Mohon tunggu...
Abdul Adzim Irsad
Abdul Adzim Irsad Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar di Universitas Negeri Malang

Menulis itu menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ketika Kader NU Menjadi Primadona Pilkada

10 Januari 2018   15:26 Diperbarui: 11 Januari 2018   16:21 1080
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kali ini, PDI dan Ganjar seolah-olah ganjar kurang percaya diri jika tampa nempel putra Kyai. Di sini juga menjadi bukti nyata bahwa NU, benar-benar menjadi primadona dalam dunia Pilkada, Pilgub. Namun demikian, parta-partai lain juga mengusung wong NU. Betapa larisnya warga NU dalam dunia politik kali ini.

Jabar juga demikian. Maman Imamnulhaq yang saat ini menjadi politis PKB nekad dengan tekad yang bulat mencalonkan diri lewat Gerindra. Di sana juga ada tokoh hebat "Ridwan Kamil" sosok NU kultural yang dicintai warga Jabar. PKB sangat simpatik kepadanya. Dan di sisi lain, ada Dedy Mulyadi yang di sebut juga warga NU. Bagi warga NU semakin sulit untuk memilihnya, karena menu pilgub dan pilkada benar-benar lebih asik dan mengasikkan.

Paling menarik lagi, Pilkada Kota Malang. Dimana Abah Anton bendahara PCNU Kota Malang bergandengan dengan PKS. Lawan potikinya adalah Sutiaji yang juga pengurus PCNU. Tak ketinggalan, Nanda sosok cantik warga keturunan Arab yang juga wong NU ikut serta. Memang tidka ad kader PKS, PAN? Sampai-sampai warga PKS mengatakan "bapak kita bersama". Kalimat itu keluar karena PKS butuh Abah Anton yang NU itu. Kota Malang calonnya ada Tiga, Anton Muslim Keturunan China, Nanda Keturunan Arab, Sutiaji Jawa Asli. Semuanya warga NU deles.

Semua warga NU laku keras dan layak jual dalam pilkada serentak kali ini. Tinggal para marketingnya, apakah mereka bisa meyakinkan calon pemilih. Deretan calon NU bagus dan berkualitas, kelas berat semua. Jika mereka tidak terpilih, bukan barangnya tidak bagus, tetapi cara menjual dan menawarkannya tidak bisa.

Ini juga menjadi indikasi, bahwa warga NU itu sudah mulai mapan dalam dunia politik, pendidikan dan ekonomi dibandingkan yang lain. Buktinya, Gus Yasin, Emil Dardak itu tokoh-tokoh NU muda yang ngerti ngaji asli Nusantara. Namun, semua akan menjadi petaka jika sesama warga NU gontok-gontokan dan saling menjatuhkan dengan cara yang tidak sehat.

Setelah pilkada dan pilgub serentak dilaksanakan. Para calon terpiliah, semua akan sowan kepada Jokowi. Kemudian Jokowi melantiknya. Mereka akan dipameri capaian-capain Presiden selama ini. Keberhasilan, kesantuan, serta kerja keras Jokowi akan menginpirasi calon kepala daerah masing-masing.

 Saat itu memasuki pemilihan Presiden, 2019. Semua mata akan tertuju pada Jokowi. Jokowi itu tidak banyak ngomong tetapi banyak kerja. Sering dicela, tetapi tidak membalasnya. Itung-itung menjadi pelebur dosa. Kesabaran Jokowi akan mengantarkan dirinya menjadi calon presiden terkuat kembali di 2019. Para ketua-ketua Parta Politik yang merasa NU, dengan percaya diri akan menawarkan menjadi pendamping Jokowi. Apalagi, bupati, walikota dan Gubernur dari kalangan NU banyak, khususnya di Pulau Jawa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun