Â
Dalam catatan sejarah, Indonesia memiliki cara terbaik di dalam mengelola sebuah perbedaan, mulai beda keyakinan, suku, bahasa, etnis, hingga perbedaan organisasi dan parta politik. Itu semua tidak lepas dari peran para Ulama Nusantara yang memahami dan mengajarkan kepada umat tentang nilai-nilai islam yang wasati (moderat) yang bersumber dari teks Alquran dan Rasulullah SAW. Menariknya, para ulama Nusantara mampu menerangkan bagaimana membangun rasa cinta terhadap tanah air dan merawatnya dalam perbedaan.
Semua tahu Indonesia itu terdiri dari berbagai suku, budaya dan bahasa. Sehingga berbagai negeri heran "Bisa Hidup Bersama dalam Payung Pancasila". Karena Pancasila itu rumuskan dari teks-teks Alquran dan hadis Rasulullah SAW yang dikemas dengan apik nan asyik, sehingga semua orang bisa merasa aman dan nyaman dalam bingkai Pancasila.Â
Negara Indonesia berdiri atas kesepakatan bersama antara semua pemeluk agama dengan beragam agama dan keyakinan. Indonesia adalah kita. Apa-pun agama yang disepakati di Indonesia bisa hidup berdampingan, tanpa harus saling mencurigai dan ketakutan. Kondisi ini membuat negara lain kadang iri dengan keberagamaan bangsa Indonesia.
Perbedaan sudah pasti ada terjadi, karena itu sunnatullah. Manusia tercipta itu karena berbeda. Indonesia sudah biasa berbeda, namun tetap dalam bingkai "Pancasila". Agama telah mengajarkan bagaimana bernegara dengan baik dan benar, dengan tidak menyakiti pemeluk agama lainnya.Â
Keberagamaan Indonesia itu mencerminkan keterangan dari QS Alquran yang artinya "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal".
Ke Bhinnekaan itulah yang meng-ilhami para ulama Nusantara membangun negara "Indonesia". Padahal, saat itu umat Islam dunia, seperti Jamaluddin Al-Afgani (Hizb al-Wathani (partai Kebangsaan), Muhammad Abduh kecendrungan terhadap Ibn Taimiyah, Syekh Abdul Wahab (Wahabi), Syekh Hasan Al-Banna (Ihwanul Muslimin), Syekh Taqiyuddin Al-Bani (Hizbu Tahrir), Abu A'la Al-Maududi Pakistan (Jamaah Al-Islami), berusaha membangkitkan semangat umat islam dengan mendirikan organisasi politik, menulis karya ilmiah untuk melawan keterpurukan.
KH Muhammad Hasyim Mendirikan NU
Ketika di Makkah beliau terkenal sebagai sosok penghafal Alquran. Guru dan teman-temanya memuji kecerdasan KH Muhammad Hasyim Asaary. Ketika kembali ke Indonesia, KH Hasyim Asaary berusaha menjaga akidah umat islam, juga berusaha mengusir penjajah Belanda. KH Hasyim Asaary mendirikan NU, bukan atas dasar ADT dan ART, tetapi atas dasar isarat langit. Puluhan para ulama dan habaib dililabatkan, mulai dari segi Lambang, nama, hingga tantangan di masa mendatang. NU berdiri juga merespon kondisi politik yang terjadi saat itu.Â
Apalagi KH Muhammad Hasyim Asaary yang bersumpah di depan pintu Multazam Baitullah tepatnya pada Bulan Ramadhan. Beliau ingin berjuang hingga titik darah penghabisan hanya ingin merdeka. Kemudian mendirikan Jamiyah Nahdatul Ulama Bersama para santri-santri lulusan Halaqoh Masjidil Haram dan Madrasah Al-Soulatiyah.Â
Terbukti, KH Muhammad Hasyim Asaary dengan kedalam pemahaman Alquran dan hadis Rasulullah SAW. Berguru kepada ulama-ulama fiqih terkemuka dengan berbagai mazhab fikih, beliau tetap tidak berusaha pola berfikirnya.
NU menjadi rumah yang teduh bagi semua ulama dan habaib yang tetap berpegang teguh pada Aqidah Asaariay dan Maturidiyah, Empat madzahb Fikih dan Tasawuf. Namun, KH Hasyim Asaay tidak gegabah menuduh orang keluar dari islam, walaupun berbeda pandangan. Itulah cara pandang KH Muhammad Hasyim Asaary.Â
Sepulang dari Makkah mendirikan pesantren. Ratusan hingga ribuan menjadi santri Mbah Hasyim Asaay, semuanya diajarkan cinta agama, cinta negara. Berjuang melawan penjajah dan mendirikan Negara Kesatuan Indonesia. Bukan mendirikan Khilafah Islamiyah, juga tidak mendirikan negara Islam. Sebagaimana tokoh-tokoh pemikir dan gerakan di atas.
KH Muhammad Hasyim Asaay benar-benar memahami teks Alquran dan hadis sesuai dengan konteksnya. Beliau lebih melihat eksistensi islam sebagai agama yang rammatan lil alamin. Beliau juga akhirnya mengeluarkan "revolusi jihad" melawan penjajah Belanda. Sangat wajar jika kemudian KH Muhammad Hasyim berkawan dengan berbagai kalangan yang berbeda agama dan keyakinan.
Ketika Indonesia berdiri, beliau memerintahkan putranya KH Wahid Hasyim ikut serta merawat negara. Bahkan santri-santrinya, seperti KH Saifudin Zuhri, KH Masjkoer menjadi Menteri. KH Muhammad Tholhah Hasan, hingga KH Ma'ruf Amin ikut serta merawat Negeri Indonesia. KH Maemun Zubair meminta putra KH Taj Yasin menjadi Wakil Gubernur Jawa Tengah, sedangkan putranya Al-Marhum Gus Kamil menjadi anggota DPR.
Merawat Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib bagi setiap warga negara. Apa-pun agama dan keyakinan, apapun suku dan bahasanya. Beda agama, sudah biasa.Â
Sejak Nabi Muhammad-pun, orang Yahudi bisa hidup berdampingan dengan Rasulullah SAW. Sikap lembut nan santun Rasulullah SAW kepada orang Yahudi Madinah bisa dirasakan oleh semua unsur masyarakat Madinah. Akhirnya cukup banyak orang Yahudi memeluk islam karena kesadaran, bukan karena paksaan dan tekanan.
 Kemudian saat ini, islam ramah nan santun dengan tetap menjaga budaya-budaya di identifikasi sebagai "Islam Nusantara" yang aslinya adalah "Islam di Nusantara". Ciri khas dari islam Nusantara itu, akidah nya Al-Asariyah, mazhab fikihnya adalah Al-Syafiiyah (madzahibu Al-Arbah), dan tokoh panutan tawasufnya adalah penulis kitab Ihya Ulumuddin "Imam Al-Ghozali".Â
Ciri khasa dari Islam di Nusantara itu "Cinta Rasulullah, sahabat Durriyah Rasulullah". Cinta Nabi SAW berarti wajib mencintai bahasa Arab, sehingga hampir semua karya-karya ulama Nusantara itu menggunakan bahasa Arab. Juga, menulis-pun menggunakan "Arab Jawa". Hanya saja, Ulama Nusantara tetap memakai sarung, busana batik, juga memakai kopyah hitam.
Dalam kesehariannya, sangat santun kepada siapa-pun, termasuk kepada orang yang berbeda agama dan keyakinan. Melarang "teriak-teriak dengan ngata-ngatain orang "bunuh" kafir, masuk neraka" walaupun tidak sepaham dengan dirinya. Karena Rasulullah-pun selalu bersikap baik kepada orang Kafir, selama tidak memusuhi. Terbukti, banyak orang Kafir, ternyata putra-putrinya dan cucunya akhirnya mendapat hidayah Allah SWT. Dengan kata lain, Islam Nusantara adalah Islam di Nusantara, bukan menusantarakan Islam.
Gagasan KH Muhammad Hasyim Asaary  KontekstualÂ
Hampir semua negara sudah ada PCINU (Pengurus Cabang Istimewa Nadhatul Ulama), mulai dari Afika, Australia, USA, China, Jepang, Arab Saudi, Belanda, UK. NU selalu menjadi mitra yang baik. Satu-satunya Jamiyah yang mengajarkan "Hubbul Wtah Minal Iman" yanga rtinya cinta tanah air adalah sebagain dari Iman.Â
Sementara, sebagian dari kelompok laik berfikir bahwa negara adalah musuh, sehingga tidak sedikit membuat kegaduhan. Bahkan, HZ secara resmi akan mendirikan Khilafah Islamiyah di setiap negara yang mayoritas muslim. Menariknya, tidak ada rencana di negara yang mayoritas Non Islam.
Beberapa negara yang secara resmi menjadikan NU sebagai r Eujukan utama di dalam mengelola sebuah perbedaan, dan bernegara dengan baik adalah "Afganistan, Malaysia". Pemikiran KH Hasyim Asaay di dalam bernegara sangat cocok bagi negara-negara yang sedang bekonflik. Juga sangat releven di bagi negara-negara yang menghadapi gerakan anti negara yang ingin mendirikan Negara Islam, atau mendirikan Khilafah Islamiyah. KH Hasyim Asaary juga mengajarkan bagaimana cinta kepada Rasulullah SAW, sahabat, dan juga anak cucuk keturunan Rasulullah SAW.
Dalam konteks kekiniaan, tidak akan terjadi gerakan kekerasan terhadap Durriyah Rasulullah SAW, seperti yang terjadi di Solo. Sebab, bagi KH Hasyim Asaay memuliakan durriyah Rasulullah SAW merupakan sebuah keniscayaan. KH Hasyi sangat tidak setuju dengan Syiah, KH Hasyim juga tidak suka dengan gerakan yang meniadakan kemuliaan durriyah Rasulullah SAW. Ciri khas Ahlussunah Waljamaah "cinta Rasulullah SAW, cinta sahabat dan cinta keluarga Nabi Muhammad SAW, dan memuliakan ulama". Â
KH Hasyim mengutip hadis Rasulullah SAW di dalam kitab Adabu Alim wa Al-Mutaalim, Rasulullah SAW bersabada "tiga kelompok yang akan memberi syafaat, para nabi, para ulama dan suhada".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H