Mohon tunggu...
Syarifah Lestari
Syarifah Lestari Mohon Tunggu... Freelancer - www.iluvtari.com

iluvtari.com

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Jalan Ninjaku Mendapatkan Jodoh, Jomlo Bisa Tiru!

11 Mei 2021   15:11 Diperbarui: 11 Mei 2021   15:24 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pulang kondangan, aku mampir ke rumah teman. Lagi-lagi dia yang dulu memaksaku berobat malaria, dan menyuruh ke dokter saat hendak melahirkan si sulung. Temanku ternyata itu-itu saja, kasian!

"Aku tiap kondangan baru sadar, kalau umur sudah dua lima tapi belum nikah," kataku.

"Jadi belum kebayang nak nikahlah?" tanyanya.

"Teringat pun ndak. Makanya kubilang, setiap kondangan baru sadar. Oh iya, belum nikah."

"Jadi dak pernah doa minta jodoh?"

Aku menggeleng.

Baca juga: Tetap Bahagia Walau THR Seiprit

"Parah awak ni! Orang berdoa be belum tentu dapat, apolagi idak! Kagek sampe rumah, shalat, minta!"

Dia itu anak bungsu dari banyak saudara. Kutebak, dia dulu pengin punya adik, sama sepertiku. Dan karena usiaku satu atau dua tahun di bawahnya, mungkin itu yang membuatnya begitu perhatian.

Dulu senior di pengajian pernah bilang, "Akhwat kalau sudah umur dua lima, biasanya mulai gundah mikirin nikah."

Ternyata aku nggak. Dan teman yang bukan guru ngaji, bahkan cuma sehobi haha hihi itu justru berhasil memengaruhiku untuk mulai memikirkan jodoh.

Pulang dari sana, dalam sujud saat shalat aku berdoa. Minta jodoh yang baik, gak panjang-panjang. Ya lah, kalau panjang engap, Pak!

Di kemudian hari ada yang bertanya, amalan apa yang dilakukan untuk mendapat jodoh? Mungkin karena mereka melihat aku gak pacaran kok tau-tau nikah. Eh malah ada yang ngitung loh di depan mataku, waktu lahiran. Jarak antara melahirkan dengan nikah, ternyata pas. Berarti bukan nikah by accident. Gak ngotak kan.

Okelah, pada beberapa orang kusampaikan hal yang kulakukan setelah kepikiran untuk nikah, di usia 25 tahun dulu. Entah faktor ini atau ada hal lain, yang jelas doaku diijabah.

Baca juga: Nikah Tanpa Cinta, Apa Jadinya?

Pertama, seperti yang sudah kusebut di atas. Hampir setiap shalat aku minta jodoh. Tepatnya saat sujud, dengan bahasa Indonesia yang tidak dilafazkan, tapi disampaikan dalam benak.

"Keadaan seorang hamba yang paling dekat dari Rabbnya adalah ketika dia sujud, maka perbanyaklah doa." (HR Muslim).

Doa tersebut juga tidak ditentukan kata/kalimatnya, yang jelas poinnya minta jodoh. Tidak harus di sujud tertentu, agar tidak menambah-nambah bacaan shalat maupun membuat-buat amal baru yang berulang.

Kedua, setiap bangun pagi, aku melihat ke cermin dan berkata, "Aku adalah perempuan yang sebentar lagi akan menikah."

Tips itu kudapat dari seorang motivator yang mengajari cara menanam mindset. Karena waktu itu kebutuhanku adalah jodoh, jadi yang diucap itu saja. Selanjutnya praktik ini tidak kuteruskan, karena tidak efektif ketika dipakai supaya kaya.

Itu cuma semacam booster untuk meningkatkan keyakinan. Karena sudah berdoa dan berusaha, tinggal tawakal dalam keoptimisan.

Yang kumaksud usaha sendiri adalah bergaul ke luar rumah. Jadi orang tau, ada jomlo di sana. Kalau mendap di rumah, siapa yang paham ada perawan dalam penantian. Jadi bukan kelayapan gaje tebar pesona, atau cari perhatian dengan joget-joget di tiktok. Waktu itu juga belum ada tiktok ding!

Ketiga, setiap ada yang tanya. Dan entah kenapa waktu itu banyak sekali yang bertanya, kapan nikah? Aku jawab sebentar lagi. Padahal belum ada bayangan bakal dilamar orang. Pacaran nggak, naksir orang juga nggak. Cari-cari info lowongan jodoh juga nggak. Emang ada ya, lowongan jodoh?

Dan begitulah. Alhamdulillah tiga atau empat bulan setelah kondangan itu, ada yang melamar. Yang kulihat cuma agamanya. Gajinya gak kutanya. Bukan karena qona'ah, aku cuma lupa nanya. Beneran!  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun