Mohon tunggu...
Abdul Adzim Irsad
Abdul Adzim Irsad Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar di Universitas Negeri Malang

Menulis itu menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pesona Ratu Sufi Rabiah Al-Adawiyah

15 Maret 2018   23:22 Diperbarui: 16 Maret 2018   05:04 5415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Rabiah Al-Adawiyah salah satu wanita yang menjadi rujukan dalam urusan cinta (mahabbah) kepada Tuhannya. Tidak hanya kaum awam saja yang mengaguminya, ternyata para ulama fikih, hadis, yang hidup sejaman juga terpesona dan kagum terhadap Rabiah Al-Adawiyah. Barangkali, jika Rabiah Al-Adawiyah hidup di jaman now, semua pria yang bestatus ustad dan Kyai akan berlomba-lomba meluluhkan hatinya.

Di dalam kitab klasik berjudul Durratun Nashihin, kitab yang paling sering dibaca kaum santri diterangkan, ternyata beberapa ulama terkemuka seperti Hasan al-Bashri, Malik bin Dinar, dan Tsabit al-Banani tertarik dengan kecantikan hardware (kecantikan) Rabiah Al-Adawaiyah, yang sudah tentu lebih tertarik pada budi pekerti serta kedalaman spiritual Rabiah Al-Adawiyah.

Saat ke Cairo (4/3/2018), saya sempatkan ziarah ke Makam Rabiah Al-Adawiyah yang letaknya di Gang Rabiah Al-Adawiyah- Cairo. Saya ditemani oleh salah satu penggurus PCINU Mesir yang bernama Kang Iqbal dengan mengunakan mobil Avansa buatan Nusantara. Lumayanlah, bisa keliling destinasi wisata para wali dan sahabat Nabi Muhammad SAW.

Ketika sampai ditempat tujuan seorang mahasiswa Mesir yang mendampingiku bertututur; "Konon, Sayyid Ibn Atoillah Al-Iskandari juga pernah melamar, karena terkagum-kagum dengan kecantikan dan kesalehahannya". Jika seorang Sayyid Ahmad Ibn Atoillah Al-Iskandari seorang sufi sejati yang menjadi rujukan ulama dunia, terpesona dan melamarnya, bagaimana dengan pemuda-pemuda masa itu. Apalagi, dengan para perziarah di jaman now, melihat prawan-prawan Cairo yang membuat detak berdetak kencang.

Ketika sampai di makam Rabiah Al-Adawiyah, aku-pun menerawang dan membayangkan "betapa cantik dan mempesona wanita yang bernama Rabiah Al-Adawiyah". Mungkin itulah yang disebut bidadari surga yang menjadi rebutan kaum sufi kala itu.

Apalagi, ketika saya dan para wisatawan kuburan menyaksikan gadis-gadis Mesir, dan Palestina yang masih muda dan ranum, terlihat begitu cantik nan menarik. Sampai-sampai yang belum menikah terasa sepet saat melihat gadis-gadis Nusantra. Dan, yang tidak membawa istripupun, akhirnya hanya geleng-geleng kepala sambil sesekali lisanya mengucap " masa Allah, begitu cantiknya".

Sementara, yang membawa istri, dia hanya terkagum-kagum, tetapi tidak mengucapkan apa-apa, karena taqwa (takut sama istri yang tua). Padahal, hatinya ingin menyapa dan sekedar berfotoria. Djadi Galajapo hanya bisa mengatakan "Subhana Allah". Barangkali, yang membawa istri, dalam hatinya berkata "apa yang ada pada gadis Palestina, istriku juga punya". Nah, saat itulah saya benar-benar membanyangkan kecantikan rupa dan budi pekertinya  ratu sufi yang bernama "Rabiah Al-Adawiyah".

Ketika Jamaah Manaya Indonesia melihat wanita-wanita cantik Palestina dan Cairo, sampai-sampai ada yang bercanda dan berseloroh "jika lima remaja wanita Palestina berjalan di siang hari di bawah terik sinar matahari, maka yang cantik sepuluh remaja, karena bayang-bayangnya juga ikut terlihat cantik".

Kembali pada Ratu Sufi Rabiah Al-Adawiyah. Tidak dipungkiri, ada beberapa riwayat bahwa Rabiah Al-Adawiyah di Makamkan di Mesir (Cairo), Palestina (Yerusalem) dan di Irak (Basrah). Di antara tiga tempat tersebut, hanya Cairo dan Yerusalem yang sudah saya ziarahi bersama PT. Manaya Indonesia

Semua tidak ada yang bisa memastikan mana makam (kuburan) ratu sufi Rabiah Al-Adawiyah. Terpenting bagi saya adalah bagaimana meneladani rasa mahabbah yang sesungguhnya kepada Allah SWT sebagaimana yang di ajarkan oleh Ratu Sufi Rabiah Al-Adawiyah. Cinta kepada Allah bukan sekedar sholat lima waktu, dan membaca dzikir setiap saat dan waktu, tetapicinta kepada Allah itu berarti mengosongkan hati dari iri dan dengki, hasud, dan semua penyakit hati. Barulah dihiasi dengan amal ibadah, dan rasa mahabbah sejati kepada Allah SWT.

Lihat saja, Hasan al-Bashri, Malik bin Dinar, dan Tsabit al-Banani ulama kondang dengan segala disimpilin ilmu dan kedalaman spritualnya datang kekediaman Rabiah Al-Adawiyah dengan tujuan melamar untuk menjadi pendamping hidupnya. Ketiganya ingin membuktikan kalau mereka bisa menarik cinta Rabiah Al-Adawiyah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun