Mohon tunggu...
Syarifah Lestari
Syarifah Lestari Mohon Tunggu... Freelancer - www.iluvtari.com

iluvtari.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Para Perempuan yang Melecehkan Diri Sendiri

1 April 2021   07:00 Diperbarui: 1 April 2021   07:03 553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di bawah tangga, cowok-cewek itu berkumpul sambil haha hihi. Aku baru datang, dan langsung merapat pada dinding pengumuman.

"Gak gabung ke sana, Tar?" seorang teman cowok menyapa, ikut memandangi mading.

"Gak lah, males gue tempel-tempelan gitu."

"Lah iya, lu kan cewek. Kita mah seneng," jawab temanku cengengesan.

"Paling juga bahasannya yang jorok-jorok," tambahku.

"Tapi mereka demen, tuh ikut cekikikan."

"Liat anak Sekretaris naik tangga, kan?" pertanyaan retorik.

"Iya, apa lagi emang? Hiburan gratis, Tar!"

"Gue denger kalian ngobrolin yang jorok-jorok aja enek. Apalagi liat cewek yang menikmati obrolan kayak gitu. Kayak gak punya harga diri!"

"Iya ya, padahal mereka cewek juga." Temanku menoleh pada deretan mahasiswi itu.

"Dilirik aja, gak usah noleh! Ketauan kita ngomongin mereka."

"Iya ya, kok mereka bisa ketawa." Dia masih terbengong-bengong. "Tapi emang mereka asik buat disandar-sandar doang sih, Tar, kita-kita gak ada yang macarin mereka tuh!"

Lebih kurang begitu obrolanku dengan salah seorang teman, belasan tahun silam. Setelah punya suami, kusampaikan cerita itu, ternyata beliau membenarkan.

Laki-laki, menurutnya, tetap suka pada perempuan yang menjaga adab. Senada dengan pengakuan beliau, ada pula teman SMP-ku dan teman-teman lain dari teman-temanku yang punya kisah sama.

Masih menurut para bapak itu, mereka suka pada perempuan yang mau menempel-nempelkan tubuh ke laki-laki. Tapi hanya sebatas itu mau mereka. Singkatnya, mereka suka bergaul dengan perempuan yang mudah disentuh, tapi mereka ingin menikah dengan perempuan yang tidak tersentuh.

Kawanku yang perempuan ngomel-ngomel. "Emang perempuannya mau?!"

Pembukaku kepanjangan. Sebenarnya aku mau cerita tentang joke tak lucu yang kerap diumbar para bapak. Di zaman smartphone ini, candaan mereka bergulir dalam ruang obrol yang kadang tak hanya berisi para laki-laki.

Baca juga: Jangan Jadi Orang Tua Durhaka

Stiker Vulgar di Grup Alumni

Waktu aplikasi BBM masih ramai dipakai, aku membuat grup alumni SMA. Awalnya semua normal, reuni virtual pun berlangsung seru. Sampai suatu malam, beberapa teman sibuk japri. "Tar, liat anak-anak cowok tu!"

Larut malam mereka ngobrol. Kebiasaan khas cowok pun tak terhindarkan. Dari "cerita malam Jumat" sampai terang-terangan membagi foto dan stiker sensitif. Aku lupa yang bisa dilakukan di BBM waktu itu. Entah mengubah pengaturan grup atau mengeluarkan si biang kerok.

Pokoknya sejak itu grup jadi hening, dan suasana berubah total. Tak lama kemudian, grup tersebut pelan-pelan ditinggalkan. Semua beralih ke WAG, termasuk aku sendiri.

Baca juga: Cerpen Perempuan dan Rumah Tangga

Canda Mesum dengan Topik Agama

Aku mengenalnya sebagai orang yang religius. Tapi setiap diskusi di grup, selalu saja candaannya nyerempet-nyerempet ke hal cabul. Kata teman, itu biasa. Semua laki-laki begitu.

Bahkan temanku pernah memperlihatkan bahan banyolan mesum yang katanya lucu, dari si religius itu.

"Dia itu kenapa kalo bercanda harus selalu cabul? Kurang bahan atau isi otaknya cuma itu?" responsku kesal.

"Niatnya kan menghibur."

"Bagi kalian lucu, bagi perempuan itu menjijikkan. Kadang bahan kalian itu juga melecehkan perempuan!" tegasku.

Temanku pun mengakui, bahan candaan si religius gak cocok untuk perempuan. Untungnya di grup mereka memang tidak ada anggota perempuan, setauku.

Biasanya laki-laki sungkan untuk bercerita hal jorok jika ada perempuan di sekitarnya. Tapi anehnya, ada perempuan yang mau-maunya meladeni candaan tak berbobot itu, bahkan di ruang publik. Persis seperti yang kualami di awal.

Yang sudah ya sudahlah ya. Cuma ingin berpesan, kalau memang laki-laki tidak bisa menghindari hal-hal demikian, sebaiknya perempuan tidak ikut sok terhibur demi menyenangkan hati mereka. Tidak ada untungnya, Mak!

Kita pikir kita dianggap pribadi yang asik, padahal di mata sebagian besar dari mereka, kita diukur murah. Kerap kali pelecehan terhadap perempuan dilakukan di depan mata perempuan itu sendiri. Tapi kita tidak menyadari, bahkan lebih parah, memperolok kaum sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun