Salah salah satu pemain sepakbola dari Arab yang kebangsaan Mesir yang mendunia. Biasanya, orang Arab paling gemar menaklukkan lawan-lawannya dengan senjata dan darah. Itu dulu. Jikalau Allah SWT tidak mengutus Rosulullah SAW di bangsa Arab, mungkin hingga kini orang Arab masih dalam gelap gulita serta masih asyik dalam dunia perang.
Berkat Rosulullah SAW umat islam-pun bisa hidup berdampingan dengan umat lainnya. Malam ini, Umat islam dunia matanya akan tertuju pada sosok pesepak bola dunia "M.Salah". Tidak ada malam yang lebih asyik bagi penggemar sepakbola melebih asyiknya menyaksikan M Salah lari sepanjang 90 menit di lapangan hijau. M Salah melakukan itu, karena islam yang di anut adalah moderat (wasati),
 Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW dari bangsa suku Quraisy Makkah. Satu-satunya suku yang terbaik di antara suku yang ada waktu itu. Rosulullah SAW menegaskan kalau dirinya di utus untuk memperbaiki moral bangsa Arab dan dunia pada umumnya. Misi terbesar Rosulullah SAW bukan islamisasi, tetapi membawa perubahan moral. Jadi, M Salah walaupun menjadi pemain sepak bola dunia tetap menjaga pribadinya yang santun, sebagaimana yang di ajarkan Nabi Muhammad SAW.
Walaupun Rosulullah SAW dari bangsa Arab, beliau menegaskan bahwa dirinya bukan untuk bangsa Arab saja, tetapi membawa rahmat untuk alam semesta. Tidak ada tugas yang lebih mulia melebihi tugas Rosulullah SAW. Sampai-sampai ada sebuah keterangan yang meng-isyarat kan bahwa mencintai Arab itu karena tiga perkara, yaitu "Rosulullah SAW dari keturunan Arab, bahasa Al-Quran itu bahasa Arab, bahasa surga menggunakan bahasa Arab".
Arab sebelum islam hobinya "perang", membunuh bayi laki-laki dalam kondisi hidup-hidup. Sukuisme sangat tinggi. Begitu juga dengan bangsa-bangsa lain, sangat mirip dengan kondis Arab waktu itu. Ketika Rosulullah SAW lahir, semua berubah dengan cepat. Prestasi orang-orang Arab menjadi luar biasa karena bimbingan Rosulullah SAW.
Nabi Muhammad SAW suka damai, persatasi, bukan intimidisi. Nabi Muhammad SAW tidak membenci budaya asing (ajnabiyah), selama budaya itu tidak bertentangan dengan moral serta merugikan sesama manusia itu sendiri. Islam itu mengajak seseorang menjadi santun, ramah, damai, dan maju, sebagaimana semangat kitab suci Al-Quran yang mengajak maju dan berubah.
Nah, saat ini cukup banyak orang islam yang prestasinya keren dan mentereng. Tanpa harus teriak-teriak takbir dipingir jalan dengan mengibarkan bendera (Al-Royah). Sejak Rosulullah SAW hingga khulafaur Rosidin islam itu damai dan santun. Islam masuk Afrika, Asia, China hingga Nusantara karena ramahnya agama islam.
Mesir, Emirat, Jordania, Palestina, Negara-negara Arab yang sebagian penduduknya beragama islam, namun sebagian dari mereka sudah tidak banyak berjubah lagi. Namun, mereka tetap komit terhadap silam. Sebagian dari negara-negara di atas, kadang lebih suka mengunakan bahasa Inggris.
Ketika berada di Emirat, sulit sekali menemukan orang Arab berjubah, dan juga sulit menemukan orang berbahasa Arab, sementara di Jakarta lebih ke Arab-Araban. Jadi, sangat benar jika Rosulullah SAW misi ter besarnya adalah perubahan ahlak (moral), karena islam itu agama budi pekerti.
Pemain sepakbola Liverpool yang lebih popular di sebut "Salah" telah membuktikan islam damai, santun, ramah dan berprestasi. Salah itu bisa dikatakan mewakili islam moderat, bukan islam Arab. Terbukti, Salah benar-benar bisa membaur dengan sesama pemain dan masyarakat walaupun beda agama dan keyakinan, tanpa kehilangan identitas seorang muslim.
Budaya membaca Kur'an tetap berjalan, begitu juga dengan menjaga sholat lima waktu, serta menjaga diri dari minuman kerasa. Ketika waktu sholat, sementara dirinya masih berada di tenggah lapangan, Salah-pun mengisyaratkan agar dirinya diganti. Keren kan..!
Ketika berada di tengah lapangan dia bermain professional dan menunjukkan prestasi ter-baiknya. Malam ini (27/05/2018), Salah akan membuktikan ke dunia bahwa dakwah itu bukan saja melalui mimbar dan majelis taklim. Kiprah nya di lapangan hijau juga menjadi bukti, bahwa menjadi pemain sepok bola juga bagian dari dakwah.
Prestasi demi prestasi yang ditorehkan itu merupakan bagian dakwah nyata kepada dunia. Liverpool menjadi Club yang mengangkat prestasinya, sehingga semua orang mengenalnya. Tua dan muda, anak-anak, pria dan wanita mengenalnya. Nanti malam, jutaan mata akan menyaksikan setiap geraknya selama 90 menit di lapangan hijau.
Nanti malam, agama-agama dan keyakinan dunia sementara waktu akan melupakan keyakinan masing-masing. Mereka akan melihat prestasi Salah di lapangan hijau. Capaian tertinggi di final Liga Champion akan menjadi bukti nyata, bahwa siapa-pun bisa berkontribusi. Jika tidak suka dengan agama Salah, maka lihatlah Salah sebagai seorang atlit yang benar-benar menjaga nilai-nilai agamanya.
Memang malam Liga Champion kali ini mempertemukan Real Madrid dan Liverpool, tetapi sejatinya banyak kalangan justru tertarik pada sosok Cristiano Ronaldo dan M Salah, sehingga menenggelamkan Madrid dan Liverpool. Siapapun yang menang, yang jelas olahraga mengajarkan bahwa hidup itu harus sportif, bukan diskriminatif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H