Mohon tunggu...
Abdul Adzim Irsad
Abdul Adzim Irsad Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar di Universitas Negeri Malang

Menulis itu menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pesona Ratu Sufi Rabiah Al-Adawiyah

15 Maret 2018   23:22 Diperbarui: 16 Maret 2018   05:04 5415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika sampai di kediaman Rabiah Al-Adawiyah, tiga ulama sufi, dari balik tirai, mereka mengutarakan maksudnya. Rabiah Al-Adawiyah tidak menolaknya, tetapi hanya memberikan isarat dan syarat, sambil memberikan jawaban "Baiklah, tapi aku ingin tahu terdahulu, siapakah di antara kalian yang paling  berilmu, maka aku akan siap menjadi istrinya." Rupanya, ulama di atas sangat tawadu (rendah diri). Tidak ada yang ingin menampakkan ke dalalaman ilmunya kepada Rabiah Al-Adawiyah.

Tiba-tiba Malik bin Dinar-pun menjawab dengan singkat sambil melirik rekannya "Dialah Hasan al-Bashri". Persaingan ulama sufi untuk mendapatkan cinta sejati Rabiah Al-Adawiyah begitu ketat dan sengit. Masing-masing memiliki peluang yang sama untuk mendapatkan cinta Sang Ratu Sufi. Semua ulama mengakui kedalaman ilmu dan spiritual dan keluhuran budi pekerti ulama di atas.

Tak disangka-sangka, tiba-tiba  Rabi'ah Al-Adawiyah mengajukan sebuah persyaratan yang sederhana, tetapi sangat berat untuk menjawabnya.

Rabiah Al-Adawiyah bertanya kepada Hasan Al-Bashri "Jika Sayuid (Tuan) mampu menjawab empat pertanyaan yang akan aku ajukan, maka aku bersedia menjadi istri Tuan".Mereka-pun saling melempar pandangan, seraya berfikir, seperti apakah pertantayaan yang akan di sampaikan.

Hasan Al-Bashri menjawab dengan singkat dari balik tirai "Silakan, wahai Sayiidah Rabi'ah.

"Menurut Sayyid (Tuan), jika aku meninggal dunia, apakah aku mati dalam kondisi iman atau tidak?,

Hasan Al-Bashri menjawab diplomtis sesuai dengan ilmu yang dimilikuinya "Maaf wahai Sayiidah Rabiah, ini termasuk masalah ghaib. Tidak ada yang tahu pasti kecuali Allah."

Pertanyaan berikutnya "Wahai tuan, ketika aku berada di alam barzah (kubur), lalu malaikat Munkar dan Nakir bertanya kepadaku, menurut Sayyid, apakah aku menjawab pertanyaan itu?"  Hasan Al-Bashri menjawab dengan jawaban yang sama .

Pertanyaan ketiga, Rabiah berkata "saat manusia dikumpulkan pada hari kiamat, apakah aku termasuk orang yang menerima catatan amal dengan tangan kanan ataukah kiri? Lagi-lagi, Hasan Al-Bashri menjawab dengan jawaban yang sama.

Pertanyaan yang ke-empat, Rabiah Al-Adawiyah berkata "saat manusia dipanggil menghadap Allah SWT, apakah aku tergolong ahli surga apa ahli neraka?

 Lagi-lagi, Hasan Al-Bashri menjawab dengan jawaban yang sama "yang mengetahui hanyalah Allah SWT". Hasan Al-Bashri tidak bisa memberikan jawaban dan kepastian terhadap pertayaan Rabiah Al-Adawiyah, karena semua itu hak preogatif Allah SWT.  Ini mengingatkan pejelasan Imam Nawawi Al-Bantani dalam kitab Nashoihul Ibab, bahwa manusia harus selalu "husnuddhon" kepada setiap orang, karena manusia tidak akan bisa menjamin dirinya sebagai ahli surga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun