Mohon tunggu...
Syarifah Lestari
Syarifah Lestari Mohon Tunggu... Freelancer - www.iluvtari.com

iluvtari.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Gen Halilintar yang Tak Lagi Menggelegar

21 April 2021   05:00 Diperbarui: 21 April 2021   05:07 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah kenapa berita Atta Halilintar selalu muncul di beranda perambanku. Tapi jadi tambah pengetahuan sih, jadi tau cara memblokir berita dari situs atau tentang orang-orang tertentu. Yes!

Benci ya sama Atta? Tar dikira julid sama fans-nya loh! Haha, nggaklah. Kenapa mesti benci, kenal juga nggak. Maksudnya dia gak kenal aku. Cuma males aja ngabisin waktu untuk berita-berita yang kelewatan gak pentingnya.

Numpang cerita boleh? Bolee, apa sih yang nggak di Kompasiana.

Dulu itu, mungkin sekira 5 tahun lalu atau lebih lama lagi. Seorang teman heboh menceritakan tentang sebuah keluarga yang jumlahnya ramai tapi anak-anaknya mandiri.

"Kakak sudah nengok belum di Youtube, tentang Gen Halilintar?"

"Apo tu?"

"Keren, Kak! Keluarga. Anaknyo sebelas, lah macam main bola, kan? Kakak tengoklah dewek. Mereka tu sudah ke berbagai negara, anak-anaknyo pinter bahasa Inggris. Dak punyo pembantu, Kak!"

Kedengarannya memang keren, tapi aku belum menyambangi kanal yang dimaksud. Karena memang aku jarang buka Youtube, medsos pun jarang. Heran kan, jarang yutupan, gak punya FB, tapi bos sering ngomelin kalau rapat. Aku sukanya ngegame.

Baca juga: Tips Mengatur Keuangan dari Orang-orang

Aku Vs Mereka

Saking terpesonanya temanku, ketika luang  ia paksakan aku melihat deretan video yang trending di Youtube. Maka muncullah video Gen Halilintar yang inspiratif itu. Aku akui, 100% inspiratif!

Aku yang hanya tujuh saudara tiap hari berantem gara-gara kerjaan rumah, Keluarga Halilintar ada sebelas saudara namun terlihat kompak. Aku yang membesarkan dua anak saja rasanya sudah ribet, orang tua Atta bersaudara mampu membesarkan sekian banyak anak.

Mungkinkah aku bisa seperti mereka? Ketika kuceritakan pada salah seorang kakakku, ia dengan santai menjawab, "Kalo duit banyak, anak berapo pun amanlah!"

Ng ... fifty fifty! Aku tak sepenuhnya setuju, tapi tak bisa menolak. Jawabannya realistis, tapi aku bukan pengagum buta. Orang tua Atta saja pernah muncul di acara Kick Andy, artinya mereka bukan motivator kaleng-kaleng.

Oke, waktunya belajar jadi orang tua yang tangguh. Sesekali kubuka juga Youtube untuk melihat video-video trending, kegiatan yang sebelumnya teramat jarang aku lakukan, dan kini kembali jarang.

Aku ingin mencari tau, bagaimana kakak-adik Halilintar membagi tugas. Bagaimana mereka mengelola mood, cara bermain, sekolah, dll.

Baca juga: Kisah Konyol yang Tidak Ada di Youtube

Negara Api Belum Datang, Halilintar Sudah Berubah

Entah faktor usia atau apa, tak banyak pelajaran yang bisa diambil. Aku lupa apa saja hikmah yang kudapat dari menonton video mereka. Apalagi menontonnya juga disambi dengan pekerjaan kantor. Di rumah aku sangat jarang membuka Youtube, fakir sinyal.

Malah cukup lama aku lupa menjenguk Youtube dengan Keluarga Halilintar-nya. Mungkin hitungan tahun, sampai teman-teman sibuk membahasnya lagi, baru aku teringat.

Maka aku kembali menyambangi laman video trending di Youtube, dan mendapati berteret-teret kanal keluarga itu merajai daftar. Sekarang masing-masing mereka punya akun, yang isi videonya ... 0% faedah.

Ah, dasar aku yang gampang patah hati. Di mata orang lain tentulah video sebelas bersaudara itu begitu menginspirasi. Nyatanya banyak yang nonton dan bolak-balik jadi trending kan. Iri bilang, Bos!

Puncak patah hatiku adalah ketika menonton video, entah di kanal siapa (di antara mereka) yang menampilkan adegan prank dimana sang ibu dijambret di depan rumah mereka.

Jiwa miskinku barangkali bergetar hebat. Sebentar saja setelah kehilangan iphone, datanglah barang pengganti dari suaminya. Aku bukan penonton yang baik kala itu, karena pada beberapa adegan kerap kupercepat. Hal yang jarang kulakukan pada video yang gak jelek-jelek amat.

Karena menonton tidak runut, mungkin ada info yang terlewat. Tapi sudahlah, aku tak lagi tertarik mencari inspirasi apa pun di sana. Sejak itu kusadari, kumpulan video trending di Youtube tak ubah seperti TV. Kebanyakan nyampah-nyampahin kepala.

Lalu bermunculanlah berbagai komplain dari banyak orang, termasuk beberapa Youtuber. Video prank Halilintar settingan, hedonis, pamer, dll. Aku mah bodo amat. Dah duluan tau!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun