Mohon tunggu...
Abdul Adzim Irsad
Abdul Adzim Irsad Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar di Universitas Negeri Malang

Menulis itu menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Kewalian Gus Dur Terasa Ketika Sudah Tiada

5 Oktober 2018   13:25 Diperbarui: 5 Oktober 2018   13:37 999
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika memperbincangkan Gus Dur begitu asyik dan inspirasi, apalagi sepak terjang beliau  dalam dunia politik sangat menginspirasi warga NU yang kemana-mana sarungan, mulai NU kultural sampai struktural. 

Semua tahu kalau Gus Dur itu cucu pendiri Jamiyah NU, sekaligus pendiri NKRI. Gus Dur tidak lepas dari sang Kakek Al-Imam Syekh Muhammad Hasyim Asaary santri dari Syekh Mahfudz Al-Tirmizi.

Seorang rekan yang bernama Robert, perintis bisnis ekspor buah tropis ke Eropah dan China, bercerita kalau ibudanya nangis tersedu-sedu saat Gus Dur wafat. Saya-pun bertanya, kenapa kok nangis, padahal Ibumu Katolik? Robert menjawab "Gus Dur itu sangat perhatian kepada kaum Minoritas, khususnya warga keturunan Tionghoa. Bagi mereka, Gus Dur itu seperti Dewa penyelamat. Tidaklah berlebihan, jika disetiap Klenteng, ternyata ada gambar Gus Dur.

Pernah, saat diminta seseorang keturunan China mengisi pengajian di perusahaan kecantikanya. Dia seorang Katolik. Saya-pun bertanya "kenapa harus saya mengisis pengajian kepada karyawan, padahal agama sampeyan dengan agamaku kan berbeda? Secara tidak terduka, dia menjawab "Gus Dur mengajarkan kepada saya agar menjadi pribadi yang baik? 

Rupanya, pengajian rutin yang dilakukan di kantornya itu terinspirasi pada Gus Dur yang mengajarkan hidup damai bersama warga Negara walaupun berbeda agama. Pengajian itu akan menjadikan pemeluk agama islam semakin kokoh akidahnya, dan Katolik-pun semakin yakin dengan keyakinannya. Sehingga akan tercipta rasa saling menghormati antara pemeluk agama masing masing.

Nah, di Fakultas Sastra jurusan Bahasa Arab Universitas Negeri Malang, Al-Marhum Dr. Syafaat Al-Hafidz pernah bercerita tentang kewalian Gus Dur.

Suatu ketika Gus Dur berkunjung ke kota Malang.  Sepulang dari Malang menuju Jombang. Tepatnya di daerah Batu hingga Ngantang terdapat deretan orang jual durian. Dari sekian banyak penjual durian, tiba-tiba Gus Dur meminta kepada Sopir berhenti. Lalu Gus Dur bilang kepada rekannya "tolong belikan Durian?

Turunlah sang Sopir, menawar Durian yang dipingir yang jumlahnya 3-5 biji. Kemudian Gus Dur berkata pada Sopir "tolong ambil kan Aplob yang  di bagasi". Sang Sopir mengambilnya. Di bukalah ampob tersebut. Rupanya, dalam amplob itu isinya 10 juta.

Sang Sopir berkata "uangnya 10 juta Gus". Gus Dur menjawab "bayarkan semuanya". Dalam fikiran sang Sopir "apa keistimewaan orang ini, kok Gus Dur membeli durian 5 biji dengan uang 10 juta". Orang tersebut tak henti-hentinya berfikir heran. Rupanya, setelah membayarkan durian seharga 10 juta. Dia bertanya alamat lengkapnya di Malang. Setelah ngantongi alamatnya. Sang Sopir melanjutkan perjalanan ke Jombang.

Usai mengantarkan Gus Dur di Jombang. Orang yang bayar durian seharga 10 juta mencari alamat pemilik durian tersebut. Setelah ketemu. Apa gerangan yang terjadi, sehingga Gus Dur membeli Durian dengan harga 10 juta.

Pemilik Durian itu menjawab "saya ini sedang kena musibah, keluarga  saya sakit keras dan harus oprasi dengan biaya 1o juta. Saya tidak tahu, kemana saya harus mencari duit untuk biaya rumah sakit. Rupanya, Allah SWT memberikan rejeki yang cukup untuk biaya rumah sakit melalui jualan durian 5 biji.  Setelah mendengar penuturan pemilik durian. Semakin yakin atas ke-walian Gus Dur.

Jadi, Gus Durian yang mendukung  Gasasan Gus Dur di dalam menjaga keutuhan NKRI, juga menjaga Pancasila dan menghormati sesama manusia, itu sama dengan mendukung gagasan seorang kekasih Allah SWT.

Ketika Pilgub Jawa Timur, saya pernah menulis bahwa yang akan menjadi Gubernur adalah Khafifah, karena dia mewaris nilai-nilai yang diajarkan Gus Dur, yaitu jujur, amanah, serta menjalankan nilai-nilai moral yang selaras dengan gagasan besar Gus Dur. Apalagi, Khafifah secara ruhani masih nyambung dengan Al-Marhum Gus Dur.

Ketika Pilpres 2014, saya-pun menjagokan Jokowi sebagai pemenangnya, karena Jokowi yang ndeso, merakyat, jujur, tidak korupsi mendapat dukungan dari Ibu Shinta Nuriah dengan memakaikan kopyah khas KH Abdurahman Wahid. Kopyah itu mengisyaratkan bahwa gagasan Jokowi itu merakyat dan bisa menyatu dengan rakyat Indonesia. Meminjam bahasanya Mahfud MD "sangat sulit mencari kesalahan Jokowi, karena tidak pernah Korupsi".

Ketika Yenny Wahid memutuskan mendukung Jokowi pada Pilpres 2019, dimana menurutnya sudah melalu kajian matang. Bahkan sudah ada 9 Kyai yang melakukan istikharah, sebelum menentukan dukungan kepada Jokowi. Maka, besar kemungkinan, Jokowi akan memenangkan lagi pada pilpres 2019, karena gagasan-gagasan besar waliyullah Gus Dur, akan bisa diterapkan oleh Jokowi yang merakyat yang memimpin Indonesia dengan jujur dan ihlas, bukan haus kekuasaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun