Mohon tunggu...
Teguh Hariawan
Teguh Hariawan Mohon Tunggu... Guru - Traveller, Blusuker, Content Writer

Blusuker dan menulis yang di Blusuki. Content Writer. "Menyurat yang Silam, Menggurat yang Menjelang " : (Nancy K Florida)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengungkap dan Melacak Jejak "The Lost City" Dukuh Madakaripura

12 September 2014   04:08 Diperbarui: 4 April 2017   18:15 1002
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_342226" align="aligncenter" width="512" caption="Kekunaan di Banyu Biru (Capahan ??)"]

1410443048942539224
1410443048942539224
[/caption]

Di Pasuruan ada dua sumber mata air besar yang saat ini masih berfungsi. Banyu Biru (Telaga Wilis) di Desa Sumberejo dan Umbulan. Melihat sisa-sisa peninggalan, serta fragmen arca agaknya Banyu Biru lebih cocok sebagai Capahan. Tempat raja melakukan mandi bakti. Artinya, Dukuh Madakaripura terletak antara Dadapan dan Banyu Biru!

Melihat kondisi di wilayah Gondang Wetan, Winongan, Rejoso, dimana banyak pusat-pusat kerohanian tidak mustahil di sekitar situlah dulu Madakaripura berada. Karena sering dijumpai jika pusat kota ataupun pusat kerohanian masa kini biasanya juga berada di sekitar pusat kerohanian masa lalu.

Tidak hanya posisi Dadapan dan Capahan yang sangat menunjang bahwa Madakaripura ada di Pasuruan. Keberadaan desa-desa di sekitar Madakaripura yang mempersembahkanmakanan minuman saat raja tiba di Madakaripura juga bisa ditemui di sekitar daerah ini. Nagara Krtagama pupuh 20:1a-1d mencatat: Sampai di Dukuh Kasogatan semua mempersembahkan makanan pada Baginda Raja, Satu persatuseperti Gapuk, Sadewi, Wisiyasa, Isana Bajra,. Juga Ganten, Poh, Capahan, Kalampitan , Lumbang, Kuran, We Petang. Serta Pancar semua yang tinggal di lingkungan biara berduyun-duyun menghadap.

Jadi untuk membuktikan The Lost City Dukuh Madakaripura ada di sekitar Dadapan dan Capahan (Banyubiru), maka kita harus pula menemukan nama-nama desa Gapuk, Sadewi, Wisiyasa, Isana Bajra, Ganten, Poh, Kalampitan, Lumbang, We Petang, Kuran serta Pancar di sekitar Banyubiru pula.

Hasilnya, Hadi Sidomulyo menunjukkan ada nama desa Gapuk, di Kelurahan Kawisrejo. Penulis juga menjejakkan kaki di desa tersebut saat dalam perjalanan meninggalkan Dusun Raket. Untuk Poh, banyak tempat di Pasuruan yang mengandung kata Poh. Lumbang tentunya Desa Lumbang, Kecamatan Lumbang, Kabupaten Pasuruan sekarang ini.Kuran mirip dengan Kurban, nama dusun dekat Lumbang. Pancar mungkin saja Pancur. We Petang bisa diidentikkan dengan Petung. Semua nama tempat itu saat ini bisa dijumpai dengan mudah di Peta Kabupaten Pasuruan! Jadi, di tahun 1359 M, Mpu Prapanca memang mencatat ada nama-nama desa tersebut seperti yang juga ada di masa kini.

[caption id="attachment_342229" align="aligncenter" width="569" caption="Lokasi MADAKARIPURA dengan desa di sekitarnya"]

14104431651738517576
14104431651738517576
[/caption]

Ranu Akuning dan Blerah

Jika batas Barat Madakaripura ada di Dadapan (Grogol). Utara disekitar Rejoso, Selatan di Winongan dan Godang Wetan. Dimanakah batas timurnya? Ini bisa dilacak dari urutan perjalanan Hayam Wuruksaat meninggalkan Madakaripura melanjutkan perjalanan ke Lumajang. Tersurat dengan jelas di Nagara Krtagama Pupuh 21:1a-1b. Fajar menyingsing: berangkat lagi Baginda melalui Lo Pandak, Ranu Akuning, Balerah, Bare-bare, Dawohan.

Sama seperti metode Toponimi (mencarai persamaan kata/ sebutan)  di atas, Hadi Sidomulyo juga melacak dan mencari nama-nama dusun/ dukuh/ desa saat ini yang mirip seperti yang tertulis di Nagara Krtagama. Untuk membuktikannya, dari Banyu Biru, penulis menelusuri jalan ke arah Timur (Grati). Atas bantuan teman yang tinggal di Grati, penulis diajak mampir ke Desa Karanglo. Nama ini sangat mirip dengan Lo Pandak.

141044322882681487
141044322882681487

Nama Ranu Akuning lebih mengarah pada Desa Ranu Klindungan. Sebuah desa di tepi Ranu Grati. Karena Ranu Grati adalah sebuah Danau Maar, danau yang kaya akan sulfur belerang yang juga berwarna kuning. Namun, dekat Desa Karanglo juga ada nama desa Kemuning! Jadi sama-sama mendekati kata KUNING.

Paling menarik adalah nama Balerah. Dusun kuno ini sekarang masih eksis!. Namanya Dusun Blerah. Penulis mengunjungi dusun kecil nan sepi di Selatan Rel Kereta Api, di Utara Ranu Grati ini saat matahari begitu menyengat. Menurut Prija Jatmika, teman penulis dari Grati, Dusun  kecil ini hanya dihuni oleh 4 Kepala Keluarga dari keturunan orang yang alim. Saat bertemu dengan seseorang di dekat dusun, penulis diberitahu kalau keluarga di Blerah ini masih ada hubungan darah dan kerabat dengan keluarga Kyai di Segoropuro.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun