"Iya ya, kok mereka bisa ketawa." Dia masih terbengong-bengong. "Tapi emang mereka asik buat disandar-sandar doang sih, Tar, kita-kita gak ada yang macarin mereka tuh!"
Lebih kurang begitu obrolanku dengan salah seorang teman, belasan tahun silam. Setelah punya suami, kusampaikan cerita itu, ternyata beliau membenarkan.
Laki-laki, menurutnya, tetap suka pada perempuan yang menjaga adab. Senada dengan pengakuan beliau, ada pula teman SMP-ku dan teman-teman lain dari teman-temanku yang punya kisah sama.
Masih menurut para bapak itu, mereka suka pada perempuan yang mau menempel-nempelkan tubuh ke laki-laki. Tapi hanya sebatas itu mau mereka. Singkatnya, mereka suka bergaul dengan perempuan yang mudah disentuh, tapi mereka ingin menikah dengan perempuan yang tidak tersentuh.
Kawanku yang perempuan ngomel-ngomel. "Emang perempuannya mau?!"
Pembukaku kepanjangan. Sebenarnya aku mau cerita tentang joke tak lucu yang kerap diumbar para bapak. Di zaman smartphone ini, candaan mereka bergulir dalam ruang obrol yang kadang tak hanya berisi para laki-laki.
Baca juga: Jangan Jadi Orang Tua Durhaka
Stiker Vulgar di Grup Alumni
Waktu aplikasi BBM masih ramai dipakai, aku membuat grup alumni SMA. Awalnya semua normal, reuni virtual pun berlangsung seru. Sampai suatu malam, beberapa teman sibuk japri. "Tar, liat anak-anak cowok tu!"
Larut malam mereka ngobrol. Kebiasaan khas cowok pun tak terhindarkan. Dari "cerita malam Jumat" sampai terang-terangan membagi foto dan stiker sensitif. Aku lupa yang bisa dilakukan di BBM waktu itu. Entah mengubah pengaturan grup atau mengeluarkan si biang kerok.
Pokoknya sejak itu grup jadi hening, dan suasana berubah total. Tak lama kemudian, grup tersebut pelan-pelan ditinggalkan. Semua beralih ke WAG, termasuk aku sendiri.
Baca juga: Cerpen Perempuan dan Rumah Tangga