Mohon tunggu...
Abdul Adzim Irsad
Abdul Adzim Irsad Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar di Universitas Negeri Malang

Menulis itu menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memaknai Pesan Moral Jokowi terhadap Putranya

4 Juli 2016   11:59 Diperbarui: 4 Juli 2016   12:11 1578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar: ayonews.com

Jokowi itu presiden dari rakyat biasa, tetapi sangat luar biasa. Jenderal keturunan bangsawan dan Begawan ekonomi mampu disingkirkan. Ini menjadi isarat, bahwa Tuhan itu akan memilih siapapun yang dikendakinya, dan akan mencabut kekuasaan yang dikehendakinya. Manusa bisanya berusaha, sementara Allah SWT yang menentukannya.

Genghis Khan, sosok orang biasa dari Mongol yang kemudian bisa mengalahkan bangsa Arab (Khalifah Abbasiyah) yang dipimpin oleh Khalifah Al-Mu’tasim. Dalam waktu yang tidak lama “Bagdad” mampu dilumpuhkan oleh Genghis Khan yang dipimpin langsung oleh putranya yang bernama Hulagu.

Begitu juga dengan dataran Eropa, Asia, Timur Tengah hingga India mampu dikalahkan oleh Genghis Khan. Ternyata, Genghis Khan itu bukan keturunan bangsawan dan juga bukan juga keturunan orang hartawan. Genghis Khan itu orang biasa. Semangat dan cita-citanya yang tinggi mampu menaklukkan dunia. Itu baru luar biasa.

Genghis Khan itu sebelumnya bukan beragama Islam. Setelah mampu mengalahkan Baghdad dari tangan Al-Mu’tasim, justru menjadi pemeluk islam sejati. Rakyat Baghdad tidak diubah agamanya. Justru dia yang mengikuti agama yang berkembang di Bagdad, yaitu islam. Bahkan, semua prajurit diberikan kebebasan di dalam menentukan agamanya. Dalam catatan buku “Api Sejarah” diterangkan “semua daerah yang dikuasainya, islam menjadi agama resmi nya. Genghis Khan, orang biasa yang kemudian menjadi orang hebat di dunia.

Laksamana Cheng Ho, juga orang biasa yang kemudian bisa menjadi orang hebat dan bisa keliling dunia karena cita-citanya. Islam bisa dikenal dimana-mana, karena memang Cheng Ho memiliki cita-cita mulia. Sejak kecil Laksamana Cheng Ho memang beragama islam, dan dibesarkan dikalangan sederhana, dan kekurangan tetapi taat beragama. Kondisi kekurangan justru menjadikan dirinya mampu bangkit dan kemudian menjadi orang hebat dan disegani oleh kawan maupun lawan.

Nah, siapa sangka Jokowi bisa menjadi seorang Presiden Republik Indonesia. Tubuhnya kecil, krempeng dan tidak gagah penampilannya. Tidak ada yang pernah menduka bisa mengalahkan lawan-lawan politiknya. Dalam video yang dirilis melalui medsos, jokowi sedang berpancoria dengan putranya.

Dalam permainan itu, Jokowi memberikan wejangan mendalam “orang yang kuat itu bukan tubuhnya yang besar, bukan juga lenganya yang besar, tetapi orang yang sabar”. Jokowi itu bukan guru ngaji, juga bukan tetapi Jokowi itu sangat memperhatikan orang lain, termasuk para santri.

Jokowi itu juga bukan kyai yang dituntut bisa ngaji dan jadi imam sholat tarawih. Jokowi itu sama dengan rakyat pada umumnya. Hanya saja, Tuhan mentakdirkan untuk menjadi Presiden RI melalui pilihan langsung. Suka atau tidak, Jokowi sekarang menjadi Presiden Republik Indonesia.

Kalau Jokowi disuruh ceramah masalah zakat, jelas tidak biasa. Tetapi, jokowi selalu presiden Republik Indonesia pasti memiliki cita-cita memakmurkan rakyatnya. Di bulan suci ini, Jokowi memberikan contoh kepada para menteri, dan juga pegawai negeri agar supaya mengeluarkan zakat di lembaga  Badan Zakat Infaq Sedekah (Baznas). Rupanya, yang demikian mendapat perhatian khusus dari Presiden Jokowi.

Dalam sebuah hadis, Rosulullah SAW berkata “jagalah harta kalian dengan zakat (HR-Al-Tabrani). Siapa yang hartanya pingin selamat, zakat satu-satunya solusi terbaik. Siapa yang mengeluarkan zakat tepat waktunya, tidak menunda-nunda, serta tepat sasaran, berarti dia telah menjaga harta nya sendiri dari kemusnahan.  Baznas, telah siap menyalurkan zakat kepada masyarakat Indonesia yang berhak menerimanya. Gagasan Jokowi seputra membayar Zakat melalui Baznas memang keren..!

Jokowi mengundang pejabat kementerian, khususnya yang beragama islam agar segera mengeluarkan zakat nya. Menariknya, Jokowi juga mendatangkan Baznas (Badan Amil Zakat Nasional) untuk melayani para menteri untuk membayarkan zakatnya. Jokowi sendiri memberikan contoh dengan mengeluarkan zakat nya dengan total Rp. 40.000.000. Baginya tidak terlalu banyak, karena sebagian pejabat mungkin uang dan kekayaan jauh lebih banyak, tetapi tidak semua zakatnya masuk pada Baznas.

Tradisi membayar zakat secara serentak yang dirintis oleh Jokowi sangat positif, dan ini belum penah dilakukan pada masa pemerintahan sebelumnya. Kalau semua pejabat Negara, mulai tingkat pusat hingga paling bawah mau mengeluarkan secara serentak melalui Baznas, maka potensi zakat yang selama belum terkoordinasi akan semakin nyata jumlahnya dan akan semakin terasa distribusinya.

Jokowi sebagai presiden Republik Indonesia, tidak ada bedanya ketika menjadi seorang Gubernur DKI. Blusukan dan sholat di masjid-masjid sudah biasa, tidak harus elitis. Bahkan, kadang naik pesawat ekonomi. Tidak harus elitis. Kegiatan yang bersifat blusukan masih sering dilakukan, walaupun dirinya sudah menjadi Presiden.  Presiden yang sangat dekat dengan rakyat nya, sehingga membuat rakyat merasa dekat dengan pemimpinnnya.  

Sering di isukan dekat dengan PKI, tetapi dengan tegas menolak PKI. Sering di katakana kurang islami, ternyata dekat dengan para Kyai dan santri. Bahkan, dekat sekali dengan organisasi Nahdlatul Ulama serta pesantren di seluruh Nusantara.  Pesan yang paling mencengangkan kepada putranya usai bermain panco. Jokowi kemudian memberikan pesan moral “Ya, tapi orang kuat, orang badannya besar belum tentu kuat. Yang besar itu adalah orang yang kuat kesabarannya, yang besar itu adalah yang kuat kesalehannya”. Sabar di dalam menghadapi ujian, akan melahirkan kesalehan yang sesungguhnya.

Dari pesan Jokowi bisa disimpulkan “belum tentu orang yang banyak duitnya itu dermawan, belum tentu orang yang tinggi besar itu kuat, belum tentu juga orang yang jabatannya tinggi makin tawadu’. Belum tentu orang yang berjubah putih itu hatinya juga bersih dan selalu membawa ketentraman dan kedamaian untuk bangsa dan Negara. Seringkali, orang yang diremehkan itu justru memiliki kekuatan yang sangat tinggi. Bisa jadi, “Jokowi yang kurus itu ternyata nyalinya sangat besar di dalam membela tanah air Republik Indonesia”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun