Siapa yang tidak kenal dengan KH Mustafa Bisri. Semua tahu, apalagi para pencinta buku sufi, sudah mengerti dan faham sejatinya Gus Mustafa Bisri. Bahkan, para pengguna medsos, baik twitter dan facebook, mengenal sekali kedalaman spiritual Gus Mustafa Bisri. Kalimat-kalimat demi kalimat yang tertulis sangat rapi, santun dan mudah dimengerti sekaligus penuh dengan makna yang mendalam.
Syair-syair yang terucap dari lisan sangat tajam dan mendalam, seolah-olah itu sebuah pedang yang mudah menguncam kepada setiap orang yang bersinggungan. Gus Mustafa Bisri tidak pernah bergenti berkarya untuk kebaikan bangsa, khususnya warga Nahdhotul Ulama, karena memang beliau lahir, tumbuh dan besar di kalangan Nahdatul Ulama. Tetapi, Gus Mustafa Bisri begitu mencintau Saudaranya Muhammadiyah, karena memang Muhammadiyah itu memimiliki kecintaan yang sama terhadap Negara Kesantuan Republik Indonesia.
Sebuah ungkapan yang sangat indah dan mengesankan yang di tulis oleh Gus Mus seputar masalah keluarga”.
” Anakmu kau serahkan babumu
Istimu kau serahkan supirmu
Dirimu kau serahkan sekertarismu
Tuhanmu kau serhkan siapa”.
Ketika membicangkan Negara, Gus Mus begitu santun sekaligus terlihat begitu mencintai Negara Kesantuan Republik Indonesia. Tetapi, Gus Mustafa Bisri tidak habis-habisnya mengkritisi para koruptor serta orang-orang yang merusah negeri ini mengatasnamakan agama.
Barangkali, Gus Mustafa Bisri sosok santri yang mengajarkan islam melalui pendekatan kesantunan, budaya dan bahasa yang indah nan mempesona. Ungkapan-ungkapan seorang sufi yang di sebarkan mengisnpirasi setiap orang yang membacanya. Ini menjadi sebuah bukti, betapa dalamnya spiritual seorang Mustafa Bisri. Tetapi, tidak semua orang suka kepada Mustafa Bisri dengan alasan sederhana “karena memiliki menantu yang bernaama Ulil Absar Abdalla”. Tetapi, tidak membuat Gus Mus sakit hati, karena beliau mungkin justru bersyukur kepada ilahi agar ke imana semakin tinggi.
Dua hal yang membuat saya kagum kepada beliau di dalam mengarungi hidupnya hingga kini”
Pertama seputar masalah rumah tangganya, yang begitu rukun, santun, ramah dan penuh wamaddah warahmah.Tidak pernah tedengar masalah, bukan berarti tidak pernah masalah. Hanya saja, keluarga Gus Mustafa Bisri itu menjadi teladan sejati bagi kaum lelaki bagiamana cara membahagiakan dan memulyakan seorang istri.
Rukun, mengandeng, dan kemana-mana istrinya di bawa. Gus Mustafa Bisri ingin memberikan contoh kepada pemuda, remaja, menantunya, serta semua santrinya bagaimana menjadi suami yang baik dan dicintai oleh istrinya. Lihat saja, Gus Mustafa Bisri kurang tertarik membicangkan poligami, seolah-olah begitu bangga dan bahagia dengan istrinya yang setia dan mencintai dirinya”.
Sangat tepat sebuah ungkapan “salah memilih pasangan separuh nyawa akan dipertaruhkan”. Gus Mustafa Bisari telah memilih wanita yang tepat, berbobot, dan benar-benar mau menemani suaminya dalam kondisi apa-pun, hingga Allah SWT menjemput ajalanya. Barangkali, wanita seperti inilah yang disebut dengan wanita surga.
Ketika istrinya akan diberangkatkan ke pemakaman, Gus Mustafa Bisri ikut serta mengantarkan. Bahkan, kedua tanganya juga ikut serta mengankat keranda jenazahnya. Gus Mus Ihlas melepas pasangan hidupnya, mengerti makna takdir. Kecintaan seorang suami terhadap istrinya benar-benar menjadi teladan sejati bagi semua orang.
Kedua, masalah kecintaan terhadap NU dan NKRI.
Setiap saat dan waktu, tulisan baik buku maupun puisi, selalu mengisaratkan kecintaanya terhadap NKRi dan NU. Dengan pendekatan tasawuf, Gus Mustafa Bisri mengajak semua orang menjadi orang yang bermoral, saling mencintai, tidak takabur. Dan yang paling menarik ketika mengatakan
“Jangan kerdikan dirimu dengan Takabbur.
Jangan sempitkan dadamu dengan dengki.
Dan Jangan keruhkan pikiranmu dengan Amarah”.
Dan yang paling menarik untuk diperhatikan, ketika Muktamar NU di Jombang. Melaui sebuah pesan yang ditulis menggunakan bahasa Arab Pego, Gus Mus meminta agar tidak pilih menjadi Rois Amm, walaupun para sesepuh memilihnya. Tidak main-main, mereka yang memilih antara lain “KH Ma’ruf Amin, KH Nawawi Abdul Jalil, TGH Turmudzi Badruddin, KH Khalilurahman, KH Dimyati Rais, KH Ali Akbar Marbun, KH Makhtum Hannan, KH Maimoen Zubair, dan KH Mas Subadar”.Tetapi dengan sikap santun, ramah, dan mendahalukan ahlak seorang santri, Gus Menolak dirinya menjadi Rois Amm.
Kehadirian Gus Mus dalam muktamar NU di Jombang benar-benar memberikan makan yang mendalam, nuansa panas menjadi lebih sejuk. Melalui pendekatan sufistik, kalimat demi kalimat yang ditulis dan dilontarkan membuat suasana Muktamar NU menjadi adem, dan ahirnya beliau tidak berkenan menjadi Rois Amm. Tetapi, bisa jadi kecintaan Gus Mustafa Bisri terhadap NU begitu dalam, sehingga darah yang mengalir dari dirinya berwarna Hijau.
Gus Mus telah mengajarkan bagaimana mencintai pasangan sepenuh hatinya, sejak pernikahan hingga menjadi seorang ayah hingga menjadi kakek. Gus Mus juga mengajarkan kepada semua orang, khususnya warga rakyat Indonesia bagaimana mencintai negara kesatuan Republik Indonesia yang dibangun oleh para ulama dan wali.
Gus Mus juga mengajarkan kepada warga Nahdiyin agar menjaga keutuhan organisasi yang di rintis oleh para wali. Gus Mus juga mengajarkan bagaimana menjadi seorang ayah yang bijaksana dan menjadi Kyai yang mengerti apa yang dipikirkan oleh santri-santrinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H