Judulnya sudah provokatif belum? Berkali-kali aku dicurhati orang, tentang suami yang tidak memberi nafkah, memberi sedikit padahal uangnya banyak, atau malah ada yang numpang hidup ke istrinya. Ini kisah nyata, Bos. Bukan sinetron!
Untuk yang kesekian kalinya, Sepatu mengeluhkan suaminya padaku. Sepatu pastilah nama samaran, diambil dari nama bunga. Sebab aku bosan dengan mawar dan melati. Yang dikeluhkan tak jauh-jauh dari masalah penghidupan. Tentang suami yang sehat walafiat tapi kerja apa saja mentok, sehingga kebutuhan rumah harus ia yang tanggung.
Curhatannya beda-beda tipis dengan si Bakung, yang suaminya bergaji besar, tapi tak pernah memberinya uang sepeser pun. Rasanya gak masuk di akalku, hidup belasan tahun bersama tapi membiayai diri sendiri? Namun motifnya untuk berbohong lebih tak masuk akal lagi.
Untuk yang seperti ini, aku cuma bisa mengambil hikmah. Bersyukur punya suami yang bertanggung jawab. Walau nafkahnya gak mewah, minimal gak makan hati. Dan kalau harus memberi saran, satu saja saranku. Di hadapan suami, jangan kelihatan punya uang!
Baca juga: 6 Tipe Suami/Istri Toksik
Simpan Hartamu untuk Kebaikan Bersama
Perempuan atau laki-laki, kita sama-sama manusia. Sama-sama punya sifat gampang keenakan. Hal ini sudah terbukti puluhan kali dalam hidupku. Ketika tugas seseorang kita ambil alih lebih dari sekali, untuk selanjutnya tugas itu akan dianggapnya milik kita.
Begitu pula urusan kebutuhan rumah tangga. Gak bohong, Guys, puluhan kali kulihat para suami yang ketagihan ditopang istrinya, sehingga justru menjadikan itu seolah-olah memang kewajiban istri untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, bahkan sampai nasi yang masuk ke mulut suami. Bah!
Tak apa jika memang kondisi memaksa demikian. Misalnya ketidakmampuan suami karena penyakit, kondisi fisik,dll. Biasanya tanpa diminta pun, istri dengan senang hati mengeluarkan harta miliknya, terutama jika itu berkaitan dengan kebutuhan anak-anak. Tapi jika di luar itu, sebaiknya simpan tabungan baik-baik!
Mungkin aku terkesan penghasut yang jahat, mengajarkan para istri untuk pura-pura tak punya uang. Tapi coba baca baik-baik penjelasan berikut ini, kenapa istri harus "kejam"?
Pertama, nafkah adalah kewajiban suami. Kebanyakan para penindas membawa agama untuk melegitimasi superioritas laki-laki terhadap perempuan, suami atas istri.Â
Nyatanya agama mewajibkan nafkah dari suami untuk istri dan anak. Jadi jangan mau kemakan ancaman "tak patuh pada suami", sementara suami tak memenuhi kewajiban paling basic.
Dengan menahan uang yang ada pada kita, itu memaksa mereka bekerja keras untuk melaksanakan kewajibannya. Sudah seharusnya begitu, kan? Jika terjadi hal yang tak diinginkan, kita masih punya simpanan sebagai serap. Yang jelas menahan harta dari suami diawali dengan niat baik, bukan untuk yang aneh-aneh, Sis!
Kedua, menjaga harga diri suami. Salah satu alasan kenapa suami adalah pemimpin di rumah, karena ia memberi nafkah. Yang muslim cari sendiri ayatnya! Hal ini terbukti di banyak rumah. Dulu pernah ramai julukan Ketua ISTI (ikatan suami takut istri) untuk mereka yang terkesan takut pada istrinya.
Aku belum pernah menemukan "Ketua ISTI" yang punya pendapatan lebih besar dari istrinya. Kecuali jika si istri merupakan calon ahli waris dari orang tua yang kaya raya.Â
Selebihnya adalah laki-laki yang berpenghasilan lebih rendah dari istri, atau malah tak berpenghasilan sama sekali. Faktor lain, "Ketua ISTI" adalah laki-laki bucin. Tapi berapa lama sih kebucinan itu? Perempuan berserak di mana-mana, pelakor gentayangan di seluruh dunia!
Baca juga: Kertas Bekas Jangan Dibuang Dulu, Bisa untuk Permainan Seru!Â
Jadi dengan membiarkan suami berusaha keras untuk memenuhi kebutuhan rumah, kita sudah menegakkan harga diri mereka. Niat baik kok! Daripada dibelai-belai malah jadi lepai.
Jadi gitu Sis, selama suami sehat dan tak ada kendala untuk mencari nafkah, pura-pura nggak tau ajalah. Belum bayar listrik, biarin petugas PLN datang. Beras habis, biarlah lapar bareng-bareng. Hitung-hitung diet. Dalam kondisi normal, nggak ada manusia yang mati gara-gara gak makan barang sehari dua hari. Selama bapaknya sehat, duit mamak hanya untuk diri dan anaknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H