Bulan cuci Ramadhan bulan sangat mulia di antara bulan-bulan yang ada. Â Pada sepuluh terahir bulan Ramadhan ada sebuah malam yang lebih baik dari seribu bulan. Dimana semua amal ibadah yang dilakukan, nilainya lebih baik dari seribu bulan. Itulah Lailatul Qodar.
Wajar jika setiap mukmin berlomba-lomba menyempurnakan puasa disiang hari, tarawih dimalam hari, berbagi makanan, tadarusan (membaca Al-Quran), dengan harapan mendapat ampunan Allah SWT dan berkah bulan suci Ramadhan.
Lihat saja masjid-masjid diseluruh pelosok Nusantara, setiap malam selalu ada "Khutbah tarawih", dan usai sholat subuh "kuliah subuh". Tidak cukup, setiap menjelang berbuka puasa ada ceramah-ceramah singkat. Tujuan utamanya agar mendapatkan berkah Ramadhan sebanyak-banyaknya.Â
Namun, kadang kenapa ceramah-cermah itu kurang membekas sedikit-pun. Tidak sedikit, kadang ceramah itu menjadi ajang ujaran kebencian terhadap kelompok tertentu. Jika ini terjadi, itu bukan ceramah tetapi "penebar fitnah".
Tidak dipungkiri jika yang disampaikan dalam ceramah agama itu bersumber dari kitab suci Al-Quran dan hadis Rosulullah SAW, pasti akan memberikan manfaat yang besar kepada para mustamin (pendengar). Apalagi, ketika menyampaikan ceramah itu dengan hati yang besih, fikiran yang bening, sudah pasti akan masuk di hati para pendengar.
Puasa dan qiyam yang ajek (istimokah) jika dilaksanakan atas dasar iman dan semata-mata karena Allah SWT, akan menjadi pelebur dosa-dosa masa lalu. Bahkan, Rosulullah SAW juga mengabarkan "Shalat lima waktu, Jumat ke Jumat dan Ramadhan ke Ramadhan menghapuskan dosa-dosa di antara masa-masa itu selama dosa-dosa besar dijauhi". (HR. Muslim). Dalam hadis lain, Rosulullah SAW berkata "rugi sekali orang mendapatkan bulan suci Ramadhan, namun tidak mendapat ampunan Allah SWT".
Puasa, tarawih, sedekah dan tadarus Al-Quran itu merupakan salah satu bentuk proses seorang mukmin menuju derajat tertinggi yaitu taqwa. Pada bulan Ramadhan ini, Allah-pun membelenggu para setan dan iblis yang biasa mengoda dan mengajak manusia berbuat keji, mungkar, serta menebar fitnah dan hoax kepada sesama.
Namun, ternyata manusia kadang berbuat diluar batas, dimana pada bulan suci Ramadhan, bertebaran kuliah subuh, kuliah tarawih, yang isinya hasutan, ujaran kebencian, bahkan tidak sedikit pembunuhan karakter seseorang. Bukan ampunan yang diperoleh, tetapi kadang justru permusuhan dan dosa yang berlipat ganda.
Itulah orang yang sangat rugi. Â Biasanya, setan selalu menjadi yang tertuduh "ini perbuatan setan". Padahal, setan sudah dibelenggu, tetapi nafsu manusia tidak dibelenggu, sehingga berbuat semaunya, lupa dengan perintah dan larangan-Nya.
Nah, nafsu itu menurut Al-Quran senantiasa mengajak berbuat buruk. Jadi, keburukan-keburukan yang dilakukan seseorang pada bulan Ramadhan, bukan ajakan dan hasuatan setan, melainkan nafsu itu sendiri yang tidak bisa dijinakkan. Dengan kata lain, puasanya yang dilakukan hanya mendapatkan lapar dan dahaga.
Kultum (ceramah subuh, dzuhur, tarawih), di masjid-masjid, musolla, institusi, seperti; rumah sakit, bank, kampus, restorant, PLN, Telkom, sejak awal Ramadhan bertujuan untuk untuk mengingatkan masyarakat dan penceramah itu sendiri mendalami dan mengamalkan kandungan ayat-ayat suci Al-Quran dan sunnah Rosulullah SAW dalam kehidupan sehari-hari, bukan malah menghasut, menebar fitnah dan hoax, ujaran kebencian.
Tidak cocok dengan pendapat seseorang itu sudah biasa, tetapi ketika ketidak cocokan itu bukan lantas mencaci maki, menghasut, menebar berita tidak benar, serta kebencian. Apalagi, sampai kata-kata kasar dan kotor (menyebut nama binatang), itu sudah bukan lagi cermin orang yang beriman kepada Allah SWT.
Dalam riwat Al-Tirmidzi, Rosulullah SAW pernah ditanya tentang penyebab utama manusia masuk surga, Rosulullah SAW menjawab "budi pekerti". Ketika Rosulullah SAW ditanya tentang penyebab utama manusia masuk neraka, Rosulullah SAW menjawab "Al-Ajawafani (dua lubang), yaitu mulut dan faraj (kemaluan) Â (HR.Tirmidzi).
Allah SWT menyebut beberapa sifat-sifat orang mukmin yang sholih, sebagaimaan firman-Nya " Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya (QS Al-Mukminun (23:1-5). Selaras dengan hadis Rosulullah SAW "mulut dan kemaluan harus dijaga, karena bisa menjadi pemicu masuk neraka".
Yazid Ibn Abi Khabib berkata "ujian orang berilmu (alim) lebih suka banyak berbicara dari pada mendengar dengan seksama (menyimak), jika ada orang yang bisa mengantikannya maka sungguh dalam mendengarkan ada keselamatan, dan dalam berbicara ada pola pengurangan dan penambahan".
Suatu ketika, saat Rosulullah SAW melakukan perjalanan isra dan mikraj bersama Jibril as, Rosulullah SAW menyaksikan seseorang yang sedang mengunting lidah dan bibirnya sendiri. Setelah terpotong-potong, lidah dan bibirnya kembali semula. Begitulah seterusnya. Rosulullah-pun terheran-heran dengan prilaku laki-laki tersebut.
Kemudian Rosulullah SAW bertanya kepada Jibril as, siapakah gerangan mereka wahai Jibril? Kemudian Jibril as menjawab " merekah adalah penceramah dari umatmu, yaitu  penceramah penebar fitnah, mereka berkata tetapi tidak melakunnya". Begitulah penejelasan dari tafsir kitab Al-Thabari ketika menerangkan QS Al-Isra' (17:1), begitu juga keterangan Ibn Hajar Al-Askolani dalam kitab Fathu Al-Bari fi Syarhi Shohih Al-Bukhori.
Dalam pribahas Arab dikatakan "sebaik-baik ucapana itu sedikit dan berkualitas". Rosulullah SAW berkata "barangsiapa yang ber-iman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah dengan baik, atau lebih baik diam (HR Bukhori). Orang yang paling baik itu, meninggalkan sesuatu yang tidak ada gunanya. Sesungguhnya, keselamatan seseorang tergantung bagimana dia menjaga lisannya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI