Tapi aku tidak mengumbar janji di awal. Diam-diam saja sambil memperhatikan, barang apa yang mereka inginkan, atau barang apa milik mereka yang sudah rusak atau tidak bisa dipakai lagi.
Jadi nantinya aku pulang membawa kado, atau kang paket mengantar kado ke rumah, yang isinya (misal) rok/sandal, karena rok/sandal mereka sudah kekecilan, atau boneka yang sudah lama diinginkan. Atau sekadar kue tar kecil yang bikin ngiler waktu mereka tonton di Youtube.
Meski kadonya gak mewah, kejutannya bikin mereka hepi. Dan efisiensi barang yang dibeli membuatku puas membelanjakan duit yang dicari susah payah. Ah lebay.
Ini bukan sekadar rencana, Gengs. Sebelumnya pernah kulakukan ketika si kakak berhasil menamatkan Iqro' dan pindah ke Al-Qur'an. Juga ketika si adik berhasil puasa sebulan penuh. Dan beberapa momen yang aku lupa.
Yang jelas, momennya tidak rutin berulang. Sehingga anak-anak tidak menaruh harapan setiap tanggal atau hari tertentu.
Baca juga: Cara Jadi Kompasianer yang Kuumbar ke Orang-orang
Bukan sok lurus. Sejak dulu aku sering mendapati orang tua yang sudah kadung merayakan ulang tahun anak, pada akhirnya rela susah payah bahkan sampai berutang, untuk merayakan ultahnya setiap tahun.
Padahal masa kanak-kanak adalah momen yang tepat untuk anak diajak ngobrol tentang kehidupan, tentunya dengan bahasa yang sederhana. Misalnya tentang syukur, tentang mencintai alam, dll. Termasuk menyampaikan kondisi keuangan orang tua sehingga mereka tidak bisa terus merayakan ulang tahun. Obrolan itu akan terekam hingga mereka dewasa, dan membentuk karakter anak.
Aku bukan orang tua sempurna, tapi anak-anak di rumah sepertinya sudah paham jika hari lahirnya datang, mereka hanya akan diingatkan bahwa usianya nambah. Puas-puaslah jadi anak-anak, sebelum tanda baligh datang. Tidak ada kado, karena emaknya gak romantis. Apalagi acara ramai-ramai di rumah, ribet. Â
Tapi jika menginginkan sesuatu, mereka pesan. "Kalau pengin kasih kado, isinya 'ini' ya, Mi." Asal duit emaknya cukup, prestasi apa saja bisa dijadikan alasan untuk memberi kejutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H