Berawal dari sebuah pertanyaan , "Mengapa lelaki suka mengejar wanita yang tidak mencintainya?"
Entah siapa yang mengajukan pertanyaan itu pada Google. Dan aku menulis ini bukan untuk menjawabnya, melainkan melihat pada sisi lain. Memangnya semua laki-laki suka mengejar wanita?
Banyak juga yang sebaliknya, wanita mengejar laki-laki. Atau yang bahkan keluar jalur, laki-laki mengejar laki-laki. Mungkin mau adu jotos. Terserah saja.
Tidak Ada Satu Manusia pun yang Mewakili Seluruh Sikap Manusia Lainnya
Aku meyakini kalimat di atas sejak dulu sekali. Meski secara ilmiah memang ada orang yang memiliki kesamaan fisik dan sifat, sehingga mereka cenderung cocok dan akrab.
Tapi ada pula yang sebaliknya, kemiripan sifat justru membuat mereka sering cekcok, karena kerap menginginkan hal yang sama.
Ada yang sama-sama anak bungsu, dikira orang akan sama-sama manja. Nyatanya yang satu manja karena didikan orang tua, bukan faktor bungsunya. Satu lagi bahkan tidak manja karena tak punya orang tua.
Ada yang sama-sama pemarah. Satu karena tekanan kerja, satu lagi karena gen dari orang tua. Ada perempuan yang agresif, suka mengejar laki-laki. Ada pula perempuan yang terlalu cool untuk urusan romantis-romantisan. Â
Jadi lumayan menyebalkan ketika dalam beberapa acara, kudapati pemateri menyampaikan sifat-sifat perempuan yang disamakan dengan tokoh tertentu.
Baca juga: Karakter Orang Menurut Primbon
Perempuan Harus Mendapatkan Laki-laki yang Diimpikannya
"Perempuan itu, kalau sudah naksir laki-laki, ia akan berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkannya! Tidak percaya? Lihat kisah Zulaikha." Seseorang dengan sotoynya menyamakan semua perempuan di dunia dengan perempuan zaman lampau yang mendatangi Nabi Yusuf as.
Video itu berputar di HP suamiku, beliau melirik sedikit. Mungkin sedang menganalisis.
"Itu yang ngomong gak pernah dengar kisah Fatimah?" olokku. "Dia samakan Zulaikha dengan Cleopatra? Dengan Margaret Thatcer? Dengan Mata Hari? (yang ini paling suamiku gak kenal).
Barakallahu lakuma wabaraka 'alaykuma wajama'a baynakuma fii khayr ... itulah ucapan Rasulullah saw saat menikahkan Fatimah dengan Ali bin Abi Thalib. Fatimah naksir Ali sejak lama, tapi tidak ada yang tau, termasuk Ali sendiri.
Pernah pula disebutkan, jangankan Ali, iblis pun tak tau bahwa Fatimah jatuh hati pada Ali. Sehingga tak sempat terbersit macam-macam penyakit hati yang menjurus pada zina. Boro-boro maksa!
Perempuan Jika Duduk di Atas, Ia Menguasai Laki-laki
Lain acara, lain lagi ceritanya. Kali ini seseorang mengaku sudah melakukan riset tentang sifat perempuan. Menurutnya, perempuan itu beda jauh dengan laki-laki. Ya memang.
Jika laki-laki berada di atas, maka ia akan memandang perempuan sebagai makhluk yang harus dinaungi. Sebaliknya jika perempuan diposisikan di atas, maka ia merasa menguasai laki-laki.
"Contohnya sederhana. Perempuan itu, jika ia duduk di kursi, kemudian laki-laki berada di bawahnya. Maka ia akan merasa dirinya sudah membawahi si laki-laki itu. Ia merasa berkuasa."
Aku melongo mendengarnya. Riset macam apa yang dilakukan orang ini? Hanya lewat perkara duduk di kursi, ia bisa menyimpulkan hati seseorang?
Apakah itu karena yang menyampaikan adalah seorang laki-laki? Jika perempuan, tinggal dibalik. "Kalau laki-laki duduk di atas dia merasa sudah menguasai perempuan. Jika perempuan duduk di atas, dia merasa disanjung laki-laki."
Ah entahlah, itu sih namanya persepsi. Bukan analisis, apalagi pakai istilah riset. Ketinggian!
Baca juga: Kawin Lari, yuk!
Balik ke permasalahan awal. Intinya tidak semua laki-laki sama, begitu pula perempuan. Tidak satu pun manusia di dunia ini yang sama persis sikap dan pemikirannya, kembar identik sekalipun. Â
Hikmah kenapa Nabi Muhammad saw memiliki para sahabat khulafaur Rasyidin dan beristri lebih dari empat, adalah agar kita mudah meneladani mereka. Bukan semuanya, tapi yang karakternya mendekati kita.
Umat Islam diperintahkan meniru Nabi, tapi tak mungkin sampai persis seperti beliau. Maka ada Abu Bakar yang lembut, Umar yang tegas, Ali yang cerdas, dan Utsman yang pemalu. Pilih yang mudah!
Para  perempuan bisa meniru Khadijah yang pengusaha, Aisyah yang pintar, Hafshah yang cekatan, dst. Tolong, jangan fokus pada poligaminya saja. Nabi itu raja, pada zaman beliau, raja-raja bisa memiliki istri dan selir hingga ratusan. Tapi Nabi Muhammad saw tidak demikian.
Kalau mau nyunnah, salat tahajud tiap malam. Rajin puasa, jadi suami mandiri, bersih badan, suka olahraga, wangi, ke masjid sebelum azan, rawatib gak putus, menebar salam, ... jadi panjang kan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H