Masjid Sabilillah, salah masjid istimewa dan bersejarah di kota Malang dengan tidak menafikan masjid masjid lain. Karena masih ada masjid klasik, seperti; Masjid Agung Jamik, dan Masjid Hisbullah Singosari Malang. Masjid Sabilillah dan Masjid Hisbullah tidak lepas dari perjuangan umat islam melawan Inggris dalam pertempuran sengit pada tanggal 10 November yang sekarang sibeut dengan Hari Pahlawan.
Masjid Sabilillah menjadi bukti atas ke-ihlasan perjuangan para santri melawan Penjajahan Belanda, Jepang, Inggris. Wajarlah kiranya, jika kemudian santri-santri yang saat ini sudah menjadi Kyai di Malang meminta ada Hari Santri Nasional, karena kemerdekaan Indonesia tidak lepas dari perjuangan dan kiprah kaum santri.
Barangkali, belum sempurna orang yang datang ke Malang, jika belum pernah sholat di Masjid Sabilillah Malang. Malang, kota sejuk dan menyenangkan, karena banyaknya ulama’ dan cendikian, serta tokoh-tokoh Nasional, seperti; KH Maskur, KH Tholah Mansur, KH Oesman Mansur, KH Tholah Hasan, KH Hasyim Muzaddi. Tidak berlebihan, jika men-tasbitkan (mengukuhkan) kota Malang sebagai kota santri dan pendidikan.
Hari Pahlawan merupakan hari yang istimewa bagi kaum muslimin. Pada hari itu, ribuan umat islam turut nerjuang membela agama dan kehormatan bangas Indonesia. Semua ikut jihad di jalan Allah SWT. Dengan resolusi jihad yang dipelopori oleh KH Muhamamd Hasyim Asaary pimpinan NU, semua umat turun jalan melawan penjajah hingga titik darah penghabisan. Ruh jihad bergelora, karena demi agama dan bangsa. Siapa yang wafat, wajib baginya masuk surga. Begitulah salah satu isi dari Rosulusi Jihad.
Salah satu dari pejuang sejati yang ikut serta dalam pertempuran 10 November adalah Arek-Arek Malang, mereka adalah KH Maskur dan KH Oeman Mansur, dan KH Nawawi Thohir. Mereka adalah santri dari KH Muhammad Hasyim Asaary pejuang sejati Aswaja dan pendiri Negara Kesatuan Repubik Indonesia. KH Hasyim lebih memilih mendirikan organisasi dari para mendirikan Negara Islam. Bukan karena ghirah islamnya kurang, tetapi karena mengerti hakekat dakwah yang sesungguhnya, sebagaimana penjelasan Al-Quran dan sunnah Rsoulullah SAW.
KH Masykur dan Sabilillah tidak bisa dipisahkan. Karena KH Masykur itu salah satu pejuang sejati lascar Sabilillah melawan penjahan Jepang, Belanda dan Ingris. Pada 10 November 1945, pasukan yang terdiri dari santri-santri yang tergabung pada laskhar Sabilillah dipimpin langsung oleh KH Masykur.
Sedangkan santri-santri dan masyarakat kota Malang yang tergabung dalam laskar Hizbullah di pimpin langsung oleh KH Nawawi Ibn Thohir. Ikut serta di dalam memimpin perang waktu itu yaitu “KH Oesman Mansur”.
Pejuang sejati KH Nawawi adalah putra dari KH Thohir Bungkuk Singosari. Jadi, tidak heran jika di singosari terdapat sebuah masjid besar yang bernama “Masjid Hizbullah”
Jadi, ketika menyebut nama KH Masykur, akan teringat sebuah sebuah Masjid terbesar dan terbaik yang menjadi rujukan masyarakat Malang. Nama Sabilillah itu erat kaitanya dengan para pejuang-pejuang sejati Mujahid fi Sabilillah (pejuang) yang terdiri dari ulama, masyarakat, santri-santri yang dipimpun langsung oleh ulama dan negarawan “KH Mansyur”.
Bersumber dari resolusi Jidad yang keluarkan “Rosi Akbar Nahdotul Ulama” Al-Imam KH Muhammad Hasyim Asaary. Dua kekuatan besar yang bernama “Laskar Hizbullah” dan “Lakskar Sabilillah”, dua pasukan besar yang ikut serta berjuang merebut dan memperjuangan Negara Republik Indonesia dalam pertempuran 10 November 1945. Laskar Hizbullah dipimpin seorang ulama yang bernama “KH Nawawi Thohir” sementara “Laskar Sabilillah” dipimpin langsung oleh KH Masykur yang berasal dari Singosari Malang (Roeslan A, 1982).
Barangkali pasukan yang yang dipimpi KH Masykur modalnya adalah niat, tekad, berjuang melawan penjajahan dan penindasan. Tujuan utamanya adalah “merdeka atau mati dalam kondisi sahid”. Nila-nilai inilah yang menjadi latar belakang perjuangan pasukan Laskar Sabilillah dan Laskar Hizbullah yang dipimpin dua tokoh ulama Nahdhotul Ulama Kota Malang.
Berdirinya Masjid Sabilillah itu pada hakekatnya untuk mengenal pejuang dan perjuangan para mujahid di jalan Allah SWT, maka dibangunlah monument sakral dalam bentuk tempat Ibadah “Masjid Sabilillah” yang terletak di Jl.Ahmad Yani.
Adapun datanya sebagi berikut (1) Jumlah keseluruhan pilar masjid Sabilillah sebanyak 17 buah (2)Tinggi pilar dari lantai atap ke atap 8 meter (3) Tinggi menara 45 Meter (4) Jarak antara pilar 5 meter (5) Bentuk menara adalah persegi 6 (6) Diameter kubah 20 meter (7) Jumlah tiang di dalam masjid 9 buah (Pemda Kota Malang, 1982). Jadi, Masjid Sabilillah itu menjadi kebanggan, sekaligus symbol kemerdekaan yang memiliki filsafat yang amat tinggi dan mulia.
Ada yang menarik dari 7 point penting yang disebutkan, yaitu jumlah tiang Sembilan yang mengambarkan dakwah walisongo (wali Sembilan) yang menjadi symbol dakwahnya ulama NU di dalam Islamisasi Nusantara dengan cara santun dan ramah, sesuai dengan ajaran kitab suci Al-Quran dan tuntunan Rosulullah SAW. Jadi, tidak aneh jika kemudian Masjid Sabilillah sekarang menfokuskan pada social dan pendidikan, bahkan ekonomi dan kesehatan masyarakat.
Saat ini Masjid Sabilillah sudah menjadi pusat pendidikan, dimana Sabilillah sudah memiliki SMS (Sabilillah Meidcal Senter) yang menjadi rujukan masyarakat dan jamaah Masjid Sabilillah jika sedang sakit. SMS (Sabilillah Medical Senter) juga sudah memiliki apotik dan layanan BPJS yang setiap saat memberikan layanan terbaik untuk jamaah Sabilillah dan sekitarnya.
Masjid Sabilillah Malang juga memiliki koprasi yang nilainya sudah mencapai 2 milyar. Sehingga para Anggota Takmir, guru ngaji dan guru SDI (Sekolah Dasar Islam Sabilillah) bisa meminjam saat darurat, seperti; pengobatan di RS, istri sedang melahirkan, bahkan juga membantu jamaah yang akan menunaikan ibadah haji dan umrah.
Lembang layakan masyarakat seperti; Lazis Sabilillah, sebuah lembaga sosial yang berkiprah menjadi jembatan antara orang kaya dan orang yang membutuhkan. Banyak sekali masyarakat miskin, sekitar Malang Raya, seperti; anak yatim dan duafa’ janda yang mendapatkan santunan secara rutin dari Lazis. Bahkan, Lazis memiliki program bedah rumah.
Tahfidzul Quran, Sekolah Intepreounur, majlis Taklim, KBI (Kelompok Bimbingan Haji), pengajian yang di asuh oleh KH Marzuki, Majlis Rosulullah SAW, Majlis Taklim Lentera, Majlis Taklim Tasawuf. Semua disedikan oleh Masjid Sabilillah. Fusngsi masjid Sabilillah telah memebrikan kemakmuran bagi masyarakat dan jamaahnya, bahkan para imam dan khotibnya juga mendapat perhatian secara serisus dari takmir Masjid Sabilllah.
Ini semua tidak lepas dari nilai-nilai perjuangan para ulama dan santri pada Jihad 10 November 1945. Semua pengurus Masjid Sabilillah harus berani berjuang memakmuran masjid karena Allah SWT dan juga memakmurkan masyarakat sekitarnya. Itulah makna dari Resolusi Jihad pasca 10 November 1945, yang sering disampaikan oleh KH Muhammad Tholhah Hasan sebagai pembina Yayasan Masjid Sabilillah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H