Mohon tunggu...
Abdul Adzim Irsad
Abdul Adzim Irsad Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar di Universitas Negeri Malang

Menulis itu menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

10 November, Mengenang Laskar Sabilillah Malang

10 November 2016   12:26 Diperbarui: 10 November 2016   12:36 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masjid Sabilillah, salah masjid istimewa dan bersejarah di kota Malang dengan tidak menafikan masjid masjid lain. Karena masih ada masjid klasik, seperti; Masjid Agung Jamik, dan Masjid Hisbullah Singosari Malang. Masjid Sabilillah dan Masjid Hisbullah tidak lepas dari perjuangan umat islam melawan Inggris dalam pertempuran sengit pada tanggal 10 November yang sekarang sibeut dengan Hari Pahlawan.

Masjid Sabilillah menjadi bukti atas ke-ihlasan perjuangan para santri melawan Penjajahan Belanda, Jepang, Inggris. Wajarlah kiranya, jika kemudian santri-santri yang saat ini sudah menjadi Kyai di Malang meminta ada Hari Santri Nasional, karena kemerdekaan Indonesia tidak lepas dari perjuangan dan kiprah kaum santri.

Barangkali, belum sempurna orang yang datang ke Malang, jika belum pernah sholat di Masjid Sabilillah Malang. Malang, kota sejuk dan menyenangkan, karena banyaknya ulama’ dan cendikian, serta tokoh-tokoh Nasional, seperti; KH Maskur, KH Tholah Mansur, KH Oesman Mansur, KH Tholah Hasan, KH Hasyim Muzaddi. Tidak berlebihan, jika men-tasbitkan (mengukuhkan) kota Malang sebagai kota santri dan pendidikan.

Hari Pahlawan merupakan hari yang istimewa bagi kaum muslimin. Pada hari itu, ribuan umat islam turut nerjuang membela agama dan kehormatan bangas Indonesia. Semua ikut jihad di jalan Allah SWT. Dengan resolusi jihad yang dipelopori oleh KH Muhamamd Hasyim Asaary pimpinan NU, semua umat turun jalan melawan penjajah hingga titik darah penghabisan. Ruh jihad bergelora, karena demi agama dan bangsa. Siapa yang wafat, wajib baginya masuk surga. Begitulah salah satu isi dari Rosulusi Jihad.

Salah satu dari pejuang sejati yang ikut serta dalam pertempuran 10 November adalah Arek-Arek Malang, mereka adalah  KH Maskur dan KH Oeman Mansur, dan KH Nawawi Thohir. Mereka adalah santri dari KH Muhammad Hasyim Asaary pejuang sejati Aswaja dan pendiri Negara Kesatuan Repubik Indonesia. KH Hasyim lebih memilih mendirikan organisasi dari para mendirikan Negara Islam. Bukan karena ghirah islamnya kurang, tetapi karena mengerti hakekat dakwah yang sesungguhnya, sebagaimana penjelasan Al-Quran dan sunnah Rsoulullah SAW.

KH Masykur dan Sabilillah tidak bisa dipisahkan. Karena KH Masykur itu salah satu pejuang sejati lascar Sabilillah melawan penjahan Jepang, Belanda dan Ingris. Pada 10 November 1945, pasukan yang terdiri dari santri-santri yang tergabung pada laskhar Sabilillah dipimpin langsung oleh KH Masykur.

 Sedangkan santri-santri dan masyarakat kota Malang yang tergabung dalam laskar Hizbullah di pimpin langsung oleh KH Nawawi Ibn Thohir. Ikut serta di dalam memimpin perang waktu itu yaitu “KH Oesman Mansur”.

Pejuang sejati KH Nawawi adalah putra dari KH Thohir Bungkuk Singosari. Jadi, tidak heran jika di singosari terdapat sebuah masjid besar yang bernama “Masjid Hizbullah”

Jadi, ketika menyebut nama KH Masykur, akan teringat sebuah sebuah Masjid terbesar dan terbaik yang menjadi rujukan masyarakat Malang. Nama Sabilillah itu erat kaitanya dengan para pejuang-pejuang sejati Mujahid fi Sabilillah (pejuang) yang terdiri dari ulama, masyarakat, santri-santri yang dipimpun langsung oleh ulama dan negarawan “KH Mansyur”.

Bersumber dari resolusi Jidad yang keluarkan “Rosi Akbar Nahdotul Ulama” Al-Imam KH Muhammad Hasyim Asaary. Dua kekuatan besar yang bernama “Laskar Hizbullah” dan “Lakskar Sabilillah”, dua pasukan besar yang ikut serta berjuang merebut dan memperjuangan Negara Republik Indonesia dalam pertempuran 10 November 1945. Laskar Hizbullah dipimpin seorang ulama yang bernama “KH Nawawi Thohir” sementara “Laskar Sabilillah” dipimpin langsung oleh KH Masykur yang berasal dari Singosari Malang (Roeslan A, 1982).

Barangkali pasukan yang yang dipimpi KH Masykur modalnya adalah niat, tekad, berjuang melawan penjajahan dan penindasan. Tujuan utamanya adalah “merdeka atau mati dalam kondisi sahid”. Nila-nilai inilah yang menjadi latar belakang perjuangan pasukan Laskar Sabilillah dan Laskar Hizbullah yang dipimpin dua tokoh ulama Nahdhotul Ulama Kota Malang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun