Tapi segala kemajuan teknologi itu adalah pencapaian Google atau perusahaan teknologi lainnya. Aku sebagai pengguna hanya tau pakai, pasang kode html aja kadang error.
Namun secara tak sengaja, aku menemukan pencapaian superreceh yang sepertinya bisa kubanggakan. Sepertinya.
Yakni ketika kusadari, di 2020 yang suram ini ternyata aku hanya punya sedikit artikel tak utuh. Yang kalaupun belum jadi artikel utuh, sudah kutuliskan "peta" di mana atau dengan kalimat apa kelak artikel itu berakhir.
Secara tak sengaja aku telah membuktikan teori yang beberapa tahun belakangan sering kubawa ke mana-mana. "Jangan mulai menulis kalau belum tau apa endingnya."
Baca juga: Ide Kado Sepanjang Tahun
Dalam konteks fiksi, aku tak akan membuka cerita jika penutup belum ditemukan, meski konfliknya menggebu-gebu ingin segera diketik.
Untuk nonfiksi, setidaknya ada poin-poin yang kurencanakan, meski tak selalu jadi subjudul. Sehingga ketika artikel belum selesai tapi harus kutinggalkan, di waktu lain aku mudah untuk meneruskannya. Asal topiknya masih relevan dengan kondisi terakhir.
Setelah kucek lagi folder-folder di berbagai akun drive maupun penyimpanan laptop, memang artikel "corat-coret" jauh lebih sedikit dibanding simpananku di tahun-tahun sebelumnya. Bisa dibilang, selama 2020 aku nyaris menghabiskan semua ide menjadi tulisan utuh.
Menurutku itu hebat, terserahlah bagi orang lain. Walau aku juga nggak tau, ini produktifnya karena makin kreatif atau makin tertekan keadaan. Bodo amat, minimal pandemi ada sisi positifnya dikit. Dikit! Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H