Pantai Pulau Merah Banyuwangi, keindahannya tak diragukan lagi. Pantai Kuta-nya Banyuwangi ini  memang mempesona. Ombaknya mengalun lembut beriringan menuju bibir pantai. Tingginya tak lebih dari 2 meter.  Pantainya berpasir putih. Cocok untuk wisata keluarga penyuka pantai. Maka, walaupun jaraknya  lebih dari 300 km dari rumah tak menghambat kami untuk mengunjunginya lagi.
Maka, setelah  malam pergantian tahun, kami meluncur  menyusuri jalur Pandaan-Bangil-Pasuruan-Lumajang-Jember-Banyuwangi. Tak kurang dari 7 jam perjalanan dengan beberapa kali berhenti. Maklum kali ini seluruh anggota keluarga kompak ikut serta.
[caption id="attachment_363118" align="aligncenter" width="358" caption="Baru datang ..........sudah padat merayap...."]
Antre Toilet
Sebenarnya saya sadar, melancong di tanggal merah dan libur sekolah seperti ini, lokasi wisata pasti dipadati pengunjung dan rawan terjebak macet. Benar kiranya, Pulau Merah yang sudah kondang, sejak pagi jelang siang kala itu sudah dibanjiri pengunjung. Jalur masuk menuju Pulau Merah mulai merambat sejak pukul 08.00 pagi. Tiba di gerbang, antrean tiket masuk lumayan lama. Jam 10.00 pagi, pantai Pulau Merah penuh manusia. Semuanya sibuk dengan aktifitas masing-masing.
Masalah mulai muncul setelah hampir 2 jam menikmati pantai. Ternyata, Pantai Pulau Merah belum dikelola dengan maksimal. Begitu harus ke Toliet untuk sekedar membasuh kaki susahnya bukan main. Hanya ada tiga toliet umum di Pulau Merah. Semuanya penuh. Tak seimbang dengan jumlah pengunjung yang membludak. Agaknya pengelola harus menghitung ulang jumlah toilet yang harus disiapkan di pantai ini. Termasuk mengatasi air buangan dari toilet yang dibiarkan meluber kemana-mana... hiiiii..
[caption id="attachment_363119" align="aligncenter" width="358" caption="Antre - antre.... siap-siap nahan!"]
Macet 5 Jam!
Pukul 12.00, saatnya beranjak meninggalkan Pulau Merah. Baru 5 menit meluncur meninggalkan tempat parkir dan belum keluar dari lokasi pantai, kendaraan harus berhenti di ujung jalan. Deretan kendaraan di depan dan belakang  mengular. Macet total dua arah. Tidak bergerak sama sekali. Setelah 2 Jam stand by menunggu kemacetan tak kunjung terurai, kami putuskan untuk sewa homestay agar anak-anak bisa istirahat sejenak. Kalau kendaraan sudah bisa bergerak baru cek out dari homestay. Saya dengar dari beberepa orang, kemacetan mencapai 12 kilometer! Alamaaakk... Kendaraanpun ditinggal di antrian panjang. Penumpangnya berhamburan ke homestay untuk mandi dan tiduran.
[caption id="attachment_363122" align="aligncenter" width="358" caption="Macet total......"]
Syukurlah, setelah 5 jam menunggu, kemacetan mulai teratasi. Satu demi satu kendaraan mulai bergerak. Mobil dan motor saling berebut tempat untuk meloloskan diri. Banyak pelancong yang sedianya siang itu akan melanjutkan ke destinasi lain nggerundel bahkan misuh-misuh gara-gara macet di Pulau Merah. "Kapok, nggak bakalan ke Pulau Merah lagi," gerutu mereka. Bisa dipahami kalau mereka mengeluh karena sore hari jelang petang baru bisa keluar dari lokasi.
Kalau yang pulang saja demikian menggerutu, saya membayangkan bagaimana dengan pelancong yang baru datang. Terjebak di kemacetan hampir 5 jam sebelum masuk lokasi. Bisa masuk lokasi sore hari padahal mereka sudah menempuh jarak ratusan kilometer. Sebuah perjalanan yang bikin geregetan dan marah tentunya.
Fasilitas dan Pelebaran Jalan
Sudah saatnya Bupati Banyuwangi -yang sudah menerima banyak penghargaan- tampil  menggebrak dengan perbaikan dan peningkatan fasilitas di Pantai Pulau Merah. Akses jalan utama ke Pulau Merah saat ini tergolong sempit. Harus dilebarkan. Tidak ada pilihan! Fasilitas MCK di Pulau Merah harus segera ditata dan dihitung ulang. Jangan sampai promosi luar biasa pariwisata Banyuwangi yang melesat bak meteor akhirnya tenggelam gara-gara kurang maksimal dalam pengelolaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H