Mohon tunggu...
Abdul Adzim Irsad
Abdul Adzim Irsad Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar di Universitas Negeri Malang

Menulis itu menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

30 Mahasiswa Pilihan Allah SWT di Universitas Negeri Malang

15 Desember 2017   15:42 Diperbarui: 15 Desember 2017   16:09 842
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Al-Quran Study Club (ASC) salah satu UKM termuda di lingkungan kampus Universitas Negeri Malang, tetapi sudah mampu memberikan prestasi yang luar biasa dan gemilang. Wajar, jika dosen-dosennya merasa bangga dengan prestasi mereka, walaupun dosen-dosen itu tidak mengajar mereka. Pejabat lingkungan UM makin bangga dan bahagia, karena prestasi mereka mampu mengharumkan nama kampus hingga tingkat Nasional dan Asean. Menurut guyonan santri, prestasi ASC akan mengangkat derajat di dunia dan akhirat.

ASC sejak di rintis tahun 2013 benar-benar memberikan prestasi yang mengetarkan Nusantara. Bagaimana tidak, banyak sekali mahasiswa yang memiliki kemampuan baca Al-Quran, mulai tahifudul Quran (hafalan Al-Quran), MTQ (Musabaqoh Tilawatil Quran) bisa mewakili Nasional hingga Asean. Bukan saja menjadi wakil, tetapi mampu memberikan juara. Keren banget!  

Ketika melihat dan menyaksikan putra-putri pencinta Al-Quran di ASC, saya teringat pada 5-6 tahun yang lalu. Waktu itu, saya menyampaikan kepada KH Drs. Dahlan Ridwan selalu Koordinator Pendidikan Agama Islam (PAI) Universitas Negeri Malang.

Saya menyampaikan kepada beliau dan rapat "bagaimana kalau setiap dosen pendidikan agama Islam, membaca Al-Quran 10-15 menit, sebelum perkuliahan". Alasannya sederhana, mengajarkan pendidikan agama islam itu bukan pada nilai "A-B" tetapi bagaimana bisa merubah moralitas mahasiswa menjadi lebih baik. Hakekat pendidikan agama islam, yaitu bagaimana menjadikan mahasiswa ber-ahlak kepada kedua orangtua, guru, taat beribadah, melaksanakan sholat dengan baik dan benar.

Realitas membuktikan, bahwa banyak sekali mahasiswa yang tidak sholat, tidak bisa membaca Al-Quran, dan masih banyak lagi. Dengan pendekatan membaca Al-Quran, insa Allah akan mendapat berkah dari Al-Quran.

Saya sering menyampaikan, orang yang membaca Al-Quran itu harus memiliki etika, seperti; harus memiliki wudhu (bersuci), busana juga harus rapi dan sopan, serta duduknya juga tidak boleh berdampingan dengan lawan jenisnya. Dengan demikian, mahasiswa ketika membaca Al-Quran, dia sedang berinteraksi dengan Allah SWT melalui huruf dan lafadz Al-Quran. Dalam kondisi suci, bersih, santun, maka proses transportasi ilmu jauh lebih mudah dari pada dalam kondisi tidak suci. Begitulah penjelasan dari kitab Taklim Al-Muattalim.

Apalagi, setelah saya temukan teks dari kitab Al-Majmu' Syarah Al-Muhaddab karya Imam Al-Nawawi yang artinya kira-kira begini "tidak diperkenankan seorang belajar ilmu lain, kecuali setelah menghafal Al-Quran". Di tambah lagi, sebagian besar ulama-ulama hebat itu sejak kecil telah belajar Al-Quran, bahkan sejak usia dini sudah hafal Al-Quran, seperti; Ibnu Sina, Imam Syafii, Imam Al-Ghozali, Al-Farabi. Setelah hafal Al-Quran, mereka bisa dengan mudah mendalami ilmu lainnya. Kesimpulanku "dengan membaca Al-Quran terlebih dahulu, berarti akan memudahkan mempelajari ilmu lainnya".

Sejak saat itu, Drs. Dahlan Ridwan setuju dan kemudian diputuskan "dosen agama, harus membaca Al-Quran 10-15 menit, barulah kemudian memulai perkuliahan". Dampaknya sangat dasyat. Dari situlah, diketahui banyak sekali mahasiswa yang memiliki kemampuan baca Al-Quran bagus, ada juga yang memiliki kemampuan qiroah, fahmul quran, dan sebagian dari mereka itu memiliki hasrat menghafalkan Al-Quran.

Dengan cara seperti ini, akan lebih mudah mengarahkan mahasiswa menjadi lebih baik, dan juga akan memberikan dampak positif kepada yang lain. Minimal, mahasiswa yang rodok nakal sungkan kepada Al-Quran, bahkan ada yang takut kualat. Nyata, banyak sekali perubahan yang dirasakan seputar ahlak mahasiswa yang lebih baik. Barangkali itu berkah dari Al-Quran.

Selanjutnya, mereka yang memiliki kemampuan baca Al-Quran bagus, bahkan mereka yang hafal Al-Quran bisa mengajari teman-teman sebayanya yang belum lancar dan belum bisa sama sekali membaca Al-Quran. Maka, muncullah Pembinaan Bimbingan Baca Qur'an yang lebih popular di kalangan mahasiswa dengan sebutan (BBQ).

Saat ini BBQ merupakan pembinaan wajib bagi setiap mahasiswa baru yang menempuh mata kuliah Pendidikan Agama Islam (PAI). Saya sering menyampaikan kepada mahasiswa dengan nada bercanda "jika kalian bisa membaca Al-Quran dengan baik, bahkan ada yangf hafal juz amma, atau hafal Al-Quran, kelak akan menjadi bekal dunia akhirat. Minimal, bisa menjadi bekal ketika akan melamar calon istri kalian". Sedangkan mata kuliah yang kalian geluti sekarang, kalau sudah tua, tidak akan berguna, tetapi Al-Quran akan terus berguna, di dunia, alam barzah bahkan hingga menghadap Allah SWT".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun