Al-Hamdulilah, setiap satu semester, selalu ada 4-6, mahasiswa yang hafal juzz amma. Saya-pun sampaikan kepada mereka, agar tetap menjaganya dengan baik. Dengan menjaga 1 juzz amma, maka hidup kalian juga akan terjaga. Saya juga dorong mereka agar ikut tahfid Al-Quran yang di rintis dan di bimbing oleh Dr. Syaafaat Al-Marhum, yang sekarang dilanjutkan oleh ustad. Asruhin dan Ustad Rahmanan. Merekalah Begawan-begawan Al-Quran yang menjadikan Universitas Negeri Malang menjadi bercahaya.
Minggu (10/12) saya di minta panitia untuk memberikan materi tentang Al-Quran pada acara wisuda Tahfid Al-Quran perdana. Â Menariknya, panitiannya terdiri dari mahasiswa, dalam hatiku berkata "luar biasa, mereka belum terjun ke masyarakat sudah bisa dan mampu ngurusi wisuda Al-Quran seperti ini". Tidak satu-pun dari kalangan dosen atau pejabat yang saya lihat di ruangan itu. Saya-pun semakin yakin bahwa "para penghafal Al-Quran dari mereka itu benar-benar keren habis".
. Dengan mengucapkan bismillah, saya memberanikan diri hadir di tengah-tengah para "Penghafal Al-Quran" . Saya-pun duduk menyaksikan para santri-santri yang di dalamnya di penuhi kitab suci. Mereka santri-santri pilihan yang dipercaya menghafal dan menjaga kitab suci Allah SWT. Prof. Dr Abdul Wahid, dosen Umm Al-Qura Makkah pernah berkata kepada mahasiswa nya sang penghafal Al-Quran "wahai anakku, aku tidak berani menyuruhmu, karena di dalam dadamu tersimpan kitab suci Al-Quran". Bagaimana-pun, penghafal Al-Quran itu sangat istimewa di sisi Allah SWT.
Orang yang cerdas, harus menghabiskan 2-3 tahun untuk menghafal Al-Quran. Pagi, siang dan malam, mereka harus berkali-kali murojaah Al-Quran. Â Di saat rekan-rekannya bermain, picnic, bahkan ada yang pacaran. Maka penghafal Al-Quran harus tekun dan sabar, siang dan malam membaca dan setoran kepada gurunya.
KH Hasyim Muzzadi dalam ceramah Wisuda Al-Quran di pesantren Wepas (Wetan Pasar) yang di pimpin oleh KH Ahmad Khusaini "orang penghafal Al-Quran itu harus menjaga pergaulan, menjaga makanan, dan juga menjaga diri dari pertemanan lak-laki dan wanita". Orang yang sedang menghafal Al-Quran, jika masih suka ber-pacaran, semakin dekat dengan pacarnya, akan semakin hilang Al-Qurannya. Jadi, pacaran itu akan menghilangkan hafalan.
Ingat syairnya Imam Syafii ketika mendapati kesulitan hafalan "Saya melaporkan seputar kesulitan ku dalam masalah hafalan, maka guruku menyarankan agar meninggalkan maksiat". Ketahuilah, ilmu Allah itu cahaya dan cahaya Allah SWT tidak akan masuk pada orang yang bermaksiat". Maka, saya benar-benar terharu, kagum terhadap mahasiswa Universitas Negeri Malang dari berbagai jurusan yang mau bersusah payah menghafalkan Al-Quran.
Mestinya, mereka mendapatkan penghargaan yang lebih tinggi dari kampus. Keberadaan mereka membuat aura kampus menjadi makin bersinar, dan membuat prestasi akan semakin tinggi. Teringat kisah seorang sufi, karena ke-ihlasannya, akhirnya mendapatkan miracle (ke-ajaiban-keajaiban yang tidak pernah diminta dan tidak pernah terfikirkan sebelumnya. Bisa jadi, prestasi-prestasi Universitas Negeri Malang akan semakin cemerlang di kemudian hari, karena memperhatikan penghafal Al-Quran dengan baik.
Ketika saya memberikan ceramah, saya menyampaikan kepada mereka "santri itu walaupun elek (jelek) rupane, tetapi harus kuat doanya. Santri itu, tidak punya duit, tetapi mereka harus kuat membaca wirid. Santri itu bukan putranya pejabat, maka harus kuat tirakat". Â Saya juga menyampaikan pesan ayahku kepada mereka "belajarlah dengan baik dan benar dengan niatan (menghilangkan kebodohan), jangan belajar karena niat ingin punya istri cantik, juga karena ingin jadi pejabat, dan juga bukan karena ingin mendapat pangkat dan harta". Ketahuilah, kelak semuanya itu akan mengikuti kalian".
Saya juga menyampaikan pesan kepada wisudawan " seorang ulam besar di Makkah yang bernama Syekh Hasan Al-Massad, guru dari ulama Nusanatara, mereka tetap mengajari anak-anak membaca Al-Quran, karena beliau ingin menjadi orang yang dicintai Roslullah SAW dan menjadi bagian dari Al-Quran". Maka, kalian kekal harus membumikan Al-Quran di tempat kalian masing-masing.
Mewisuda 30 Huffad
Usai ceramah, saya harus menmberikan sertifikat kepada setiap penghafal Al-Quran. Kemudian menggalungkan lencana sebagai tanda, bahwa mahasiswa itu sudah hafal 30 juz. Saya merasa seneng, bahagia dan dredek juga. Bukan apa-apa, karena mereka itu manusia pilihan di kampus Universitas Negeri Malang. Dari sekitar 32 ribu mahasiswa Universitas Negeri Malang, ada 30 orang penghafal kitab suci. Menurut panitia, sebenarnya yang daftar ada 70 mahasiswa, tetapi yang mampu dan bisa di wisuda hanya 30 mahasiswa.