Mohon tunggu...
Abdul Adzim Irsad
Abdul Adzim Irsad Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar di Universitas Negeri Malang

Menulis itu menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

10 November, Mengenang Laskar Sabilillah Malang

10 November 2016   12:26 Diperbarui: 10 November 2016   12:36 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berdirinya Masjid Sabilillah itu pada hakekatnya untuk mengenal pejuang dan perjuangan para mujahid di jalan Allah SWT, maka dibangunlah monument sakral dalam bentuk tempat Ibadah “Masjid Sabilillah” yang terletak di Jl.Ahmad Yani.

 Adapun datanya sebagi berikut (1) Jumlah keseluruhan pilar masjid Sabilillah sebanyak 17 buah (2)Tinggi pilar dari lantai atap ke atap 8 meter (3) Tinggi menara 45 Meter (4) Jarak antara pilar 5 meter (5) Bentuk menara adalah persegi 6 (6) Diameter kubah 20 meter (7) Jumlah tiang di dalam masjid 9 buah (Pemda Kota Malang, 1982). Jadi, Masjid Sabilillah itu menjadi kebanggan, sekaligus symbol kemerdekaan yang memiliki filsafat yang amat tinggi dan mulia.

Ada yang menarik dari 7 point penting yang disebutkan, yaitu jumlah tiang Sembilan yang mengambarkan dakwah walisongo (wali Sembilan) yang menjadi symbol dakwahnya ulama NU di dalam Islamisasi Nusantara dengan cara santun dan ramah, sesuai dengan ajaran kitab suci Al-Quran dan tuntunan Rosulullah SAW. Jadi, tidak aneh jika kemudian Masjid Sabilillah sekarang menfokuskan pada social dan pendidikan, bahkan ekonomi dan kesehatan masyarakat.

Saat ini Masjid Sabilillah sudah menjadi pusat pendidikan, dimana Sabilillah sudah memiliki SMS (Sabilillah Meidcal Senter) yang menjadi rujukan masyarakat dan jamaah Masjid Sabilillah jika sedang sakit. SMS (Sabilillah Medical Senter) juga sudah memiliki apotik dan layanan BPJS yang setiap saat memberikan layanan terbaik untuk jamaah Sabilillah dan sekitarnya.

Masjid Sabilillah Malang juga memiliki koprasi yang nilainya sudah mencapai 2 milyar. Sehingga para Anggota Takmir, guru ngaji dan guru SDI (Sekolah Dasar Islam Sabilillah) bisa meminjam saat darurat, seperti; pengobatan di RS, istri sedang melahirkan, bahkan juga membantu jamaah yang akan menunaikan ibadah haji dan umrah.

Lembang layakan masyarakat seperti; Lazis Sabilillah, sebuah lembaga sosial yang berkiprah menjadi jembatan antara orang kaya dan orang yang membutuhkan. Banyak sekali masyarakat miskin, sekitar Malang Raya, seperti; anak yatim dan duafa’ janda yang mendapatkan santunan secara rutin dari Lazis. Bahkan, Lazis memiliki program bedah rumah.

Tahfidzul Quran, Sekolah Intepreounur, majlis Taklim, KBI (Kelompok Bimbingan Haji), pengajian yang di asuh oleh KH Marzuki, Majlis Rosulullah SAW, Majlis Taklim Lentera, Majlis Taklim Tasawuf. Semua disedikan oleh Masjid Sabilillah. Fusngsi masjid Sabilillah telah memebrikan kemakmuran bagi masyarakat dan jamaahnya, bahkan para imam dan khotibnya juga mendapat perhatian secara serisus dari takmir Masjid Sabilllah.

Ini semua tidak lepas dari nilai-nilai perjuangan para ulama dan santri pada Jihad 10 November 1945. Semua pengurus Masjid Sabilillah harus berani berjuang memakmuran masjid karena Allah SWT dan juga memakmurkan masyarakat sekitarnya. Itulah makna dari Resolusi Jihad pasca 10 November 1945, yang sering disampaikan oleh KH Muhammad Tholhah Hasan sebagai pembina Yayasan Masjid Sabilillah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun