Dua guru itu berbisik, tapi si kakak mendengar dan mengadukannya padaku saat kami dalam perjalanan pulang.
"Padahal mukenanya ...," kataku memancing.
"Sudah disiapin, tapi Kakak lupo masukin ke tas." Ia menjawab sambil berpikir, mungkin bingung mau menyalahkan siapa.
Jilbabnya Nabrak
Aku selalu kagum pada orang yang bisa menghafal pakaian orang lain, aku sendiri tidak punya kemampuan itu. Tapi aku baru menyadarinya belakangan, setelah bertahun-tahun satu kantor dengan beberapa makhluk detail ini.
Sebutlah namanya A. Sebagai karyawan biasa, kumaklumi jika ia memiliki koleksi pakaian yang tidak banyak. Sama sepertiku. Untuk apa juga punya pakaian yang banyak, cuma menghabiskan uang dan membebani Bumi.
Suatu kali A duduk di seberang mejaku. Kusadari bahwa jilbabnya kurang tepat jika dipadu dengan seragam kerja yang kami kenakan hari itu. Tapi sudahlah, tidak ada jaminan aku tidak pernah melakukan kesalahan yang sama.
Dua hari kemudian, jilbab yang sama dikenakan kembali oleh A. Kali ini lebih matching, tapi jaraknya menurutku terlalu dekat. Husy, aku benci dengan apa yang ada di benakku sendiri!
Tapi aku jadi punya ide, di lemariku ada beberapa jilbab dengan nuansa yang sama dengan pakaian yang dikenakan A hari itu. Pakaian bebas. Sementara jilbab-jilbab itu sudah lama tak dipakai. Kalau kuberikan pada A, dia tersinggung tidak ya?
Baca juga:Â Tes Kepribadian, Teman Seperti Apa Kamu?
Karena hari itu kami tidak mengenakan seragam kerja, aku pun memakai gamis potongan yang sebenarnya bersambung dengan celana. Tapi aku sudah tidak terbiasa mengenakan celana di luar, jadi diganti dengan rok.
Sepekan kemudian, celana sambungan dari gamis itu kujadikan dalaman rok karena bahannya tidak ngepas ke kaki, sehingga tidak membentuk lekuk tubuh, jadi aman kalaupun sedikit terlihat saat mengendarai motor.