Mohon tunggu...
Abdul Adzim Irsad
Abdul Adzim Irsad Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar di Universitas Negeri Malang

Menulis itu menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memaknai Pesan Moral Jokowi terhadap Putranya

4 Juli 2016   11:59 Diperbarui: 4 Juli 2016   12:11 1578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tradisi membayar zakat secara serentak yang dirintis oleh Jokowi sangat positif, dan ini belum penah dilakukan pada masa pemerintahan sebelumnya. Kalau semua pejabat Negara, mulai tingkat pusat hingga paling bawah mau mengeluarkan secara serentak melalui Baznas, maka potensi zakat yang selama belum terkoordinasi akan semakin nyata jumlahnya dan akan semakin terasa distribusinya.

Jokowi sebagai presiden Republik Indonesia, tidak ada bedanya ketika menjadi seorang Gubernur DKI. Blusukan dan sholat di masjid-masjid sudah biasa, tidak harus elitis. Bahkan, kadang naik pesawat ekonomi. Tidak harus elitis. Kegiatan yang bersifat blusukan masih sering dilakukan, walaupun dirinya sudah menjadi Presiden.  Presiden yang sangat dekat dengan rakyat nya, sehingga membuat rakyat merasa dekat dengan pemimpinnnya.  

Sering di isukan dekat dengan PKI, tetapi dengan tegas menolak PKI. Sering di katakana kurang islami, ternyata dekat dengan para Kyai dan santri. Bahkan, dekat sekali dengan organisasi Nahdlatul Ulama serta pesantren di seluruh Nusantara.  Pesan yang paling mencengangkan kepada putranya usai bermain panco. Jokowi kemudian memberikan pesan moral “Ya, tapi orang kuat, orang badannya besar belum tentu kuat. Yang besar itu adalah orang yang kuat kesabarannya, yang besar itu adalah yang kuat kesalehannya”. Sabar di dalam menghadapi ujian, akan melahirkan kesalehan yang sesungguhnya.

Dari pesan Jokowi bisa disimpulkan “belum tentu orang yang banyak duitnya itu dermawan, belum tentu orang yang tinggi besar itu kuat, belum tentu juga orang yang jabatannya tinggi makin tawadu’. Belum tentu orang yang berjubah putih itu hatinya juga bersih dan selalu membawa ketentraman dan kedamaian untuk bangsa dan Negara. Seringkali, orang yang diremehkan itu justru memiliki kekuatan yang sangat tinggi. Bisa jadi, “Jokowi yang kurus itu ternyata nyalinya sangat besar di dalam membela tanah air Republik Indonesia”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun