Wahabi tidak puas membenci dan memerangi Syiah, wahabisme melalui dai-dai amatiran menyerang warga dan masyarakat Indonesia yang merayakan Maulidan, Sholawatan, Istighosah, tahlil, ziarah kubur. Tidak tanggung-tanggung, orang yang ikut serta amalan tersebut itu di cap sebagai “bidah” yang tersesat dan masuk neraka.
Sebaliknya, ulama-ulama garis keras Iran (Syiah), dalam berbagai ceramahnya selalu mengatkan bahwa sahadatnya tidak cukup bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah. Lebih dari itu, Syiah mengatakan bahwa Ali Ibn Abi Thalib itu adalah Waliyullah. Bahkan Syiah tidak mengakui Abu Bakar Al-Siddiq, Umar dan Usman Ibn Affan sebagai kholifah yang sah. Lebih kacau lagi, Aisyah itu di anggab wanita yang tidak benar.
Syiah itu sangat mendewakan keturunan Rosulullah SAW, bahkan Ali Ibn Abi Thalib ra itu di anggab sebagai penganti Rosulullah SAW. Sementara Abu Bakar, Umar dan Usman di anggab merampas hak-hak Ali Ibn Abi Thalib. Dengan demikian, para Kholifah lainya tidak sah, karena di anggab telah merebut ke Kholifaan yang sah dari Ali Ibn Abi Thalib. Ini sangatlah berlebihan.
Sementara Wahabi itu sangat benci dan benci terhadap kelompok Syiah. Wahbisme menganggab bahwa keturunan Nabi Muhammad itu keturunan sudah putus. Jadi, tidak ada golongan habaib (mengantasnamakan durriyah Rosulullah SAW). Apalagi yang mengatakan bahwa pemimpin yang sah itu berasal dari keturunan Rosulullah SAW.
Iran dan Arab Saudi memang terus menerus berusaha meyakinkan rakyat Indonesia agar mau belajar di negerinya. Keduanya berusaha memberikan beasiswa sebanyak-banyak kepada mahaiswa Indonesia. Bahkan, keduanya berusaha mendidikan lembaga pendidikanFormal Educatian, mulai tingkat SD, SMP, SMA, bahkan perguruan tinggi.
Begitu juga dengan wahabisme, mereka tidak kalah gencar mendidikan lembaga pendidikan forman education, seperti; sekolah terpadu, pesantren, perguruan tinggi.Menariknya, Arab Saudi (Wahabi) menggunakan nama-nama yang popuper di kalangan Ahlussunnah Wal Jamaah, seperti; Ma’had Imam Syafii, Ma’had Ali Ibn Abi Thalib, Ma’had Al-Umm (kitabnya Imam Syafii), bahkan urusan percetakan menggunakan nama “Pustaka Al-Syafii”. Radio dan Telivisiya juga menggunakan nama “Ahlussunah Aal Jamaah”.
Sekarang kedua teologi impor itu mulai memasuki Indonesia hingga ke kampung-kampung. Mereka meresahkan penduduk sekitar, dengan mengatasnamakan Ahlussunah Wal Jamaah, mereka menyerang warga NU yang ber-teologi Ahlussunah Wal Jamaah yang sesungguhnya. Tidak tangung-tanggung, kadang kaum wahabi (salafisme wahabi) secara terang-terangan “mengkafirkan orang NU yang ikut tahlilan, sholawatan, istighosaah, dizikir bersama, dan manakiban, serta tawasulan”.
Dengan alasan tidak pernah ada di jaman Nabi SAW dan sahabat, juga tidak pernah di ajarkan Rosulullah SAW. Dengan demikian, semua itu dikategorokan “bidah” yang tersesat. Semua bidah itu teresesat dan masuk Neraka. Di tambah lagi, untuk mendukung pendapatnya sendiri, mereka menggunakan uangkapan yang sangat lemah “Iblis itu lebih suka maksiat dari pada bidah”.
Wajarlah jika kemudian kaum Wahabi yang ada di Indonesia dengan mudah “menyesatkan” sesama muslim, kemudian menjustifikasi “ahli neraka”. Khsusunya terhadap orang-orang Islam yang suka membaca sholawatan dan dzikir berjamaah. Tidaklah aneh, jika kemudian Majlis Al-Dikra milik Ustad Arifin Ilham juga dicap sebagai bidah, karena tidak pernah dilakukan Rosulullah SAW.
Kemiripan anatar Syiah dan Wahabis di Negeri ini, keduanya saling bermusuhan, saling menyesatkan. Keduanua suka bikin masalah dan onar di negeri ini dengan mengatasnamakan agama. Tidak cukup ulama berusaha melarang Syiah berkembang, larangan itu juga harus dibarengi dengan “melarang” faham wahabis salafi yang mengancam keutuhan dan kerukukan umat Bergama di Indonesia.
Sebuah pesan agung yang disampaikan Rosulullah SAW saat beliau sampai di Madinah:" Wahai manusia....terbarkan salam, berbagilah makanan, bangunlah silaturahmi, dan shoatlan malam ketika manusia dalam kondisi lelap, maka engkau akan masuk surga dengan aman (HR Tirmidzi). Nabi SAW juga berpesan kepada umatnya" jangan saling membenci, jangan saling hasud, jangan saling saling tidak menyapa, dan juga jangan saling mengintai. Kemudian Rosulullah SAW mengatakan:" jadilalah kalian semua hamba Allah SWT yang saling bersaudara, tidak diperbolehkan seorang muslim meninggkan (tidak menyapa) saudaranya lebih dari tiga hari" (HR Muslim).