Tidak cocok dengan pendapat seseorang itu sudah biasa, tetapi ketika ketidak cocokan itu bukan lantas mencaci maki, menghasut, menebar berita tidak benar, serta kebencian. Apalagi, sampai kata-kata kasar dan kotor (menyebut nama binatang), itu sudah bukan lagi cermin orang yang beriman kepada Allah SWT.
Dalam riwat Al-Tirmidzi, Rosulullah SAW pernah ditanya tentang penyebab utama manusia masuk surga, Rosulullah SAW menjawab "budi pekerti". Ketika Rosulullah SAW ditanya tentang penyebab utama manusia masuk neraka, Rosulullah SAW menjawab "Al-Ajawafani (dua lubang), yaitu mulut dan faraj (kemaluan) Â (HR.Tirmidzi).
Allah SWT menyebut beberapa sifat-sifat orang mukmin yang sholih, sebagaimaan firman-Nya " Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya (QS Al-Mukminun (23:1-5). Selaras dengan hadis Rosulullah SAW "mulut dan kemaluan harus dijaga, karena bisa menjadi pemicu masuk neraka".
Yazid Ibn Abi Khabib berkata "ujian orang berilmu (alim) lebih suka banyak berbicara dari pada mendengar dengan seksama (menyimak), jika ada orang yang bisa mengantikannya maka sungguh dalam mendengarkan ada keselamatan, dan dalam berbicara ada pola pengurangan dan penambahan".
Suatu ketika, saat Rosulullah SAW melakukan perjalanan isra dan mikraj bersama Jibril as, Rosulullah SAW menyaksikan seseorang yang sedang mengunting lidah dan bibirnya sendiri. Setelah terpotong-potong, lidah dan bibirnya kembali semula. Begitulah seterusnya. Rosulullah-pun terheran-heran dengan prilaku laki-laki tersebut.
Kemudian Rosulullah SAW bertanya kepada Jibril as, siapakah gerangan mereka wahai Jibril? Kemudian Jibril as menjawab " merekah adalah penceramah dari umatmu, yaitu  penceramah penebar fitnah, mereka berkata tetapi tidak melakunnya". Begitulah penejelasan dari tafsir kitab Al-Thabari ketika menerangkan QS Al-Isra' (17:1), begitu juga keterangan Ibn Hajar Al-Askolani dalam kitab Fathu Al-Bari fi Syarhi Shohih Al-Bukhori.
Dalam pribahas Arab dikatakan "sebaik-baik ucapana itu sedikit dan berkualitas". Rosulullah SAW berkata "barangsiapa yang ber-iman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah dengan baik, atau lebih baik diam (HR Bukhori). Orang yang paling baik itu, meninggalkan sesuatu yang tidak ada gunanya. Sesungguhnya, keselamatan seseorang tergantung bagimana dia menjaga lisannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H