Mohon tunggu...
Syarifah Lestari
Syarifah Lestari Mohon Tunggu... Freelancer - www.iluvtari.com

iluvtari.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Ketentuan Allah yang Menguji Iman

10 Mei 2021   20:32 Diperbarui: 10 Mei 2021   20:43 1525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebab kebolehan poligami sudah ditentukan Allah, manusia tidak punya hak mengharamkan yang halal dan atau sebaliknya. Terserah faktor perasaan atau  kultur, poligami memang kurang diterima masyarakat kita. Tapi dalam syariat, praktik ini dibolehkan.

Aku sudah pernah membahas di Kompasiana tentang syarat dan ayat tentang poligami yang sebenarnya lebih pada pembatasan, bukan perintah. Jadi tak akan kuulang-ulang. Khusus pada artikel ini, poinnya adalah penerimaan akan hukum Allah.

Jengkol itu halal. Kamu tidak suka jengkol, tetanggamu tergila-gila pada jengkol. Selama ia bisa menjaga limbah jengkolnya, sampai kiamat kamu tidak berhak melarang dia makan jengkol. Lebih kurang begitu.

Baca juga: Kekeliruan Nabi Muhammad

Hak waris

Seorang adik yang hubungannya kurang harmonis dengan sang abang, punya harapan bahwa ia akan mewarisi harta yang ditinggalkan abangnya. Sebab saudaranya itu tak memiliki anak laki-laki.

Menurut pengetahuannya, dalam Islam seorang laki-laki berhak mewarisi harta saudaranya jika almarhum tidak memiliki anak laki-laki. Kita pun telah mafhum bahwa harta yang didapat anak laki-laki lebih banyak dari anak perempuan.

Terhadap ketentuan Allah yang nampak seolah tidak adil ini, yang pertama dilakukan adalah penerimaan. Nantinya hikmah akan datang, karena Allah tidak mungkin menzalimi hamba-Nya. Mustahil.

Mewarisi itu tidak semata soal hak, tapi ada kewajiban di baliknya. Tanggung jawab laki-laki lebih besar daripada perempuan. Termasuk seorang paman yang mewarisi harta dari saudaranya, ia tidak semata-mata mendapatkan harta tapi juga kewajiban membesarkan keponakan dari almarhum saudaranya.

Jadi jangan buru-buru protes pada aturan Allah. Kalau kita patuh, kemudian terjadi hal buruk. Biar Yang Membuat Aturan yang bertanggung jawab memperbaiki keadaan. Percaya sajalah.

Penerimaan itu, tidak segampang mengetik artikel ini. Masih banyak contoh lain ketentuan Allah yang menguji iman, yang memaksa logika bekerja keras untuk mendapatkan alasan yang tepat. Padahal logika kita terbatas, sementara ilmu Allah tidak demikian.

Jadi, terima saja dulu hukum yang menurutmu tak sesuai nurani atau kelaziman, biarkan hikmahnya menyusul kemudian. Karena menolak tak mengubah keadaan, malah bisa jatuh pada kekafiran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun