keberadaan Madakaripura adalah kakawin Nagara Krtagama yang aslinya berjudul Desawarnana atau “Uraian tentang Desa-Desa. Pujasastra ini ditulis Mpu Prapanca di tahun 1365 M.Di pupuh 19:1a-1c Nagara Krtagama yang disaduroleh Slamet Muljana tertulis: Paginya berangkat lagi menuju Baya, rehat tiga hari tiga malam. Dari Baya melalui Katang, Kedung Dawa, Rame, menuju Lampes, Times. Serta biara pendeta di Pogara mengikutijalan pasir lemah-lembut. Menuju daerah Beringin Tiga di Dadap, kereta masih terus berlari.

Dari uraian Nagara Krtagama di atas, untuk sampai di Dukuh Madakaripura, Prabu Hayam Wuruk harus melewati desa-desa (dukuh)Kedung Dawa, Rame, Lampes, Times, Pogara, dan Dadap. Posisi desa-desa ini penting untuk melacak keberadaan Madakaripura. Terlebih ketika pupuh 19: 1d, oleh Hadi Sidomulyo diterjemahkan sebagai:Dan di mandhala Hambulu Traya iringan kereta berjalan sampai Dhadap (mwang ring mandhala hambulu traya teke dhadhap adulurikang rathala (rawalaris), ada tambahan satu desa lagi yang dilalui baginda saat menuju Madakaripura yaitu Bulu.

Nah, dimanakah letak desa-desa yang dicatat Mpu Prapanca tersebut? Mengikuti Hadi Sidomulyo, penulis juga membuka peta untuk mencari nama-nama desa dimaksud. Termasuk blusukan ke lokasi yang sudah diidentifikasi. Yang menggembirakan, ternyata lokasi-lokasi yang dicatat Prapanca tidak jauh dari rumah. Masih di sekitar wilayah Kabupaten dan Kota Pasuruan ternyata. Artinya, banyak kesempatan dan waktu untuk blusukan mencarinya. Dari beberapa kali, blusukan, beginilah ceritanya....

Hadi Sidomulyo mengidentifikasi Kedung Dawa ada di wilayah Kraton, Lampes, mirip Klampisrejo (Latitude: -7°40'49.8"Longitude: 112°50'27.97”). Times tidak diketahui. Pogara lebih mendekati nama Dusun Bugoro, di Desa Bukir (Latitude: -7°39'4.32"Longitude: 112°53'0.95"). Kawasan Bukir merupakan sentra kerajinan mebel di Pasuruan. Bulu ada di dua tempat. Kraton dan Desa Krampyangan Kota Pasuruan. Melihat urutan perjalanan, Dusun Bulu, Kelurahan Krampyangan lebih diutamakan.

Setelah Dusun Bulu, raja memasuki Dhadhap. Banyak nama Dadap di Pasuruan. Yang paling sesuai untuk melacak perjalanan Hayam Wuruk adalah dusun Dadapan di Desa Grogol, seperti yang ditunjukkan Amrit Gomperts. Penulis menyusurinya dari Gondang Wetan menuju Dusun Lajuk dan Desa Grogol. Dari pertigaan Dadapan ini ke arah timur akan sampai di Baledono. Jika ke Utara masuk Dusun Sadeng, Desa Manikrejo.

[caption id="attachment_342234" align="aligncenter" width="512" caption="Menuju Dusun Lajuk, Baledono, Raket, Sendang"]

1410443441767543816
1410443441767543816
[/caption]

Rekonstruksi Awal

Maka rekonstruksi lengkap perjalanan Hayam Wuruksaat menuju Dukuh Kasogatan Madakaripura adalah dari Bangil/ Rembang- Kraton- Bugoro (Bukir)-Kebon Agung (sekarang ada terminalnya)- Purut (rumah sakit kota Pasuruan)- Bulu (Krampyangan) dan menuju Bakalandan masuk Desa Dadapan (sekitar Grogol). Setelah Dadapan inilahDukuh Madakaripura, tanah perdikan milik Mahapatih Gajah Mada berada. Karena Gajah Mada pembesar Majapahit, tentu saja Dukuh Madakaripurasangat luas, subur dan indah permai. Cocok dengan kondisi daerah Timur Grogol saat ini. Di Dusun Sendang (Timur Laut Grogol), masuk Desa Manikrejo ada kekunoan. Namanya Sendang Beji, berupa sendang/ kolam (mata air). Kata penduduk, di dasar dan samping sendang ini dulu ada susunan bata kuno.

[caption id="attachment_342235" align="aligncenter" width="512" caption="Sendang Beji, konon ada susunan Bata Kuno-nya"]

1410443531240837020
1410443531240837020
[/caption]

[caption id="attachment_342237" align="aligncenter" width="512" caption="Dukuh Kasogatan Madakaripura haruslah subur dan luas"]

14104436391599849832
14104436391599849832
[/caption]

Banyu Biru

Sesampai di Madakaripura, Prabu Hayam Wuruk dan rombongan besarnya mengunjungimata air Capahan, seperti yang diterjemahkan Slamet Muljana dari larik 19: 2d (di atas): Sementara mengunjungi mata air melakukan mandi bakti (handondok mahawan rikang trasungayandhyusi capahan atirtha sewana), maka Hadi Sidomulyo menerjemahkan sebagai: Berjalan melalui Trasungay ia melakukan puja bakti di petirtaan suci di Capahan. Pertanyaannya, dimanakah petirtaan (mata air) Capahan?

[caption id="attachment_342226" align="aligncenter" width="512" caption="Kekunaan di Banyu Biru (Capahan ??)"]

1410443048942539224
1410443048942539224
[/caption]

Di Pasuruan ada dua sumber mata air besar yang saat ini masih berfungsi. Banyu Biru (Telaga Wilis) di Desa Sumberejo dan Umbulan. Melihat sisa-sisa peninggalan, serta fragmen arca agaknya Banyu Biru lebih cocok sebagai Capahan. Tempat raja melakukan mandi bakti. Artinya, Dukuh Madakaripura terletak antara Dadapan dan Banyu Biru!

Melihat kondisi di wilayah Gondang Wetan, Winongan, Rejoso, dimana banyak pusat-pusat kerohanian tidak mustahil di sekitar situlah dulu Madakaripura berada. Karena sering dijumpai jika pusat kota ataupun pusat kerohanian masa kini biasanya juga berada di sekitar pusat kerohanian masa lalu.

Tidak hanya posisi Dadapan dan Capahan yang sangat menunjang bahwa Madakaripura ada di Pasuruan. Keberadaan desa-desa di sekitar Madakaripura yang mempersembahkanmakanan minuman saat raja tiba di Madakaripura juga bisa ditemui di sekitar daerah ini. Nagara Krtagama pupuh 20:1a-1d mencatat: Sampai di Dukuh Kasogatan semua mempersembahkan makanan pada Baginda Raja, Satu persatuseperti Gapuk, Sadewi, Wisiyasa, Isana Bajra,. Juga Ganten, Poh, Capahan, Kalampitan , Lumbang, Kuran, We Petang. Serta Pancar semua yang tinggal di lingkungan biara berduyun-duyun menghadap.

Jadi untuk membuktikan The Lost City Dukuh Madakaripura ada di sekitar Dadapan dan Capahan (Banyubiru), maka kita harus pula menemukan nama-nama desa Gapuk, Sadewi, Wisiyasa, Isana Bajra, Ganten, Poh, Kalampitan, Lumbang, We Petang, Kuran serta Pancar di sekitar Banyubiru pula.

Hasilnya, Hadi Sidomulyo menunjukkan ada nama desa Gapuk, di Kelurahan Kawisrejo. Penulis juga menjejakkan kaki di desa tersebut saat dalam perjalanan meninggalkan Dusun Raket. Untuk Poh, banyak tempat di Pasuruan yang mengandung kata Poh. Lumbang tentunya Desa Lumbang, Kecamatan Lumbang, Kabupaten Pasuruan sekarang ini.Kuran mirip dengan Kurban, nama dusun dekat Lumbang. Pancar mungkin saja Pancur. We Petang bisa diidentikkan dengan Petung. Semua nama tempat itu saat ini bisa dijumpai dengan mudah di Peta Kabupaten Pasuruan! Jadi, di tahun 1359 M, Mpu Prapanca memang mencatat ada nama-nama desa tersebut seperti yang juga ada di masa kini.

[caption id="attachment_342229" align="aligncenter" width="569" caption="Lokasi MADAKARIPURA dengan desa di sekitarnya"]

14104431651738517576
14104431651738517576
[/caption]

Ranu Akuning dan Blerah

Jika batas Barat Madakaripura ada di Dadapan (Grogol). Utara disekitar Rejoso, Selatan di Winongan dan Godang Wetan. Dimanakah batas timurnya? Ini bisa dilacak dari urutan perjalanan Hayam Wuruksaat meninggalkan Madakaripura melanjutkan perjalanan ke Lumajang. Tersurat dengan jelas di Nagara Krtagama Pupuh 21:1a-1b. Fajar menyingsing: berangkat lagi Baginda melalui Lo Pandak, Ranu Akuning, Balerah, Bare-bare, Dawohan.

Sama seperti metode Toponimi (mencarai persamaan kata/ sebutan)  di atas, Hadi Sidomulyo juga melacak dan mencari nama-nama dusun/ dukuh/ desa saat ini yang mirip seperti yang tertulis di Nagara Krtagama. Untuk membuktikannya, dari Banyu Biru, penulis menelusuri jalan ke arah Timur (Grati). Atas bantuan teman yang tinggal di Grati, penulis diajak mampir ke Desa Karanglo. Nama ini sangat mirip dengan Lo Pandak.

141044322882681487
141044322882681487

Nama Ranu Akuning lebih mengarah pada Desa Ranu Klindungan. Sebuah desa di tepi Ranu Grati. Karena Ranu Grati adalah sebuah Danau Maar, danau yang kaya akan sulfur belerang yang juga berwarna kuning. Namun, dekat Desa Karanglo juga ada nama desa Kemuning! Jadi sama-sama mendekati kata KUNING.

Paling menarik adalah nama Balerah. Dusun kuno ini sekarang masih eksis!. Namanya Dusun Blerah. Penulis mengunjungi dusun kecil nan sepi di Selatan Rel Kereta Api, di Utara Ranu Grati ini saat matahari begitu menyengat. Menurut Prija Jatmika, teman penulis dari Grati, Dusun  kecil ini hanya dihuni oleh 4 Kepala Keluarga dari keturunan orang yang alim. Saat bertemu dengan seseorang di dekat dusun, penulis diberitahu kalau keluarga di Blerah ini masih ada hubungan darah dan kerabat dengan keluarga Kyai di Segoropuro.

[caption id="attachment_342233" align="aligncenter" width="512" caption="Mencari Dusun Kuno Blerah di sekitar rel kereta api..."]

1410443369666675685
1410443369666675685
[/caption]


[caption id="attachment_342231" align="aligncenter" width="512" caption="Aha.... jalan masuk ke dusun kuno Blerah"]

1410443288168400229
1410443288168400229
[/caption]

Kesimpulannya, tidak diragukan lagi jika The Lost City of Dukuh Madakaripura yang secara nyata digambarkan dalam Nagara Krtagama (Desawarnana) oleh Mpu Prapanca itu dahulu benar-benar Ada dan Terletak di wilayah Pasuruan. Seperti yang juga disimpulkan Hadi Sidomulyo dan Amrit Gomperts. Hanya saja, secara persis, dimana letak lokasinya masih menjadi misteri. Namun melihat kondisi wilayah di sekitar Grogol, Winongan, Rejoso dan Gondang Wetan, serta Situs Banyubiru yang banyak ditemukan artefak kuno, bisa jadi Dukuh Madakaripura saat itu menempati areal yang luas.

Jika Air Terjun di Lereng Tengger disebut (diberi nama) Madakaripura juga tidak masalah. Namun dari uraian Nagara Krtagama, jelas tertulis Situs Madakaripura ada di Pasuruan. Bisa jadi, dahulu Air Terjun Madakaripura juga pernah dikunjungi dan didiami Gajah Mada, karena letaknya memang tidak jauh dari Dukuh Madakaripura yang di Pasuruan. Namun jika dianggap Dukuh Madakaripura adalah Air Terjun Madakaripura, maka akan sangat tidak sesuai dengan urutan urutan nama-nama desa di Negara Krtagama. Bahkan sangat jauh melenceng dan tidak ketemu  ujung pangkalnya.

[caption id="attachment_342238" align="aligncenter" width="512" caption="Menuju Dusun Gapuk"]

14104437881401535435
14104437881401535435
[/caption]

[caption id="attachment_342239" align="aligncenter" width="512" caption="Kecele... ternyata bukan batu candi"]

1410443840937206490
1410443840937206490
[/caption]

Artikel Terkait

1. Gajah Mada Lahir di Pandaan

2. Artefak Kuno Majapahit di Banyubiru

3. Tangis Pilu Tragedi Amfibi di Ranu Grati

4. Wajah Asli Gajah Mada

5. Hebatnya Prapanca

6. Mpu Prapanca Jurnalis Pertama Nusantara

7. Air Terjun Madakaripura, Probolinggo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun