Mohon tunggu...
Abdul Adzim Irsad
Abdul Adzim Irsad Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar di Universitas Negeri Malang

Menulis itu menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Masjid Biru, Peninggalan Desain Nasrani Masa Dulu

26 Februari 2019   13:09 Diperbarui: 26 Februari 2019   13:30 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dokpri
Dokpri
Praktek jumat nya sama dengan di Nusantara. Hanya saja, mimbar nya sangat tinggi, kira-kira tangganya sembilan, sebagaimana mimbar-mimbar di Masjid Afrika, Al-Syam (Palestina, Yordania, Libanon) dan sekitarnya. Jadi, semua jamaah sholat jumat bisa melihat sang Khatib dari jarak yang lumayan jauh.

Setelah adzan di kumandang kan. Sang Khatib naik mimbar dan memberikan khutbah jumat. Setelah khutbah kedua rampung. Dikumandangkan iqomat. 

Saya-pun memperhatikan dengan seksama iqomahnya "lho...kok seperti adzan, khayya Ala Al-Sholah dua kali, begitu juga dengan Khayya Alal Falah". Saya-pun ingat, kalau Turki, sebagian besar penganut mazhab Imam Abu Hanifah yang sedikit berbeda dengan penganut Al-Syafiiyah.

Satu jumat dua khutbah. Bagi orang Indonesia rasanya sangat lama. Disamping tidak faham kandungan khotbahnya. Berlama-lama di dalam masjid sangat mengkhawatirkan, kalau sampai keluar angin, atau ingin pipis. 

Ini sangat menakutkan. Rasanya kulit ini, tidak mau tersentuh selama berada di Istanbul. Al-alhamdulillah, ternyata Khotbah jumat nya tidak terlalu lama. Bahkan, sang Imam membaca surat Al-A'la yang hanya 19 ayat. Itu-pun dibagi menjadi dua.

Masjid Biru Desain Nasrani, 

Ketika Sultan Muhammad Al-Fatih menaklukkan Kontantinopel, beliau tidak merusak bangunan. Juga, tidak memaksa masyarakat Nasrani memeluk islam. Persis saat, Umar Ibn Al-Khattab menaklukkan Alqsa, tidak memaksa masyarakat memeluk islam. Gereja-gereja juga tetap kokoh hingga sekarang. Inilah sisi toleransi islam. Islam datang bukan merusak, tetapi merawat dan membawa rahmat bagi sesama manusia, walaupun berbeda agama dan keyakinan.

 Gereja yang amat megah dan besar, tidak dirubah bentuknya. Tiga hari setelah menaklukkan, Justru Muhammad Al-Fatih mengalihfungsikan gereja Agia Shopia sebagai masjid. Pada jumat itulah, Agia Shopia resmi digunakan sholat jumat pertama. Sejak saat itulah, Konstatinopel menjadi Islam Bul (Kota Islam).

Masyarakat-pun berbondong-bondong ke Istanbul. Se-iring dengan perkembangan waktu. Jumlah pemeluk islam semakin banyak. Maka, bermunculan masjid-masjid baru. Menariknya, desain Agia Shopia, menjadi inspirasi desain masjid-masjid di seluruh penjuru Turki. Dengan kata lain, masjid-masjid di Turki merupakan warisan desain Konstatinopel Kristen.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun